Jumat, 24 Januari 2020

Korban Virus Corona Bertambah, Bikin Bursa Saham Asia Merah

Korban Virus Corona Bertambah, Bikin Bursa Saham Asia Merah
Foto: Ilustrasi Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
Rifan Financindo - Bursa saham mayoritas terkoreksi pada perdagangan Jumat pagi ini karena jumlah kasus virus corona di China daratan naik menjadi lebih dari 800, dengan jumlah kematian meningkat menjadi 25.

Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 0,42% pada awal perdagangan. Demikian pula dengan indeks Nikkei 225 di Jepang jatuh turun 0,12% dan indeks Topix juga turun 0,19%.

Sementara itu, bursa saham di Australia dimana indeks S&P/ ASX 200 naik sekitar 0,3%.

Koreksi di bursa saham terjadi ketika investor terus mengamati situasi seputar virus corona yang menyebar cepat yang pertama kali didiagnosis kurang dari sebulan yang lalu. Jumlah total kasus virus corona di China naik menjadi 830, media pemerintah China melaporkan pada hari Jumat. Setidaknya ada 14 kasus yang diketahui di luar China daratan, di seluruh dunia tercatat sudah 844 terjangkit virus ini.

Pasar utama di seluruh wilayah seperti Cina dan Korea Selatan ditutup pada hari Jumat menjelang Tahun Baru Imlek yang dimulai pada hari Sabtu.

"Ketika orang-orang Cina di seluruh dunia menyambut 'Tahun Tikus', kekhawatiran penularan virus corona telah menyebabkan pasar domestik China dan global secara umum menjadi gelisah," kata Venkateswaran Lavanya, seorang ekonom di Mizuho Bank, dalam catatatnya Jumat (24/1/2020).

"Sejauh ini, 25 nyawa diklaim dan sekitar 830 kasus infeksi adalah sumber kekhawatiran; tetapi kepanikan masih prematur karena dampak evolusi dari virus korona masih harus dilihat."

Dari bursa Wall Street, saham ditutup sedikit berubah karena investor menimbang dampak dari wabah koronavirus yang sedang berlangsung. S&P 500 adalah 0,1% lebih tinggi pada 3.325,54 sementara Nasdaq Composite naik 0,2% ke rekor penutupan tertinggi di 9402,48. Dow Jones Industrial Average, bagaimanapun, turun 26,18 poin menjadi 29.160,09.

Pergerakan di Amerika Serikat terjadi setelah WHO mengatakan "agak terlalu dini untuk menganggap acara ini adalah darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional." (hps/hps)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar