Kamis, 23 Juli 2020

Rupiah Perkasa, Dolar AS Sudah di Bawah Rp 14.600!

Warga menukarkan sejumlah uang di mobil kas keliling dari sejumlah bank yang terparkir di Lapangan IRTI Monas, Jakarta, Senin (13/5/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Rupiah tidak (atau belum?) terimbas dampak negatif dari hubungan AS-China yang memburuk.

Pada Kamis (23/7/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.600 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,21% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin menguat. Pada pukul 09:02 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.550 di mana rupiah menguat 0,55%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,34%. Meski penguatannya tidak terlampau mencolok, tetapi sudah cukup untuk membuat rupiah jadi mata uang terbaik Asia.

Sejauh ini, tren penguatan rupiah belum berhenti. Bisa jadi pelaku pasar masih menanggap rupiah 'terlalu murah. Maklum, mata uang Tanah Air masih melemah 3,69% di hadapan dolar AS dalam sebulan terakhir. Artinya, peluang untuk apresiasi masih cukup tinggi.

Namun rupiah patut waspada karena ada sentimen yang bisa membuat investor gugup yaitu ketegangan AS-China. Kemarin, Washington memerintahkan pemerintah China untuk menutup konsulat di Houston, Negara Bagian Texas. Beijing dituding melakukan tindakan mata-mata dan membahayakan kepentingan nasional.

"Kantor konsulat China di Houston ditutup demi melindungi hak atas kekayaan intelektual dan privasi rakyat AS," sebut keterangan tertulis Kementerian Dalam Negeri AS. Pemerintah China diberi waktu 72 jam untuk menutup kantor dan mengosongkan gedung.

Kecurigaan AS datang setelah muncul asap dari kantor konsulat tersebut. Beberapa sumber di lingkaran dalam Gedung Putih mengungkapkan bahwa sedang terjadi pembakaran dokumen.

"Kami rasa mereka melakukan pembakaran. Apakah itu dokumen atau kertas lainnya, saya penasaran," ujar Presiden AS Donald Trump, sebagaimana diwartakan Reuters.

China tentu tidak terima diperlakukan begitu rupa. Wang Wenbin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, menegaskan bakal memberikan balasan setimpal.
"AS harus mencabut keputusan yang sangat salah itu. China pasti akan membalas dengan tegas," kata Wang, seperti dikutip dari Reuters.

China disebut-sebut bakal melancarkan serangan balasan dengan menutup kantor konsulat AS di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, yang notabene merupakan tempat awal penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Namun kebetulan gedung itu memang sudah kosong, karena pagebluk corona membuat seluruh staff dipulangkan ke Negeri Paman Sam.

Ekonomi dunia sudah menghadapi tantangan sangat berat yaitu pandemi virus corona. Ketegangan AS-China tentu tidak akan membantu, malah bisa menghambat proses pemulihan ekonomi global.

Tentu masih segar di ingatan bagaimana perang dagang AS-China membuat arus perdagangan dan investasi dunia mampet. Apabila sentimen ini mulai merasuki benak investor, maka aset-aset berisiko di negara berkembang tidak akan dilirik. Hasilnya, rupiah bisa melemah karena kekurangan 'darah'.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar