Jumat, 10 Mei 2019

Surat Cinta Jinping untuk Trump Bikin Harga Minyak Melesat - Rifan Financindo

Surat Cinta Jinping untuk Trump Bikin Harga Minyak Melesat
Foto: Infografis/10 Kkks Utama Produksi Minyak/Edward Ricardo
Rifan Financindo Palembang - Harga minyak menguat seiring dengan optimisme damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang meningkat di kalangan pelaku pasar. Namun hasil dialog dagang kedua negara yang masih tak pasti menyisakan sentimen negatif yang menahan laju penguatan harga.

Pada perdagangan Jumat (10/5/2019) pukul 08:30 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman Juli menguat 0,94% menjadi US$ 71,05/barel, setelah naik tipis 0,01% kemarin (9/5/2019).

Bersamaan dengan itu, harga light sweet (WTI) melesat hingga 1,15% ke level US$ 62,41/barel, setelah terkoreksi 0,86% sehari sebelumnya.

Bila tetap berada di posisi itu hingga akhir sesi perdagangan, maka harga Brent dan WTI akan membukukan penguatan mingguan masing-masing sebesar 0,28% dan 0,76% secara point-to point.

Beberapa analis menduga sentimen positif yang mendorong harga minyak mulai muncul setelah Presiden AS, Donald Trump mengatakan bahwa dirinya menerima "surat yang indah" dari Presiden China , Xi Jinping.

"Dia [Xi Jinping] baru saja menulis surat yang indah untuk saya. Saya baru saja menerimanya dan mungkin akan berbicara dengannya melalui telepon. Mari bekerja sama, mari lihat apa yang bisa kita selesaikan," ujar Trump pada hari Kamis (8/5/2019) waktu setempat, mengutip Reuters.

Kabar tersebut tentu saja membuat ketakutan pelaku pasar setidaknya bisa diredam. Masih ada peluang damai dagang benar-benar tercipta.

Sebelumnya, pada hari Minggu (5/5/2019) Trump sempat mengancam akan menaikkan bea impor produk-produk asal China yang senilai US$ 200 miliar menjadi 25% (dari yang semula 10%) mulai hari Jumat (10/5/2019). Ancaman Trump pun dikonfirmasi oleh Kantor Perwakilan Dagang AS yang mengeluarkan pernyataan resmi kenaikan taris tersebut akan mulai berlaku seperti yang Trump katakan.

Pihak AS menuding China telah mangkir dari kesepakatan yang sudah dibuat. Ada beberapa poin dalam draf kesepakatan setebal 150 halaman yang secara sepihak dihapus oleh pihak China. Alhasil tensi perang dagang sempat kembali meningkat pekan ini.

Meski demikian, teka teki perang dagang belum sepenuhnya terpecahkan. Potensi batalnya kesepakatan masih tersisa.

Hari Kamis dan Jumat (9-10/5/2019) waktu setempat, Wakil Perdana Menteri China dijadwalkan kembali berdialog dengan delegasi AS di Washington.

Pelaku pasar masih menanti hasil final dari dialog tersebut. "Hasil dari dialog dagang AS-China masih tidak pasti," ujar Alfonso Esparza, analis pasar senior OANDA, mengutip Reuters.

Jika hasilnya tak sesuai harapan (damai dagang) maka sekali lagi perekonomian global akan mengalami perlambatan, bahkan lebih parah dari yang ada saat ini.

Selain itu harga minyak juga masih mendapat sokongan dari pemangkasan produksi yang dilakukan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Permintaan pun juga diramal meningkat tahun ini.

Berdasarkan data dari lembaga resmi pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA), permintaan minyak global akan naik hingga 1,4 juta barel/hari sepanjang tahun 2019.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)


Sumber : CNBC
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar