Rabu, 08 Mei 2019

Perseteruan AS-China Makin Panas, Entah Sampai Kapan - Rifanfinancindo

Perseteruan AS-China Makin Panas, Entah Sampai Kapan
REUTERS / Jonathan Ernst
Rifanfinancindo Palembang - Hubungan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali panas setelah presiden Donald Trump mengancam akan meningkatkan tarif impor pada barang-barang China.

Padahal, beberapa pekan terakhir santer beredar kabar bahwa kedua ekonomi terbesar di dunia itu sudah hampir melahirkan kesepakatan.

Minggu kemarin, Trump mengeluarkan ancaman baru akan menaikkan bea impor terhadap produk China senilai US$200 miliar menjadi 25% dari 10% pada Jumat pekan ini.

Hal itu karena para pejabat AS merasa China dalam sepekan terakhir telah mengingkari beberapa komitmen penting yang telah dibuat dalam perundingan dagang selama berbulan-bulan belakangan.

Lalu sampai kapankah perang dagang yang telah berlangsung setahun lebih ini akan berakhir? Jawabannya, belum ada yang bisa memastikan.

Namun, beberapa pihak termasuk Pimpinan Dana Moneter Internasional (IMF) yakin bahwa ekonomi dunia akan makin melambat jika perang dagang berlanjut lebih lama. Christine Lagarde bahkan dengan tegas mengatakan China dan AS harus menyelesaikan perang dagang mereka.

"Bagi kami di IMF, sangat penting bahwa ketegangan perdagangan diselesaikan dengan cara yang memuaskan bagi semua pihak karena jelas ketegangan antara Amerika Serikat dan China adalah ancaman bagi ekonomi global," kata Lagarde, mengutip Reuters, Selasa.

Meski Trump kembali meluncurkan ancamannya, beberapa analis Wall Street tetap optimistis kesepakatan dagang akan segera terwujud dan menganggap ancaman Trump hanyalah taktik negosiasi.

Negosiasi perdagangan antara pejabat AS dan China pun masih dijadwalkan untuk dilanjutkan pada Kamis di Washington.

Kementerian Perdagangan China mengatakan Wakil Perdana Menteri Liu He masih akan memimpin delegasi perundingan dari Beijing dan akan berada di Washington selama dua hari.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan rasa saling menghormati antara kedua belah pihak adalah dasar tercapainya perjanjian dagang.

"Kenaikan bea impor tidak dapat menyelesaikan masalah apapun," kata Geng dalam konferensi pers rutin, Selasa (7/5/2019).

"Pembicaraan adalah hal yang biasa terjadi dalam proses perundingan. Normal bagi kedua belah pihak untuk memiliki perbedaan. China tidak akan menghindari masalah dan China tulus ingin melanjutkan pembicaraan," ujarnya. (prm)


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar