Jumat, 17 Mei 2019

Kondisi Ekonomi Global Bikin BI Pertahankan Suku Bunga Acuan - PT Rifan Financindo

Kondisi Ekonomi Global Bikin BI Pertahankan Suku Bunga Acuan
Foto : BI/Perry Warjiyo
PT Rifan Financindo Palembang - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) telah diselenggarakan pada 15-16 Mei 2019. Dalam rapat tersebut, BI memutuskan untuk mempertahankan bunga acuannya di level 6% untuk kali kelima di 2019.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15-16 Mei 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Jakarta, Kamis (16/5/2019).

Salah satu alasan kuat bank sentral pertahankan bunga acuannya yakni ketidakpastian di pasar keuangan global yang meningkat.

"Keputusan tersebut sejalan dengan menjaga stabilitas eksternal di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat," tambahnya.

Dalam keterangannya, Perry menjelaskan, pihaknya juga akan tetap memastikan ketersediaan likuiditas di perbankan serta menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif antara lain dengan mempertahankan rasio Countercyclical Capital Buffer (CCB) sebesar 0%, rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 4% dengan fleksibilitas repo sebesar 4%, dan kisaran Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) sebesar 84-94%.

Selain itu, BI, sambung Perry melihat dampak perang dagang yang terjadi saat ini lebih dirasakan oleh AS. Walaupun, imbuhnya, China juga terkena dampak secara langsung.

Adapun, lanjut Perry, pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat berpengaruh kepada volume perdagangan dan harga komoditas global yang menurun, kecuali harga minyak yang naik pada periode terakhir dipengaruhi faktor geopolitik.

Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan dunia yang meningkat dipengaruhi oleh eskalasi perang dagang AS dan China sehingga kembali memicu peralihan modal dari negara berkembang ke negara maju, meskipun respons kebijakan moneter global mulai longgar.

Sehingga, kedua faktor ekonomi global yang kurang menguntungkan tersebut memberikan tantangan dalam upaya menjaga stabilitas eksternal baik untuk mendorong ekspor maupun menarik modal asing.

"Bank Indonesia akan terus mencermati kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal perekonomian Indonesia dalam mempertimbangkan terbukanya ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif sejalan dengan rendahnya inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri," pungkas Perry. (prm)


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar