Tampilkan postingan dengan label rifan palembang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rifan palembang. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Januari 2022

Astaga! Harga Emas Antam Tumbang, Turun Rp 12 Ribu...

Petugas menunjukkan koin emas Dirham di Gerai Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Bank Indonesia (BI) mengajak masyarakat dan berbagai pihak untuk menjaga kedaulatan Rupiah sebagai mata uang NKRI.    (CNBC Indonesia/ Tri Susislo)
Foto: Koin Emas Dirham (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

Rifan Financindo - Harga emas batangan produksi PT Antam Tbk (ANTM) ambruk pada perdagangan hari ini (27/1/2021). Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, harga emas batangan hari ini anjlok Rp 12.000/gram. Emas dengan berat 1 gram dijual Rp 938.000/batang, secara persentase turun 1,26%.

Turunnya harga emas Antam karena emas di spot yang turun pada perdagangan kemarin. Harga emas spot anjlok 1,59% menjadi US$ 1.818,12/troy ons.

Kepastian suku bunga The Fed akan segera naik mendorong dolar dan imbal hasil imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) melambung. Dolar AS dan yield obligasi adalah lawan bagi emas.

Saat dolar AS menguat, emas yang dijual dengan banderol dolar AS semakin mahal dibandingkan dengan mata uang lainnya. Sementara obligasi akan semakin dilirik karena menawarkan yield yang tinggi walaupun sama-sama sebagai aset minim risiko. Kenaikan suku bunga meningkatkan biaya peluang memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

PT Antam menjual emas mulai ukuran 0,5 gram hingga 1.000 gram. Harga jual tersebut belum termasuk pajak 0,9% bagi pembelian tanpa menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan 0,45% dengan NPWP.

Berikut daftar lengkap harga emas batangan di Butik LM Graha Dipta Pulo Gadung, berdasarkan situs logammulia.com:

Berat

Harga Dasar

Harga NPWP (+Pajak 0.45%)

Harga Non NPWP (+Pajak 0.90%)

0.5 gr

Rp 519,000

Rp 521,000

Rp 523,000

1 gr

Rp 938,000

Rp 942,000

Rp 946,000

2 gr

Rp 1,816,000

Rp 1,824,000

Rp 1,832,000

3 gr

Rp 2,699,000

Rp 2,711,000

Rp 2,723,000

5 gr

Rp 4,465,000

Rp 4,485,000

Rp 4,505,000

10 gr

Rp 8,875,000

Rp 8,914,000

Rp 8,954,000

25 gr

Rp 22,062,000

Rp 22,161,000

Rp 22,260,000

50 gr

Rp 44,045,000

Rp 44,243,000

Rp 44,441,000

100 gr

Rp 88,012,000

Rp 88,408,000

Rp 88,804,000

250 gr

Rp 219,765,000

Rp 220,753,000

Rp 221,742,000

500 gr

Rp 439,320,000

Rp 441,296,000

Rp 443,273,000

1000 gr

Rp 878,600,000

Rp 882,553,000

Rp 886,507,000

TIM RISET CNBC INDONESIA (ras/ras)

Sumber : CNBC Indonesia

Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 22 November 2021

Inflasi Tinggi & Supply Rendah, Masa Depan Emas Antam Cerah

Dok Antam
Foto: Dok Antam

 

Rifan FinancindoSentimen positif untuk emas terus berdatangan, membuat masa depannya diperkirakan akan cerah. Pada pekan lalu, harga emas dunia mengalami koreksi 1% setelah menguat sekitar 3,5% dalam dua minggu sebelumnya, dan diperkirakan akan kembali naik di pekan ini.

Jika terealisasi, tentunya harga emas bantangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. yang stagnan pada perdagangan Senin (22/11) juga akan kembali naik.

Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, harga emas batangan hari ini sama dengan Sabtu pekan lalu. Emas dengan berat 1 gram dijual Rp 947.000/batang.

PT Antam menjual emas mulai ukuran 0,5 gram hingga 1.000 gram. Harga jual tersebut belum termasuk pajak 0,9% bagi pembelian tanpa menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan 0,45% dengan NPWP.

Berikut daftar lengkap harga emas batangan di situs logammulia.com.

Berat Harga Dasar Harga NPWP (+Pajak 0.45%) Harga Non NPWP (+Pajak 0.90%)
0.5 gr 523,500 525,500 527,500
1 gr 947,000 951,000 955,000
2 gr 1,834,000 1,842,000 1,850,000
3 gr 2,726,000 2,738,000 2,750,000
5 gr 4,510,000 4,530,000 4,550,000
10 gr 8,965,000 9,005,000 9,045,000
25 gr 22,287,000 22,387,000 22,487,000
50 gr 44,495,000 44,695,000 44,895,000
100 gr 88,912,000 89,312,000 89,712,000
250 gr 222,015,000 223,014,000 224,013,000
500 gr 443,820,000 445,817,000 447,814,000
1000 gr 887,600,000 891,594,000 895,588,000

Hasil survei mingguan dari Kitco menunjukkan 8 dari 17 analis di Wall Street memberikan proyeksi bullish (kenaikan harga) emas di pekan ini, sementara 4 orang bearish (penurunan harga) dan sisanya netral.

Sementara survei yang dilakukan terhadap pelaku pasar, dengan 1.057 partisipan menunjukkan 71% bullish, 15% bearish, dan sisanya netral.

Untuk jangka menengah, inflasi dan supply akan menjadi "duet maut" yang bisa membawa emas terbang tinggi di sisa tahun ini, bahkan berlanjut hingga tahun depan.

Emas secara tradisional dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi. Ketika inflasi tinggi maka permintaannya akan meningkat, harganya pun bisa melesat.
Inflasi tinggi sedang melanda banyak negara, mulai Amerika Serikat (AS), beberapa negara di Eropa, hingga di Asia seperti China.

Departemen Tenaga Kerja AS pada Rabu (10/11) melaporkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) bulan Oktober melesat 6,2% year-on-year (YoY), menjadi kenaikan terbesar sejak Desember 1990.

Sementara inflasi CPI inti yang tidak memasukkan sektor makanan dan energi dalam perhitungan tumbuh 4,6%, lebih tinggi dari ekspektasi 4% dan tertinggi sejak Agustus 1991.
Tingginya inflasi tersebut menjadi salah satu pemicu kenaikan emas dua pekan sebelumnya.

Ketika permintaan tinggi akibat inflasi, supply justru diperkirakan akan melambat dalam dua tahun ke depan.

Departemen Industri, Ilmu Pengetahuan, Energi dan Sumber Daya Australia melaporkan sepanjang 2021 supply emas akan tumbuh 2,7% menjadi 4.840 ton, karena meningkatnya penambangan di Australia. Amerika Serikat dan Kanada.

Tetapi di tahun 2022 dan 2023 pertumbuhan supply diperkirakan melambat menjadi rata-rata 1,1%.

Alhasil, saat demand sedang tinggi sementara supply pertumbuhannya melambat, harga emas tentunya berpeluang melesat.

Analis dari Societe Generale dalam proyeksi terbarunya memperkirakan emas akan reli hingga tiga bulan pertama tahun depan. Bank yang berbasis di Prancis tersebut kini memprediksi rata-rata harga emas berada di kisaran US$ 1.950/troy ons pada kuartal I-2021. Saat ini harga emas dunia berada di kisaran US$ 1.845/US$. 

Sebelumnya, Damian Courvalin, kepala riset energi di Goldman Sachs, yang memberikan pernyataan bullish terhadap emas. Dalam wawancara di Bloomberg TV yang dikutip Kitco, Courvalin menyebutkan, akan terjadi peningkatan demand emas dari bank sentral dan negara emerging market.

Courvalin juga melihat harga emas bisa melewati lagi US$ 2.000/troy ons, yang tentunya bisa mengerek harga emas Antam.

"Perkiraan dasar kami emas di US$ 2.000/troy ons, setelah itu tercapai peluang untuk naik lebih tinggi ke depannya seharusnya akan terbuka," kata Courvalin sebagaimana dilansir Kitco, Jumat (12/11).

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap) 

Sumber : CNBC Indonesia

Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 15 Juni 2020

Pasar Khawatir Ada Second Wave Outbreak, Harga Minyak Jatuh

FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto
Rifan FinancindoMengawali pekan ini, harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai ditransaksikan terkoreksi cukup dalam. Ketakutan akan terjadinya gelombang kedua wabah (second wave outbreak) kembali menghantui pasar.

Pada perdagangan Senin (15/6/2020) waktu Asia pukul 08.30 harga minyak mentah anjlok lebih dari 2,5%. Harga minyak Brent turun 2,61% ke US$ 37,72/barel, sementara harga minyak mentah acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) turun lebih dalam sebesar 3,53% ke US$ 34,98/barel.


AS sebagai episentrum penyebaran virus corona saat ini kembali melaporkan adanya lonjakan kasus infeksi baru dalam beberapa hari terakhir seiring dengan pembukaan ekonomi secara gradual.

Alabama melaporkan rekor jumlah kasus baru untuk hari keempat berturut-turut hingga hari Minggu. Alaska, Arizona, Arkansas, California, Florida, North Carolina, Oklahoma dan South Carolina semuanya memiliki jumlah kasus baru dalam tiga hari terakhir, menurut penghitungan Reuters.

Banyak pejabat kesehatan publik yang mengaitkan kenaikan kasus baru tersebut dengan pertemuan selama liburan akhir pekan Memorial Day pada akhir Mei. Di Louisiana, yang merupakan salah satu hot spot virus sebelumnya, kasus baru kembali meningkat dengan lebih dari 1.200 - dan menjadi yang tertinggi sejak 21 Mei.

Secara nasional, ada lebih dari 25.000 kasus baru yang dilaporkan pada hari Sabtu, tertinggi sejak 2 Mei. Lonjakan kasus ini sebagian karena adanya peningkatan yang signifikan dalam pengujian selama enam minggu terakhir.

Lonjakan kasus juga terjadi di China. Beijing beberapa hari terakhir melaporkan belasan kasus baru yang teridentifikasi berasal dariklaster pasar makananXinfadi. Setelah berminggu-minggu hampir tak melaporkan adanya penambahan kasus baru, kini Beijing telah mencatat lusinan kasus baru dalam beberapa hari terakhir.

Beijing sedang mengambil langkah untuk mencoba menghentikan wabah termasuk meningkatkan pengujian. Pada Minggu malam waktu setempat, Beijing memerintahkan semua perusahaan untuk mengkarantina dan mengawasi karyawannya yang telah mengunjungi pasar Xinfadi atau yang melakukan kontak dengan siapa pun yang telah mengunjungi pasar itu selama 14 hari.

Hampir tidak ada kasus virus corona baru di kota tersebut selama hampir dua bulan sampai infeksi baru kembali dilaporkan pada 12 Juni, dan sejak itu jumlah total telah meningkat menjadi 51, melansir Reuters.

"Kekhawatiran tentang kenaikan infeksi COVID-19 baru-baru ini di AS dan ancaman 'gelombang kedua' membebani [harga] minyak saat ini," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di AxiCorp, melansir Reuters.

Sementara itu, sebuah panel pemantauan yang dipimpin OPEC akan bertemu pada hari Kamis untuk membahas apakah negara-negara anggota telah mematuhi kesepakatan pemangkasan output sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd) hingga akhir Juli sesuai dengan kuota masing-masing. Namun panel ini dikatakan tak akan membuat keputusan bila mengutip sumber dari OPEC+.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 03 Juni 2020

Cabut Hak Istimewa Hong Kong, Ini Balasan Terbaru China ke AS

U.S. President Donald Trump poses for a photo with China's President Xi Jinping before their bilateral meeting during the G20 leaders summit in Osaka, Japan, June 29, 2019. REUTERS/Kevin Lamarque
Foto: Pertemuan G-20 Trump-Xi (REUTERS/Kevin Lamarque)
Rifan Financindo - China dilaporkan memerintahkan importir di negara itu berhenti membeli produk pertanian dan daging asal Amerika Serikat (AS). Bahkan tak main-main, ada empat produk yang disetop, yakni kedelai, jagung, kapas dan juga daging babi.

Khusus kedelai dua BUMN yaknu Cofco dan Sinograin sudah diminta untuk menghentikan impor. Sementara khusus daging babi, China membatalkan 10 hingga 20 ribu ton pengiriman dari perusahaan negara.

Dikutip dari CNBC International, Selasa (2/6/2020), ini merupakan balasan China atas perlakuan AS ke Hong Kong. Mengutip sebuah sumber, China dikatakan akan menghentikan lebih banyak impor jika AS terus mengambil kebijakan yang menyerang negeri itu.

"China telah meminta perusahaan-perusahaan negara bagian utama untuk menangguhkan pembelian besar-besaran produk pertanian AS yang besar seperti kedelai dan babi, sebagai tanggapan atas reaksi AS ke Hong Kong," kata sumber yang menolak disebut namanya karena sensitivitas isu.

"Sekarang kita akan menonton dan melihat apa yang dilakukan AS selanjutnya."

Setelah dua tahun terjebak dalam perang dagang, AS dan China menandatangani Fase I damai dagang, awal 2020 ini. China setuju memberi produk pertanian AS senilai US$ 36,5 miliar.

Namun, dalam data yang dipaparkan Departemen Pertanian AS, China hanya mengimpor US$ 3,35 miliar produk, di tiga bulan pertama bulan ini. Data tersebut adalah yang terendah sejak 2007.

Sebelumnya hubungan China dan AS terus memanas dalam beberapa bulan terakhir. Teranyar, Presiden AS Donald Trump mengatakan akan menarik hak istimewa perdagangan kota bekas koloni Inggris tersebut.

Pasalnya China menerapkan UU Keamanan Nasional. Ini membuat Hong Kong, kata Trump, kehilangan otonomi dan kebebasan seperti yang dijanjikan saat kembali dari Inggris ke China di tahun 1997. (sef/sef)
Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 08 Mei 2020

Corona Mereda, Bursa Saham Asia Ceria

Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Rifan Financindo - Bursa saham Asia bergerak menguat di perdagangan pagi ini. Optimisme di bursa saham New York berhasil menyeberangi Samudra Atlantik dan sampai di Asia.

Pada Jumat (8/5/2020) pukul 08:40 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Benua Kuning:


Dini hari tadi, Wall Street ditutup di zona hijau. Indeks Dow Jones Indstrial Average (DJIA) naik 0,89% ke 23.875,89, S&P 500 melonjak 1,15% menjadi 2.881,19, dan Nasdaq Composite melesat 1,41% ke 8.979,66.

Pelaku pasar (dan dunia) mulai lega karena sinyal penurunan serangan virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) semakin terlihat. Bahkan di negara-negara yang sudah melonggarkan pembatasan sosial (social disctancing), belum ada lonjakan pasien corona.

Misalnya di Amerika Serikat (AS). US Centers for Desease Control and Prevention mencatat jumlah pasien positif corona di Negeri Paman Sam per 7 Mei 2020 adalah 1.219.066 orang. Bertambah dibandingkan posisi per hari sebelumnya yaitu 1.193.813 orang.

Meski ada penambahan, tetapi jumlahnya relatif terkendali. Sejak 28 April, laju kenaikan kasus corona di AS sudah kurang dari 3% per hari.

"Sejauh ini semuanya berjalan lancar. Ini menjadi sentimen positif di pasar. Investor tentu melihat perkembangan ini dan berkata sejauh ini semua baik-baik saja," kata Brad McMillan, Chief Investment Officer di Commonwealth Fincnacial Network, seperti dikutip dari Reuters.
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 30 April 2020

4 Hari Ambles, Harga Emas Antam Hari Ini Flat Rp 879.000

4 Hari Ambles, Harga Emas Antam Hari Ini Flat Rp 879.000
Add captionFoto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Rifan Financindo - Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari Kamis ini (30/4/2020) stagnan alias 0,00% menjadi Rp 879.000/gram dari perdagangan Rabu kemarin di harga yang sama Rp 879.000/gram.
 
Sebelumnya pada perdagangan kemarin, harga emas Antam turun 0,79% sebesar Rp 7.000 dari posisi harga Selasa yakni Rp 886.000/gram.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam hari ini, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram tetap sama di Rp 87,9 juta per batang dari posisi kemarin.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam hari Kamis ini (30/4/2020) juga flat di Rp 928.000/gram setelah turun Rp 7.000 pada hari Rabu kemarin.
Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini juga tidak mengalami perubahan ditetapkan pada Rp 829.000/gram. 

Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.


Sementara harga emas spot dunia pada penutupan perdagangan hari Rabu kemarin turun 0,4% menjadi US$ 1.701,36/troy ons, sementara emas berjangka turun 0,5% pada US$ 1.713,40, melanisr dari CNBC Internasional.

Harga emas dunia pada perdagangan kemarin cenderung menurun, karena penguatan di pasar saham dalam menanggapi sentimen positif dari pelonggaran pembatasan wilayah di Eropa dan beberapa negara bagian AS.

Sementara sentimen positif ekuitas lainnya datang dari Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS yang mengatakan bahwa penelitian terhadap obat remdesivir Gilead menunjukkan peningkatan penyembuhan pada pasien terinfeksi covid-19, mengangkat harapan untuk kemungkinan pengobatan virus corona, seperti dikutip dari RTTNews.

Di sisi lain, laporan Produk Domestik Bruto (PDB) dan data penjualan rumah AS membatasi penurunan harga emas dunia. Aktivitas ekonomi AS mengalami kontraksi substansial pada kuartal pertama 2020, menurut laporan yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS kemarin.

Laporan itu mengatakan produk domestik bruto AS menurun pada tingkat tahunan sebesar 4,8% pada kuartal pertama setelah lonjakan 2,1% pada kuartal keempat 2019. Penurunan PDB riil pada kuartal pertama mencerminkan kontribusi negatif dari pengeluaran konsumen, investasi tetap non-residensial, ekspor, dan investasi inventaris swasta.

TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 14 April 2020

Terdampak Corona, IMF Potong Utang 25 Negara Miskin

Terdampak Corona, IMF Potong Utang 25 Negara Miskin
Foto: Reuters
Rifan Financindo - Dana Moneter Internasional (IMF) mengumumkan pengurangan nilai utang segera untuk 25 negara miskin guna membantu mereka membebaskan dana dalam memerangi pandemi virus corona (COVID-19).

"Ini memberikan hibah kepada anggota kami yang paling miskin dan paling rentan untuk menutupi kewajiban utang IMF mereka untuk fase awal selama enam bulan ke depan," ujar Direktur Pelaksana IMF Kristalina Kata Georgieva dalam sebuah pernyataan, Senin (13/4/2020), dikutip dari AFP.

Dewan IMF menyetujui pengurangan utang untuk negara-negara tersebut. Negara-negara yang mendapatkan hak tersebut hampir semuanya berada di Afrika. Namun ada juga Afghanistan, Yaman, Nepal, dan Haiti dalam daftar tersebut.

Kelompok negara-negara mapan sendiri sudah meminta IMF dan Bank Dunia untuk berhenti mengumpulkan pembayaran utang dari negara-negara miskin mulai dari 1 Mei 2020 hingga Juni 2021 mendatang.

Penghapusan utang akan didanai oleh IMF Containment and Relief Trust (CCRT), yang pertama dibentuk pertama kali untuk memerangi wabah Ebola Afrika Barat pada 2015 silam dan telah digunakan kembali untuk membantu negara-negara dalam melawan COVID-19.

IMF saat ini memiliki US$ 500 juta (Rp 7,8 triliun), dengan Jepang, Inggris, Cina, dan Belanda sebagai kontributor utamanya.

"Saya mendesak donor lain untuk membantu kami mengisi kembali sumber daya kepercayaan dan meningkatkan kemampuan kami untuk menyediakan layanan bantuan utang tambahan selama dua tahun penuh untuk negara-negara anggota termiskin," lanjut Georgieva.

Pekan lalu, Bank Dunia mengatakan akan menggelontorkan US$ 160 miliar dalam bantuan darurat selama 15 bulan untuk membantu negara-negara yang dilanda virus, termasuk US$ 14 miliar sebagai pembayaran utang dari 76 negara miskin kepada pemerintah lain.

Kasus pasien positif corona (COVID-19) di dunia kini mencapai 1.922.118 kasus, dengan angka kematian mencapai 119.553 kasus, dan pasien sembuh mencapai 443.801 kasus per Selasa (14/4/2020), menurut data Worldometers.(hps/hps)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 18 Maret 2020

IHSG Sempat di Bawah 4.400, Terendah Sejak Desember 2015

Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mencetak rekor terendah barunya. Saat ini bahkan IHSG sudah keluar dari level psikologis 4.400.

Pada 09.55 WIB, IHSG berada di level 4.385,5 atau terkoreksi 1,66% dibanding posisi penutupan kemarin. Ini merupakan level terendah IHSG sejak 15 Desember 2015 lalu. Pada 14 Desember 2015, IHSG ditutup di level 4.374,191. Kemudian sehari setelahnya IHSG berhasil ditutup menguat ke level 4.409,172.

IHSG memang terus mengalami koreksi sejak awal tahun. Dengan koreksi yang terjadi hari ini, artinya IHSG sudah anjlok lebih dari 30%. Sampai dengan kemarin IHSG masih jadi the laggard jika dibandingkan dengan performa bursa saham kawasan Asia lainnya.

Ya mau bagaimana lagi, situasi memang sedang tidak kondusif gara-gara pandemi COVID-19 yang sudah menginfeksi cari 200 ribu orang di 152 negara dan teritori. Indonesia pun juga sudah kemasukan.

Per kemarin (17/3/2020) Indonesia sudah melaporkan total 172 kasus infeksi COVID-19. Sebanyak 7 orang terenggut jiwanya akibat infeksi virus ganas ini.

Sebenarnya jumlah pertambahan kasus di China sudah sangat turun. Namun lonjakan kasus signifikan justru terjadi di luar China. Sejak awal pekan ini jumlah kasus di luar China sudah mengungguli total kasus di China. Total kasus di luar China sudah mencapai 100 ribu lebih.

Walau pagi tadi Trump mengumumkan rencananya untuk memberikan stimulus fiskal sebesar US$ 1 triliun, pasar masih belum benar-benar tenang. Volatilitas masih sangat tinggi. Investor masih risk off.

Sebenarnya yang ingin didengar pasar bukan hanya seberapa besar stimulus fiskal dan moneter yang digelontorkan untuk meredam dampak COVID-19, tetapi investor juga ingin mendengar kabar yang lebih menggembirakan yakni pertumbuhan jumlah kasus baru yang drop.

Di Indonesia sendiri, wabah ini diperkirakan oleh Badan Inteligen Negara (BIN) akan mencapai puncaknya pada Mei nanti saat bulan Ramadhan. Artinya pertambahan jumlah kasus di dalam negeri berpotensi besar untuk bertambah.

Selagi musuh tak kasat mata itu masih ada di pasar, maka teror masih akan terus ditebar dan kepanikan masih akan melanda pasar. Arah pergerakan saham bisa kita tebak bersama ke mana. Yang jelas bergerak dengan volatilitas tinggi seperti sekarang ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :
 

Jumat, 06 Maret 2020

The Fed Diprediksi Pangkas Bunga 75 Bps Lagi, Euro Melesat

The Fed Diprediksi Pangkas Bunga 75 Bps Lagi, Euro Melesat
Foto: Mata Uang Euro. (REUTERS/Lee Jae-Won)
Rifan FinancindoNilai tukar euro kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diprediksi kembali memangkas suku bunga secara agresif.

Pada pukul 20:45 WIB, euro menguat 0,4% ke US$ 1,118 di pasar spot, melansir data Refinitiv. Mata uang 19 negara ini kini berada di level tertinggi 2 bulan.

Seperti diketahui sebelumnya, Selasa malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed secara tiba-tiba mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25%. Pemangkasan yang mendadak sebesar itu merupakan yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial . Kala itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 75 bps.

Bank sentral paling powerful di dunia ini seharusnya mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, tetapi penyebaran wabah corona virus menjadi alasan The Fed memangkas suku bunga lebih awal dari jadwal RDG.

Dalam konferensi pers setelah pengumuman tersebut, pimpinan The Fed Jerome Powell mengatakan keputusan pemangkasan suku bunga diambil setelah para anggota dewan The Fed melihat wabah virus corona mempengaruhi outlook perekonomian.

"Besarnya efek virus corona terhadap perekonomian AS masih sangat tidak menentu dan berubah-ubah. Melihat latar belakang tersebut, anggota dewan menilai risiko terhadap outlook perekonomian telah berubah secara material. Merespon hal tersebut, kami telah melonggarkan kebijakan moneter untuk memberikan lebih banyak support ke perekonomian" kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.

Pemangkasan tersebut sudah diprediksi oleh pelaku pasar, hanya saja terjadi lebih cepat dari jadwal RDG dua pekan mendatang.

Kini, pelaku pasar kembali memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga 25 bps saat mengumumkan suku bunga 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia) nanti. Tidak cukup sampai di situ, The Fed juga diprediksi akan kembali memangkas suku bunga sebesar 50 bps di bulan April mendatang, sebagaimana dilansir CNBC International.

 Akibatnya prediksi tersebut, dolar AS kembali tertekan melawan mata uang utama, termasuk euro.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC
Baca Juga :
 

Jumat, 24 Januari 2020

Korban Virus Corona Bertambah, Bikin Bursa Saham Asia Merah

Korban Virus Corona Bertambah, Bikin Bursa Saham Asia Merah
Foto: Ilustrasi Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
Rifan Financindo - Bursa saham mayoritas terkoreksi pada perdagangan Jumat pagi ini karena jumlah kasus virus corona di China daratan naik menjadi lebih dari 800, dengan jumlah kematian meningkat menjadi 25.

Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 0,42% pada awal perdagangan. Demikian pula dengan indeks Nikkei 225 di Jepang jatuh turun 0,12% dan indeks Topix juga turun 0,19%.

Sementara itu, bursa saham di Australia dimana indeks S&P/ ASX 200 naik sekitar 0,3%.

Koreksi di bursa saham terjadi ketika investor terus mengamati situasi seputar virus corona yang menyebar cepat yang pertama kali didiagnosis kurang dari sebulan yang lalu. Jumlah total kasus virus corona di China naik menjadi 830, media pemerintah China melaporkan pada hari Jumat. Setidaknya ada 14 kasus yang diketahui di luar China daratan, di seluruh dunia tercatat sudah 844 terjangkit virus ini.

Pasar utama di seluruh wilayah seperti Cina dan Korea Selatan ditutup pada hari Jumat menjelang Tahun Baru Imlek yang dimulai pada hari Sabtu.

"Ketika orang-orang Cina di seluruh dunia menyambut 'Tahun Tikus', kekhawatiran penularan virus corona telah menyebabkan pasar domestik China dan global secara umum menjadi gelisah," kata Venkateswaran Lavanya, seorang ekonom di Mizuho Bank, dalam catatatnya Jumat (24/1/2020).

"Sejauh ini, 25 nyawa diklaim dan sekitar 830 kasus infeksi adalah sumber kekhawatiran; tetapi kepanikan masih prematur karena dampak evolusi dari virus korona masih harus dilihat."

Dari bursa Wall Street, saham ditutup sedikit berubah karena investor menimbang dampak dari wabah koronavirus yang sedang berlangsung. S&P 500 adalah 0,1% lebih tinggi pada 3.325,54 sementara Nasdaq Composite naik 0,2% ke rekor penutupan tertinggi di 9402,48. Dow Jones Industrial Average, bagaimanapun, turun 26,18 poin menjadi 29.160,09.

Pergerakan di Amerika Serikat terjadi setelah WHO mengatakan "agak terlalu dini untuk menganggap acara ini adalah darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional." (hps/hps)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Selasa, 30 Juli 2019

Rifan Financindo - Naik 2 Hari, Emas Dunia Hari Ini Turun

Naik 2 Hari, Emas Dunia Hari Ini Turun ke Rp 641.458/gram
Rifan Financindo - Setelah menguat dua hari beruntun hingga Senin kemarin, harga emas dunia melemah pada pagi ini Selasa (30/7/19). Harga emas masih "galau" menunggu pengumuman suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia).

Pada pukul 8:23 WIB, emas dunia diperdagangkan di level US$ 1.423,24/troy ounce atau Rp 641.458/gram (kurs: 1 US$ = Rp 14.015) di pasar spot, melansir data Refintiv. Posisi tersebut melemah di dibandingkan penutupan perdagangan Senin US$ 1.426,69/troy ounce atau Rp 642.927/gram.

"Terlihat jelas, pasar emas sedang menanti pernyataan The Fed pada hari Rabu (Kamis dini hari waktu Indonesia). Kita tahu suku bunga akan dipangkas sebesar 25 basis poin. Tapi pada Rabu nanti, pertanyaannya adalah apa yang kita dapat (berapa kali pemangkasan selanjutnya) dari sana" kata David Meger, direktur trading logam di High Ridge Futures, sebagaimana dikutip CNBC International.

Sampai saat ini pelaku pasar melihat The Fed berpeluang memangkas suku bunga sebanyak tiga kali di tahun ini, yakni di pekan ini, di bulan September, dan satu lagi Desember, dengan masing-masing sebesar 25 basis poin (bps).

Hal tersebut tercermin di piranti FedWatch milik CME Group yang menunjukkan probabilitas suku bunga The Fed sebesar 1,50%-1,75% di bulan Desember sebesar 37,2% berdasarkan data pukul 8:30 WIB. Persentase tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan probabilitas suku bunga lainnya. Tingkat suku bunga The Fed saat ini berada di level 2,25%-2,50%.

The Fed akan mengumumkan suku bunga pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia), Jerome Powell dan kolega pasti akan memangkas suku bunganya, begitulah ekspektasi para pelaku pasar yang juga terlihat di piranti FedWatch.

Data pagi ini menunjukkan pasar melihat ada probabilitas sebesar 75% The Fed akan memangkas suku bunga 25 bps menjadi 2,00%-2,225%, dan probabilitas sebesar 25% suku bunga dipangkas 50 bps menjadi 1,75%-2,00%.

Jika ditotal, probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas (baik itu 25 bps maupun 50 bps) sudah mencapai 100%, yang berarti pelaku pasar melihat suku bunga pasti akan dipangkas, tinggal realisasinya berapa basis poin.

Mantan ketua The Fed sebelum Jerome Powell yakni Janet Yellen pada Senin kemarin menyatakan dukungan untuk memangkas suku bunga sebesar 25 bps. Yellen menjelaskan fokus AS seharusnya mempertahankan kondisi untuk pertumbuhan ekonomi yang kuat, yang bisa mempertahankan laju ekspansi.

"saya pikir terkait dengan risikonya (pelambatan ekonomi), saya cenderung untuk memangkas (suku bunga) sedikit. Saya tidak melihat ini sebagai awal dari siklus pelonggaran moneter, kecuali terjadi perubahan kondisi ekonomi" kata Yellen, sebagaimana dikutip CNBC International.

Pernyataan Ketua The Fed yang mengakhiri masa jabatannya selama empat tahun pada Februari 2018 lalu itu juga menunjukkan peluang Powell tidak akan agresif dalam memangkas suku bunga di tahun ini.

European Central Bank (ECB) saat mengumumkan suku bunga pada Kamis pekan lalu bersikap tidak terlalu dovish, dan terlihat tidak akan agresif dalam melonggarkan kebijakan moneter. Sementara Bank of Japan (BOJ) akan mengumumkan kebijakan moneternya pada hari ini, jika tidak terlalu dovish juga maka spekulasi The Fed tidak akan agresif akan semakin menguat, dan menjadi kabar buruk bagi emas.

Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, sehingga semakin rendah suku bunga di AS dan secara global akan memberikan keuntungan yang lebih besar dalam memegang aset ini, begitu juga sebaliknya. (pap)

Sumber : CNBC

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo 
Rifanfinancindo 

Selasa, 23 Juli 2019

Rifanfinancindo - Terseret Kinerja Wall Street, Bursa Tokyo Dibuka Menguat

Terseret Kinerja Wall Street, Bursa Tokyo Dibuka Menguat
Rifanfinancindo Palembang - Bursa Tokyo dibuka menguat tipis pada perdagangan Selasa (23/7/2019). Seperti dilansir AFP, indeks Nikkei 225 naik 0,24% atau 52,58 poin ke level 21.482,67. Sedangkan indeks Topix turun 0,27% atau 4,17 poin ke level 1.564,57.

Pergerakan di Bursa Tokyo turut terdampak oleh kinerja Wall Street. Bergulirnya earning seasons membawa Wall Street ditutup di teritori hijau pada perdagangan Senin (22/7/2019) waktu setempat.

S&P naik 0,3% ke level 2.985,03. Sedangkan Nasdaq Composite menguat 0,7% ke level 8.204,14. Sementara Dow Jones Industrial Average bertambah 17,70 poin ke level 27.171,90.

Di tengah laporan earning seasons, serempat perusahaan S&P 500 telah melaporkan laba. Dari perusahaan-perusahaan, sebanyak 78,5% telah melampaui ekspetasi analis untuk pendapatan sementara. Sedangkan 67% lain melaporkan pendapatan kuartalan yang lebih baik menurut data FactSet. (miq/miq)
 

Jumat, 14 Juni 2019

Ada 'Hantu' Baru di Pasar Global, Harga Batu Bara Gemetar - Rifan Financindo

Ada 'Hantu' Baru di Pasar Global, Harga Batu Bara Gemetar
Rifan Financindo Palembang - Tekanan pada harga komoditas batu bara global semakin berat seiring dikeluarkannya izin proyek tambang Charmicael, Australia. Kala sudah beroperasi secara penuh, proyek tersebut diperkirakan akan membuat ekspor batu bara thermal Australia meningkat hingga dua kali lipat.

Pada akhir perdagangan hari Kamis (13/6/2019), harga batu bara acuan Newcastle kontrak pengiriman Juli di bursa Intercontinental Exchange (ICE) berada di level US$ 72,25/metrik ton, atau melemah 0,55% dibanding hari sebelumnya. Pada posisi tersebut, harga batu bara merupakan yang paling rendah sejak 15 Mei 2017.

Kemarin, pemerintah Australia telah mengeluarkan izin proyek pembangunan tambang batu bara raksasa Charmicael kepada Adani Australia, yang merupakan anak perusahaan batu bara raksasa asal India, Adani Group.

"Mulai hari ini hingga dua tahun ke depan, orang-orang akan berkekspektasi kami untuk melakukan ekspor pertama batu bara," ujar Lucas Dow, CEO Adani Mining, mengutip Reuters, Kamis (13/6/2019).

Berdasarkan pemberitaan dari Yahoo Finance, seperti yang dikutip dari Reuters, tambang baru tersebut berpotensi menghasilkan 60 juta ton batu bara thermal setiap tahun. Namun pada fase awal, perusahaan rencananya akan memproduksi 10 ton.

"Ekspor batu bara thermal Queensland bisa tumbuh lebih pesat dibanding yang telah diprediksi sebelumnya, seiring dengan izin pemerintah setempat yang memungkinkan untuk memulai pembangunan [proyek]," ujar Viktor Tanevski, analis konsultan Wood Mackenzie dalam sebuah catatan.

"Fase awal 10 juta ton dari proyek tersebut ditujukan untuk ekspor ke India, yang dapat memberikan tekanan ke bawah pada harga batu bar thermal, dan juga bersaing dengan batu bara abu tinggi lain dari Australia dan Afrika Selatan yang mengalir ke India."

India merupakan destinasi batu bara Impor terbesar kedua di dunia, dengan pangsa pasar mencapai 19%. Sementara China masih menjadi yang terbesar dengan porsi mencapai 22%.

Sementara di China, sentimen untuk batu bara impor juga masih tidak bagus.

Pemerintah China masih belum mencabut kebijakan pembatasan impor yang telah diberlakukan sejak tahun 2018. Kebijakan tersebut membatasi kuota impor batu bara pada level yang sama dengan tahun 2017.

Alhasil sepanjang 2018, impor batu bara China hanya sebesar 280,8 juta ton naik tipis dari 271,1 juta ton pada 2017. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibanding impor pada tahun 2013 yang mencapai 327,2 juta ton.

Apalagi kali ini produksi batu bara di China juga ada kemungkinan meningkat. Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) mengatakan ada kapasitas produksi batu bara tambahan sebesar 194 juta ton yang siap digarap pada tahun 2019. Asosiasi Perusahaan Tambang Batu Bara China juga telah memasang target peningkatan produksi sebesar 100 juta ton di tahun 2019.

Dikombinasikan dengan sentimen perlambatan ekonomi global yang tengah melanda, tentu saja peningkatan pasokan bukan kabar baik. Keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) menjadi sangat timpang dan menekan harga.

Sebagai catatan, harga batu bara Newcastle mengacu pada batu bara kalori 6.000 kcal. (taa/taa)

Sumber : CNBC
 

Jumat, 17 Mei 2019

Kondisi Ekonomi Global Bikin BI Pertahankan Suku Bunga Acuan - PT Rifan Financindo

Kondisi Ekonomi Global Bikin BI Pertahankan Suku Bunga Acuan
Foto : BI/Perry Warjiyo
PT Rifan Financindo Palembang - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) telah diselenggarakan pada 15-16 Mei 2019. Dalam rapat tersebut, BI memutuskan untuk mempertahankan bunga acuannya di level 6% untuk kali kelima di 2019.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Mei 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Jakarta, Kamis (16/5/2019).

Salah satu alasan kuat bank sentral pertahankan bunga acuannya yakni ketidakpastian di pasar keuangan global yang meningkat.

"Keputusan tersebut sejalan dengan menjaga stabilitas eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat," tambahnya.

Dalam keterangannya, Perry menjelaskan, pihaknya juga akan tetap memastikan ketersediaan likuiditas di perbankan serta menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif antara lain dengan mempertahankan rasio Countercyclical Capital Buffer (CCB) sebesar 0%, rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 4% dengan fleksibilitas repo sebesar 4%, dan kisaran Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) sebesar 84-94%.

Selain itu, BI, sambung Perry melihat dampak perang dagang yang terjadi saat ini lebih dirasakan oleh AS. Walaupun, imbuhnya, China juga terkena dampak secara langsung.

Adapun, lanjut Perry, pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat berpengaruh kepada volume perdagangan dan harga komoditas global yang menurun, kecuali harga minyak yang naik pada periode terakhir dipengaruhi faktor geopolitik.

Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan dunia yang meningkat dipengaruhi oleh eskalasi perang dagang AS dan China sehingga kembali memicu peralihan modal dari negara berkembang ke negara maju, meskipun respons kebijakan moneter global mulai longgar.

Sehingga, kedua faktor ekonomi global yang kurang menguntungkan tersebut memberikan tantangan dalam upaya menjaga stabilitas eksternal baik untuk mendorong ekspor maupun menarik modal asing.

"Bank Indonesia akan terus mencermati kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal perekonomian Indonesia dalam mempertimbangkan terbukanya ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri," pungkas Perry. (prm)


 

Kamis, 16 Mei 2019

Pengumuman dari Badan Siber RI: Update Segera WhatsApp Anda! - Rifanfinancindo

Pengumuman dari Badan Siber RI: Update Segera WhatsApp Anda!
Foto: REUTERS/Dado Ruvic
Rifanfinancindo Palembang - Masalah kerentanan keamanan pada WhatsApp karena WhatsApp Calls bisa disusupi spyware asal Israel mendapat perhatian dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Badan yang dulunya bernama Lembaga Sandi Negara ini meminta penguna mengupdate aplikasi WhatsApp.

Dalam pengumumannya yang diterima CNBC Indonesia, BSSN menyatakan pada 13 Mai 2019, Facebook telah menerbitkan himbauan mengenai celah keamanan Remote Code Execution (RCE) CVE-2019-3568 pada aplikasi WhatsApp.

Himbauan BSSN soal celah keamanan di WhatsApp Calls (Foto: BSSN/IST)

"Celah keamanan ini memungkinkan penyerang untuk mengeksploitasi fungsi panggilan telepon pada WhatsApp untuk menghubungi celah target dan kemudian melakukan instalasi malware secara remote," ujar BSSN, Kamis (15/5/2019).

Untuk itu, BSSN menghimbau bagi pengguna ponsel yang menggunakan sistem operasi Android untuk meng-update aplikasi ke versi terbaru ke WhatsApp versi v2.19.134 dan WhatsApp Business versi v.2.19.44.

Pengguna ponsel iPhone untuk melakukan pemutahiran aplikasi ke versi terbaru ke WhatsApp versi v21.19.51 dan WhatsApp Business versi V.2.19.51.

Himbauan BSSN soal celah keamanan di WhatsApp Calls (Foto: BSSN/IST)
Begitu juga pengguna ponsel Windows Phone untuk update WhatsApp ke versi V2.18.384 dan pengguna ponsel yang menggunakan sistem operasi Tizen untuk update WhatsApp ke versi v2.18.15.

"Selalu lakukan pemutahiran terhadap aplikasi-aplikasi lain juga, karena pada umum pemutahiran memuat perbaikan terhadap isu keamanan yang sangat penting untuk mencegah eksploitasi celah keamanan pada aplikasi yang kita gunakan," pesan BSSN.

Celah keamanan melalui WhatsApp Calls pertama kali dilaporkan oleh Financial Times. Dalam laporannya disebutkan WhatsApp Calls bisa disusupi spyware asal Israel. Spyware tersebut adalah buatan perusahaan Israel bernama NSO Group. Spyware ini bisa menginvasi telepon WhatsApp pada versi Android dan iOS.

Spyware ini tak hanya bisa menyusupi lewat telepon, tetapi juga melalui panggilan telepon yang tak dijawab oleh pengguna. Dalam sejumlah kasus panggilan yang tak terjawab ini bisa hilang dalam dari daftar panggilan sehingga pengguna tidak menyadari adanya telepon tersebut.

Spyware merupakan sebuah software atau perangkat lunak yang bertugas untuk memantau dan memata-mata aktivitas penguna internet. Fungsi Spyware menjadi negatif apabila bisa digunakan untuk melihat dan mencuri data pengguna.


Jumat, 10 Mei 2019

Surat Cinta Jinping untuk Trump Bikin Harga Minyak Melesat - Rifan Financindo

Surat Cinta Jinping untuk Trump Bikin Harga Minyak Melesat
Foto: Infografis/10 Kkks Utama Produksi Minyak/Edward Ricardo
Rifan Financindo Palembang - Harga minyak menguat seiring dengan optimisme damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang meningkat di kalangan pelaku pasar. Namun hasil dialog dagang kedua negara yang masih tak pasti menyisakan sentimen negatif yang menahan laju penguatan harga.

Pada perdagangan Jumat (10/5/2019) pukul 08:30 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman Juli menguat 0,94% menjadi US$ 71,05/barel, setelah naik tipis 0,01% kemarin (9/5/2019).

Bersamaan dengan itu, harga light sweet (WTI) melesat hingga 1,15% ke level US$ 62,41/barel, setelah terkoreksi 0,86% sehari sebelumnya.

Bila tetap berada di posisi itu hingga akhir sesi perdagangan, maka harga Brent dan WTI akan membukukan penguatan mingguan masing-masing sebesar 0,28% dan 0,76% secara point-to point.

Beberapa analis menduga sentimen positif yang mendorong harga minyak mulai muncul setelah Presiden AS, Donald Trump mengatakan bahwa dirinya menerima "surat yang indah" dari Presiden China , Xi Jinping.

"Dia [Xi Jinping] baru saja menulis surat yang indah untuk saya. Saya baru saja menerimanya dan mungkin akan berbicara dengannya melalui telepon. Mari bekerja sama, mari lihat apa yang bisa kita selesaikan," ujar Trump pada hari Kamis (8/5/2019) waktu setempat, mengutip Reuters.

Kabar tersebut tentu saja membuat ketakutan pelaku pasar setidaknya bisa diredam. Masih ada peluang damai dagang benar-benar tercipta.

Sebelumnya, pada hari Minggu (5/5/2019) Trump sempat mengancam akan menaikkan bea impor produk-produk asal China yang senilai US$ 200 miliar menjadi 25% (dari yang semula 10%) mulai hari Jumat (10/5/2019). Ancaman Trump pun dikonfirmasi oleh Kantor Perwakilan Dagang AS yang mengeluarkan pernyataan resmi kenaikan taris tersebut akan mulai berlaku seperti yang Trump katakan.

Pihak AS menuding China telah mangkir dari kesepakatan yang sudah dibuat. Ada beberapa poin dalam draf kesepakatan setebal 150 halaman yang secara sepihak dihapus oleh pihak China. Alhasil tensi perang dagang sempat kembali meningkat pekan ini.

Meski demikian, teka teki perang dagang belum sepenuhnya terpecahkan. Potensi batalnya kesepakatan masih tersisa.

Hari Kamis dan Jumat (9-10/5/2019) waktu setempat, Wakil Perdana Menteri China dijadwalkan kembali berdialog dengan delegasi AS di Washington.

Pelaku pasar masih menanti hasil final dari dialog tersebut. "Hasil dari dialog dagang AS-China masih tidak pasti," ujar Alfonso Esparza, analis pasar senior OANDA, mengutip Reuters.

Jika hasilnya tak sesuai harapan (damai dagang) maka sekali lagi perekonomian global akan mengalami perlambatan, bahkan lebih parah dari yang ada saat ini.

Selain itu harga minyak juga masih mendapat sokongan dari pemangkasan produksi yang dilakukan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Permintaan pun juga diramal meningkat tahun ini.

Berdasarkan data dari lembaga resmi pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA), permintaan minyak global akan naik hingga 1,4 juta barel/hari sepanjang tahun 2019.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)


Sumber : CNBC
 

Rabu, 08 Mei 2019

Perseteruan AS-China Makin Panas, Entah Sampai Kapan - Rifanfinancindo

Perseteruan AS-China Makin Panas, Entah Sampai Kapan
REUTERS / Jonathan Ernst
Rifanfinancindo Palembang - Hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali panas setelah presiden Donald Trump mengancam akan meningkatkan tarif impor pada barang-barang China.

Padahal, beberapa pekan terakhir santer beredar kabar bahwa kedua ekonomi terbesar di dunia itu sudah hampir melahirkan kesepakatan.

Minggu kemarin, Trump mengeluarkan ancaman baru akan menaikkan bea impor terhadap produk China senilai US$200 miliar menjadi 25% dari 10% pada Jumat pekan ini.

Hal itu karena para pejabat AS merasa China dalam sepekan terakhir telah mengingkari beberapa komitmen penting yang telah dibuat dalam perundingan dagang selama berbulan-bulan belakangan.

Lalu sampai kapankah perang dagang yang telah berlangsung setahun lebih ini akan berakhir? Jawabannya, belum ada yang bisa memastikan.

Namun, beberapa pihak termasuk Pimpinan Dana Moneter Internasional (IMF) yakin bahwa ekonomi dunia akan makin melambat jika perang dagang berlanjut lebih lama. Christine Lagarde bahkan dengan tegas mengatakan China dan AS harus menyelesaikan perang dagang mereka.

"Bagi kami di IMF, sangat penting bahwa ketegangan perdagangan diselesaikan dengan cara yang memuaskan bagi semua pihak karena jelas ketegangan antara Amerika Serikat dan China adalah ancaman bagi ekonomi global," kata Lagarde, mengutip Reuters, Selasa.

Meski Trump kembali meluncurkan ancamannya, beberapa analis Wall Street tetap optimistis kesepakatan dagang akan segera terwujud dan menganggap ancaman Trump hanyalah taktik negosiasi.

Negosiasi perdagangan antara pejabat AS dan China pun masih dijadwalkan untuk dilanjutkan pada Kamis di Washington.

Kementerian Perdagangan China mengatakan Wakil Perdana Menteri Liu He masih akan memimpin delegasi perundingan dari Beijing dan akan berada di Washington selama dua hari.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan rasa saling menghormati antara kedua belah pihak adalah dasar tercapainya perjanjian dagang.

"Kenaikan bea impor tidak dapat menyelesaikan masalah apapun," kata Geng dalam konferensi pers rutin, Selasa (7/5/2019).

"Pembicaraan adalah hal yang biasa terjadi dalam proses perundingan. Normal bagi kedua belah pihak untuk memiliki perbedaan. China tidak akan menghindari masalah dan China tulus ingin melanjutkan pembicaraan," ujarnya. (prm)


 

Senin, 22 April 2019

Keringanan Sanksi Nuklir Iran Berakhir, Harga Minyak Meroket - PT Rifan Financindo

Keringanan Sanksi Nuklir Iran Berakhir, Harga Minyak Meroket
Foto: Reuters

PT Rifan Financindo - Harga minyak mentah dunia meroket pada perdagangan hari Senin (22/4/2019) pagi. Pada pukul 09:30 WIB, harga minyak Brent melesat hingga 1,75% ke level US$ 73,23/barel. Sedangkan jenis light sweet (WTI) meroket 1,72% ke posisi US4 65,1/barel.

Penguatan harga minyak juga terjadi setelah pada Kamis (18/4/2019) lalu Brent dan WTI dapat membukukan penguatan mingguan masing-masing sebesar 1,61% dan 0,66% secara point-to-point.


Penyebab utamanya adalah dugaan berakhirnya keringanan sanksi AS atas Iran. Pada hari Minggu (21/4/2019), kolumnis Washington Post mengabarkan bahwa AS tengah mempersiapkan pengumuman berakhirnya masa keringanan sanksi Iran.

"Mulai tanggal 2 Mei, Departemen Luar Negeri AS tidak akan lagi memberi keringanan sanksi kepada negara mana pun yang saat ini mengimpor minyak mentah atau kondensat asal Iran," tulis kolumnis Washington Post, mengutip Reuters.

Seperti yang diketahui, pada bulan November 2018, AS mulai memberlakukan sanksi terhadap Iran. Sanksi tersebut dijatuhkan untuk memaksa Iran menghentikan program nuklir dan dukungan pada kelompok militan di Timur Tengah.

Namun kala itu AS masih memberikan keringanan, dengan mengizinkan delapan negara untuk tetap membeli minyak Iran tanpa harus takut diberi sanksi. Negara-negara tersebut adalah China, India, Jepang, Korea Selatan, taiwan, Turki, Italia, dan Yunani.

Dengan berakhirnya masa keringanan, maka seluruh negara yang biasanya membeli minyak asal Iran tidak boleh lagi melakukannya. Bila masih membeli minyak Iran, maka siap-siap untuk mendapat sanksi dari AS.

Bahkan, tujuan AS adalah membuat hasil produksi minyak Iran tak dapat dilepas ke pasar sama sekali.

"Goal kami adalah membuat ekspor minyak Iran menjadi habis sama sekali, secepat mungkin," ujar Frank Fannon, Asisten Menteri Luar Negeri AS, mengutip Reuters.

Tentu saja hal ini membuat pasar semakin yakin bahwa pasokan minyak akan semakin ketat ke depannya. Sebagai informasi, ekspor minyak Iran pada bulan Maret mencapai 1,68 juta barel/hari.

Sejak awal tahun 2019, harga Brent dan WTI sudah naik masing-masing sebesar 36,12% dan 43,36%.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)



Selasa, 16 April 2019

Masih karena Rusia, Kontraksi Harga Minyak Berlanjut | Rifan Financindo

Masih karena Rusia, Kontraksi Harga Minyak Berlanjut
Foto: Ilustrasi produksi minyak (REUTERS/Nick Oxford)
Rifan Financindo Palembang - Pada perdagangan Selasa (16/4/2019) pagi, harga minyak mentah dunia melanjutkan koreksi yang terjadi sejak kemarin akibat adanya potensi peningkatan pasokan pasca tengah tahun 2019.

Pada pukul 08:30 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman Juni terkontraksi sebesar 0,15% ke posisi US$ 71,07/barel, setelah amblas 0,52% kemarin (15/4/2019).

Adapun harga minyak light sweet (WTI) kontrak pengiriman Mei terkoreksi terbatas 0,05% ke level US$ 63,37/barel, setelah anjlok hingga 0,77% kemarin.


Rusia dan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) kemungkianan akan meningkatkan produksi untuk merebut pangsa pasar dari Amerika Serikat (AS). Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov pada hari Sabtu (13/4/2019), seperti yang dilaporkan TASS, mengutip Reuters.

"Ini memang sebuah dilema. Apa yang harus kita lakukan dengan OPEC, apa kita harus kehilangan pasar yang selama ini dipegang oleh Amerika Serikat (AS), atau keluar dari kesepakatan [pemangkasan produksi minyak]?" ujar Siluanov di Washington.

Sebelumnya, Menteri Energi Rusia, Alexander novak mengatakan bahwa produksi minyak Negeri Beruang Merah akan ditingkatkan apabila tidak ada kesepakatan baru dengan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) hingga tanggal 1 Juli 2019, mengutip Reuters Jumat (5/4/2019).

"Tahun ini [2019] kami memperkirakan [produksi minyak] akan mirip dengan tahun lalu, mungkin sedikit lebih tinggi," ujar Novak kepada reporter, mengutip Reuters.

Komentar pejabat-pejabat Negeri Beruang Merah tersebut seakan memberi sinyal-sinyal yang kuat bahwa pihaknya sudah sangat ingin meningkatkan produksi.

Sebagai informasi, pada awal Desember 2018, OPEC dan sekutunya (termasuk Rusia) sepakat untuk mengurangi pasokan minyak hingga 1,2 juta barel/hari.

Sejauh ini Rusia terlihat kurang patuh terhadap kesepakatan tersebut. Meskipun produksi minyaknya telah dikurangi, namun tidak sebesar yang telah disepakati.

Berdasarkan data dari Revinitif, produksi minyak Rusia sepanjang Januari-Februari 2019 mencapai 11,31 juta barel/hari. Artinya, baru berkurang sekitar 100.000 barel/hari dari produksi acuan bulan Oktober 2019. Padahal Rusia sepakat untuk memangkas produksi minyak hingga 230.000 barel/hari.

Namun setidaknya hambatan pasokan di Venezuela dan Iran bisa membatasi pelemahan harga minyak. Pasalnya, sanksi yang dijatuhkan AS kepada dua negara tersebut membuat pasokan minyak semakin ketat. Venezuela dan Iran sama-sama kesulitan untuk melepas hasil minyaknya ke pasar dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)

Sumber : CNBC