Senin, 09 November 2020

Biden Menang Pilpres AS, kok Harga Minyak Malah Terbang?

Pumpjacks are seen at an oil field in Huaian, Jiangsu province, China November 11, 2017. Picture taken November 11, 2017. REUTERS/Stringer  ATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. CHINA OUT.
Foto: REUTERS/Stringer

 

PT Rifan FinancindoSelera investor terhadap risiko membaik seiring dengan kemenangan Joe Biden dalam kontestasi politik pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) ke-46. Harga aset keuangan dan komoditas termasuk minyak mengalami kenaikan. Namun kemenangan Biden di sisi lain juga menjadi ancaman bagi industri minyak global. 

Awal pekan ini, Senin (9/11/2020) harga minyak terutama untuk kontrak futures (berjangka) yang teraktif diperdagangkan melesat lebih dari 2,5%. Pada 09.40 WIB, harga minyak berjangka Brent naik 2,51% ke US$ 40,44/barel dan untuk West Texas Intermediate (WTI) terapresiasi 2,67% ke US$ 38,13/barel.

Sistem pemilu di AS menggunakan pendekatan demokrasi tak langsung melalui lembaga pemilihan (electoral college). Untuk melenggang ke Gedung Putih, kandidat harus meraup 270 suara elektoral.

Sampai sejauh ini Joe Biden yang merupakan kandidat dari Partai Demokrat telah berhasil meraup 290 suara elektoral jauh meninggalkan rivalnya Donald Trump dengan 214 suara elektoral.

Pasar telah mengantisipasi kemenangan Biden. Dolar AS pun anjlok lagi ke posisi terendah dalam dua tahun. Akibatnya aset-aset keuangan dan komoditas seperti saham, emas dan minyak terdorong naik. 

Melemahnya dolar AS dipicu oleh kemungkinan adanya stimulus ekonomi AS jilid dua yang bernilai jumbo senilai US$ 2,2 triliun. Hanya saja yang perlu dicatat adalah kongres masih terbelah. 

Majelis rendah atau House (DPR) dikuasai oleh Demokrat sementara Senat dikuasai oleh Republik. Ada indikasi bahwa negosiasi stimulus tetap berjalan alot. 

Kemenangan Biden juga membuat pelaku industri minyak global terutama para kartel yang terdiri dari negara-negara eksportir minyak dan aliansinya (OPEC+) cemas. Selain karena Biden yang kontra terhadap bahan bakar fosil, peta kebijakan luar negeri AS juga akan berubah. 

Pria yang berusia tiga tahun lebih tua dari Trump itu mengatakan bakal mengkaji ulang hubungannya dengan Arab Saudi. Ia juga menganggap bahwa Rusia merupakan ancaman bagi AS dan global. Di sisi lain Biden juga berpotensi meninjau ulang perjanjian soal nuklir dengan Iran yang ditinggalkan Trump. 

Potensi relaksasi sanksi ekonomi yang diterapkan Biden untuk Iran dan Venezuela bakal berakibat pada peningkatan pasokan minyak di pasar. Padahal saat ini permintaan semakin melemah akibat lonjakan kasus infeksi Covid-19 dan lockdown serta banjir pasokan dari Libya. 

"Sanksi Iran dapat dievaluasi ulang dan kemudian Iran akan kembali ke pasar, jadi lagi-lagi akan ada kelebihan pasokan dan kesepakatan pemotongan saat ini akan berisiko," kata sumber OPEC sebelum hasil pemilu diumumkan.

"Ada risiko Rusia meninggalkan kesepakatan OPEC + juga yang berarti jatuhnya kesepakatan, karena Trump yang membawa Moskow ikut serta," kata sumber itu, melansir Reuters. 

Bagaimanapun juga harga minyak masih berpotensi untuk volatil dan cenderung tertekan dengan segala risiko ketidakpastian yang ada. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar