Rabu, 04 Maret 2020

'Doping' dari The Fed Manjur, Rupiah Terkuat di Asia!

PT Rifan Financindo Berjangka - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Faktor eksternal kental mempengaruhi keperkasaan rupiah.

Pada Rabu (4/3/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.250 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin perkasa. Pada pukul 08:04 WIB, US$ 1 sudah berada di Rp 14.190 di mana rupiah menguat 0,6%.
Rupiah tidak sendiri di zona hijau. Hampir seluruh mata uang utama Asia menguat di hadapan dolar AS. Namun rupiah spesial, karena apresiasi 0,6% membuatnya menjadi mata uang terkuat di Asia.

Tidak cuma di Asia, dolar AS memang sedang lesu di tataran global. Pada pukul 07:41 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,21%.

Pelemahan mata uang Negeri Paman Sam adalah respons keputusan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Malam tadi waktu Indonesia, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) ke 1-1,25%. 

Biasanya The Fed hanya menurunkan 25 bps dalam sekali rapat. Penurunan lebih dari 25 bps kali terakhir terjadi pada 2008, kala AS tengah bergulat dengan krisis ekonomi.

Sedianya rapat The Fed baru akan terjadi pada 17-18 Maret waktu Washington. Namun ternyata ada keputusan yang bersifat mendesak dan tidak bisa menunggu sampai waktu rapat yang sudah terjadwal.

"Fundamental ekonomi AS tetap kuat. Namun, virus corona menciptakan risiko bagi aktivitas ekonomi. Dengan risiko ini dan tujuan untuk mencapai penciptaan lapangan kerja yang maksimal serta menjaga stabilitas harga. Federal Open Market Committee memutuskan untuk menurunkan Federal Funds Rate sebesar 0,5 poin persentase menjadi 1-1,25%.

Komite akan memantau dengan saksama seluruh perkembangan yang ada dan implikasinya terhadap prospek ekonomi. Komite juga akan menggunakan berbagai instrumen untuk mendukung perekonomian," sebut keterangan tertulis The Fed, Selasa (3/3/2020).

Corona Menggila 
Ya, penyebaran virus corona memang membuat dunia ketar-ketir. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:33 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia tercatat 92.860. Korban jiwa semakin bertambah menjadi 3.162 orang.

Penyebaran virus mematikan membuat aktivitas masyarakat menjadi terbatas. Pabrik-pabrik di berbagai negara belum berproduksi optimal karena pekerja dirumahkan untuk mencegah penularan lebih lanjut.


Akibatnya, aktivitas manufaktur menjadi loyo. Di China, angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur versi Caxin/Markit pada Februari 2020 tercatat 40,3. Jauh di bawah bulan sebelumnya yaitu 51,1 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai pada 2004.

Kemudian PMI manufaktur di Singapura pada Februari berada di 47. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 51,4 dan seperti di China, menjadi yang terendah sepanjang sejarah.

Ada lagi PMI manufaktur Jepang yang pada Februari adalah 47,8. Turun dibandingkan Januari yang sebesar 48,8 dan menyentuh titik terendah sejak Mei 2016.

Aktivitas manufaktur yang mengendur berarti pasokan barang di pasar global menjadi berkurang. Rantai pasok rusak, prospek pertumbuhan ekonomi menjadi suram.

Ini yang membuat The Fed memutuskan menurunkan bunga acuan lebih awal dari jadwal. Powell dan kolega mungkin memandang stimulus moneter perlu segera disuntikkan, tidak bisa ditunda lagi.

Akan tetapi, penurunan bunga acuan membuat berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik. Akibatnya, arus modal menjauh dari dolar AS dan nilai tukarnya melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar