Jumat, 05 Maret 2021

Di Kurs Tengah BI, Rupiah Sudah Rp 14.371/US$!

valas
Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

 

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun lemas di perdagangan pasar spot.

Pada Jumat (5/3/2021), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada d Rp 14.371. Rupiah melemah 0,5% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di pasar spot, sebenarnya rupiah dibuka stagnan, tidak melemah tetapi juga tidak menguat. Namun beberapa menit kemudian rupiah masuk jalur merah dan pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.300 di mana rupiah melemah 0,28%.

Rupiah tidak sendiri, hampir seluruh mata uang Asia pun kerepotan menghadapi dolar AS. Sejauh ini hanya yen Jepang, won Korea Selatan, dan dolar Taiwan yang mampu menguat.

Dolar AS Kelewat Kuat

Ternyata tidak cuma di Asia, dolar AS juga digdaya di tataran global. Pada pukul 09:12 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) naik 0,05%.

Boleh dikata 2021 sampai saat ini adalah tahunnya dolar AS. Sejak awal tahun, Dollar Index sudah melesat hampir 2%.

Penguatan dolar AS masih ditopang oleh kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Pada pukul 09:19 WIB, yield surat utang pemerintahan Joseph 'Joe' Biden tenor 10 tahun naik 2,3 basis poin menjadi 1,5757%.

Untuk mengendalikan laju kenaikan yield, investor berharap Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) bakal lebih agresif dalam memborong US Treasury Bonds. Sebab ketika permintaan meningkat, harga obligasi akan naik sehingga yield bergerak turun.

Namun dalam sebuah forum yang digelar Wall Street Journal, Ketua The Fed Jerome 'Jay' Powell menegaskan kebijakan yang saat ini ditempuh masih layak (appropriate). Artinya, The Fed belum akan menambah nilai pembelian aset berharga (quantitative easing) yang saat ini adalah US$ 120 miliar per bulan.

"Kenaikan yield memang terlihat dan membuat saya menaruh perhatian. Namun kami belum menilainya sebagai pergerakan yang kebablasan. Posisi (stance) kebijakan kami yang sekarang masih layak," tegas Powell, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Tanpa tambahan gelontoran duit dari The Fed, yield obligasi pemerintah AS lebih leluasa untuk naik. Kenaikan yield ini membuat investor terpana dan mengalihkan pandangan ke sana. Tidak ada waktu untuk mengurus aset lainnya.

"Pasar mengartikan pernyataan Powell bahwa The Fed tidak mencoba menghambat kenaikan yield sehingga investor melihat ada sinyal yield bisa terus naik. Ternyata kejadian," ujar Scott Brown, Kepala Ekonom Raymond James yang berbasis di Florida (AS), seperti diwartakan Reuters.

Perkembangan ini membuat aset- aset lain seperti saham ditinggalkan. Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup anjlok. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ambruk 1,11%, S&P 500 ambes 1,34%, dan Nasdaq Composite ambrol 2,11%.

Rontoknya Wall Street menular ke Asia, arus modal yang mengalir ke pasar keuangan Benua Kuning seret. Akibatnya, mata uang utama Asia ramai-ramai melemah, termasuk rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar