Kamis, 28 Januari 2021

The Fed Tak Beri Kejutan, 'Penonton' Kecewa!

FILE - In this Nov. 25, 2019, file photo Federal Reserve Board Chair Jerome Powell addresses a round table discussion during a visit to Silver Lane Elementary School, in East Hartford, Conn. On Wednesday, Dec. 11, the Federal Reserve issues a statement and economic projections, followed by a news conference with Powell. (AP Photo/Steven Senne)
Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve Jerome Powell (AP Photo/Steven Senne)

 

PT Rifan - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed telah mengumumkan hasil rapat bulanan edisi Januari 2021. Hasilnya sesuai dengan ekspektasi pasar.

Dini hari tadi waktu Indonesia, rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25%. The Fed juga berkomitmen tetap menjalankan program pembelian obligasi (quantitative easing) sampai ekonomi dan pasar tenaga kerja betul-betul pulih dari dampak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Saat ini, The Fed memborong obligasi pemerintah AS setidaknya US$ 80 miliar per bulan plus aset beragun kredit properti (mortgage-based securities) US$ 40 miliar.

"Anda belum bisa berharap motel, gelaran olahraga, bioskop, restoran, bar, dan sebagainya bisa berfungsi dengan baik selama pandemi. Itu menyangkut (kehidupan) jutaan orang. Jadi kita harus mengalahkan pandem, ini yang belum selesai. Kita harus menyelesaikan pekerjaan ini.

"Risiko (pandemi) masih sangat tinggi dalam jangka pendek, jujur saja. Namun ada bukti bahwa sepertinya ekonomi akan lebih kuat pada paruh kedua tahun ini," papar Powell dalam konferensi pers usai rapat, seperti dikutip dari Reuters.

Hasil rapat ini adalah keputusan yang sudah diperkirakan oleh investor. Pelaku pasar 'meramal' The Fed tidak akan memberi kejutan, dan itulah yang terjadi.

Namun anehnya, pelaku pasar malah bereaksi negatif. Bursa saham New York jatuh di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 2,05%. Sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite ambrol masing-masing 2,57% dan 2,61%.

"Pandemi semakin mengkhawatirkan sementara proses vaksinasi berjalan lambat sehingga ekonomi AS bakal kehilangan momentum pada kuartal I-2021. Lagi-lagi stimulus fiskal yang akan mengambil peran utama sementara The Fed sepertinya tidak akan melakukan upaya baru dalam waktu dekat," tegas Seema Shah, Chief Strategist di Principal Global Investors yang berbasis di London (Inggris), seperti dikutip dari Reuters. (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 27 Januari 2021

Deg-degan Tunggu The Fed, Rupiah Bakal Tipis-Tipis Saja

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan Financindo BerjangkaNilai tukar rupiah melemah 0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.040/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Sentimen dari dalam negeri kurang bagus, sebab kasus virus corona suda menembus 1 juta orang. Penambahan kasus masih tetap tinggi meski pemerintah sudah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam 2 pekan terakhir, dan masih berlangsung hingga 8 Februari nanti.

Pada pekan kedua pelaksanaan PPKM, jumlah pasien positif corona bertambah 81.333 orang. Rata-rata pasien positif bertambah 11.619 orang per hari.

Jumlah ini malah naik dibandingkan pekan pertama, di mana jumlah pasien positif bertambah 79.903 orang. Rerata pasien positif bertambah 11.415 orang setiap harinya.

Selama dua pekan pelaksanaan PPKM, jumlah pasien positif bertambah 161.236 orang (rata-rata 11.517 orang per hari). Naik tajam dibandingkan dua minggu sebelumnya yaitu 114.661 orang (rerata 8.190 orang per hari).

Sementara itu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter di Kamis dini hari waktu Indonesia menjadi pemicu kuatnya dolar AS.

Pengumuman tersebut sangat dinanti pelaku pasar, sebab saat ini beredar "bisik-bisik" di pasar jika di akhir tahun ini ada kemungkinan bank sentral paling powerful di dunia ini akan mengurangi nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang saat ini nilainya sekitar US$ 120 miliar per bulan.

Pengurangan tersebut dikenal dengan istilah tapering. Sebelum saat ini, pada pertengahan tahun 2013 lalu, The Fed yang saat itu dipimpin Ben Bernanke juga mengeluarkan wacana tapering.

Saat wacana tersebut muncul dolar AS menjadi begitu perkasa, hingga ada istilah "taper tantrum". Maklum saja, sejak diterapkan suku bunga rendah serta QE, nilai tukar dolar AS terus merosot. Sehingga saat muncul wacana pengurangan QE hingga akhirnya dihentikan dolar AS langsung mengamuk, "taper tantrum", rupiah pun jeblok.

Oleh karena itu, kemungkinan belum akan ada pergerakan besar rupiah pada perdagangan hari ini, Rabu (27/1/2021).

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih tertahan di atas Rp 14.000/US$ meski sempat dijebol pada Kamis (21/1/2021). Sehari sebelumnya, rupiah membentuk pola Black Maubozu.

Rupiah kemarin membuka perdagangan di level Rp 14.050/US$, dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.020/US$, atau menguat 0,21%. Level terlemah rupiah sama dengan level pembukaan, sementara level terkuat sama dengan level penutupan, sehingga secara teknikal masih mengukir pola Black Marubozu.

Black Marubozu kerap dijadikan sinyal harga suatu instrumen akan menurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah.

Rupiah saat ini masih berada di bawah 14.050/US$, yang merupakan level atas Black Marubozu, sehingga pola tersebut masih berpotensi memicu penguatan rupiah.

Mata Uang Garuda juga masih di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga ruang penguatan terbuka cukup besar.

Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.

Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu, indikator stochastic bergerak mendatar dan cukup jauh dari wilayah jenuh jual (oversold) atau pun jenuh beli (overbought). 

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat masih di level psikologis Rp 14.000/US$, selama tertahan di atasnya rupiah berisiko melemah ke Rp 14.050/US$, sebelum menuju Rp 14.080 sampai 14.100/US$ yang merupakan resisten terdekat di pekan ini.

Sementara jika level psikologis ditembus, rupiah menguat ke Rp 13.970/US$. Kemampuan melewati level tersebut akan membawa rupiah menguat ke Rp Rp 13.940 hingga Rp 13.900/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 26 Januari 2021

Tenang! Koreksi IHSG Mulai Terbatas, Jajal 6.300 Lagi

Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand di Bursa Efek Indonesia, Senin (18/2/2019). kompetisi jual beli saham Oppo Stocks in Your Hand (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

PT Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (25/1/2021) terpaksa ditutup di zona merah. Indeks acuan bursa nasional ambles 0,77% ke level 6.258,57 setelah sempat merosot parah 2,5%.

Investor asing masih aktif melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 172,52 miliar di semua pasar (pasar reguler Rp 169,92 miliar) dengan nilai transaksi menyentuh Rp 16,09 triliun.

Pilarmas Investindo Sekuritas mengungkapkan sentimen luar negeri. China berupaya untuk menjaga hubungan dengan Amerika Serikat selama 4 tahun ke depan.

Hal ini disampaikan dalam pidato perwakilan China di pertemuan WEF, Davos. Pernyataan ini disampaikan untuk memberikan seruan kepada dunia agar tidak prasangka secara ideologis dan menghindari mentalitas terkait dengan perang dingin yang sudah ketinggalan zaman.

Sentimen lainnya datang dari pakar medis yang menjadi penasehat Gedung Putih untuk penanganan Covid-19 Anthony Fauci yang mulai merasakan kekhawatiran terkait dengan penundaan pemberian dosis kedua vaksin Covid 19 di Amerika. Ini berpotensi untuk menciptakan mutasi virus corona baru.

Fauci mengatakan untuk mendapatkan tingkat efektivitas penuh, maka masyarakat harus mendapatkan dosis kedua tersebut.

Pilarmas menilai, sentimen ini dapat membuat rapuh pasar dalam usahanya untuk mengalami penguatan meskipun minggu ini merupakan pekan pelemahan.

MNC Sekuritas mengungkapkan saat ini IHSG sudah berada di akhir wave A dari wave (4), hal tersebut berarti, koreksi IHSG sudah relatif terbatas dengan area koreksi ke 6.100-6.200.

Setelah terkonfirmasi membentuk wave A, maka IHSG berpeluang menguat untuk membentuk wave B dari wave (4) ke rentang 6.320-6.450.

Untuk itu pada perdagangan hari ini Selasa (26/1/2021) indeks diperkirakan akan bergerak di kisaran support (batas bawah) 6.195 dan 5.980 serta resisten (batas atas) di 6.430 dan 6.505. (tas/tas)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 25 Januari 2021

Pekan Lalu Lepas Landas, Apa Kabar Emas Pegadaian Hari Ini?

Ilustrasi Emas Antam. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Emas Antam. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

Rifan FinancindoHarga emas di pegadaian rontok pada perdagangan Senin (25/1/2021) setelah lepas landas pada Jumat pekan lalu. Pegadaian menjual 3 jenis emas Antam dan emas UBS berbagai satuan, semuanya masuk ke zona merah.

Melansir data dari situs resmi Pegadaian, harga emas Antam standar turun di kisaran 0,2%. Satuan terkecil, 2 gram, turun 0,21% dibandingkan harga Jumat (22/1/2021) ke Rp 1.944.000/batang. Sementara satuan terbesar, 100 gram, turun 0,22% ke Rp 94.244.000/batang.

Emas Antam retro hari ini merosot lebih dari 1%. Satuan 0,5 gram dijual Rp 455.000/batang merosot 1,09% dibandingkan harga Jumat. Satuan 100 gram ambrol 1,19% ke Rp 90.713.000/batang.

Emas Antam retro merupakan emas kemasan lama, dimana keping emas dan sertifikatnya terpisah. Emas retro ini terakhir kali diproduksi pada tahun 2018. Emas retro juga menjadi jenis emas Antam yang paling sering naik-turun.

Kemudian emas Antam batik, satuan 0,5 gram dihargai Rp 628.000/batang turun 0,16% dibandingkan harga kemarin, dan satuan 1 gram juga turun 0,17% di Rp 1.161.000/batang.

Emas batik merupakan jenis emas Antam yang paling mahal di bandingkan jenis standard dan retro. Pegadaian hanya menjual emas Antam batik satuan 0,5 gram dan 1 gram.
Terakhir emas UBS juga merosot di semua satuan, mayoritas sebesar 1,19%.

Berikut daftar lengkap harga emas di Pegadaian beserta perubahannya. (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 22 Januari 2021

Dolar AS Remuk Redam, Rupiah Bisa ke Rp 13.900/US$ Nih!

Karyawan menunjukkan pecahan uang dollar di salah satu tempat penukaran uang di kawasan Blok M, Kebayoran Baru, Jumat (16/3/2018). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

 

PT RifanNilai tukar rupiah menguat 0,28% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 13.980/US$ pada perdagangan Kamis kemarin.

Dolar AS yang sedang lesu dan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan menjadi pemicu penguatan Mata Uang Garuda dan berpeluang berlanjut pada hari ini, Jumat (22/1/2021). 

Indeks dolar AS pada perdagangan Kamis kemarin merosot 0,42% ke 90,093, setelah pelantikan Joseph 'Joe' Biden sebagai Presiden AS ke-46. Itu artinya indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut melemah dalam 3 hari beruntun.

Selain pelantikan Biden, Senat AS yang sebelumnya dikuasai oleh Partai Republik, kini dikuasai oleh Partai Demokrat. Sehingga blue wave atau kemenangan penuh Partai Demokrat berhasil dicapai.

Parlemen AS menganut sistem 2 kamar, House of Representative (DPR) yang sudah dikuasai Partai Demokrat sejak lama, dan Senat yang pada rezim Donald Trump dikuasai Partai Republik.

Dengan dikuasainya DPR dan Senat, tentunya akan memudahkan dalam mengambil kebijakan, termasuk dalam meloloskan paket stimulus fiskal US$ 1,9 triliun.

Saat stimulus tersebut cair, maka jumlah uang bereda di perekonomian AS akan bertambah, dan dolar AS berisiko remuk redam. 

Sementara itu, BI pada kemarin mempertahankan suku bunga acuan 3,75%, sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia.

Dengan dipertahankannya suku bunga, penguatan rupiah menjadi terakselerasi. Sebab jika suku bunga kembali diturunkan, maka yield obligasi di Indonesia juga akan menurun, hal ini dapat membuat capital inflow menjadi seret, bahkan tidak menutup kemungkinan terjadi outflow yang bisa menekan rupiah.

Sebab selisih yield dengan negara-negara maju, misalnya dengan AS akan menyempit, hal itu membuat Indonesia sebagai negara berkembang menjadi kurang menarik.

Negara berkembang memiliki risiko investasi yang lebih tinggi ketimbang negara maju, sehingga untuk menarik aliran investasi diperlukan yield yang lebih tinggi.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Black Maubozu pada hari Rabu lalu, dan berdampak pada penguatan Kamis kemarin.

Rupiah kemarin membuka perdagangan di level Rp 14.050/US$, dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.020/US$, atau menguat 0,21%.

Level terlemah rupiah sama dengan level pembukaan, sementara level terkuat sama dengan level penutupan, sehingga secara teknikal masih mengukir pola Black Marubozu.

Black Marubozu kerap dijadikan sinyal harga suatu instrumen akan menurun lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS melemah melawan rupiah.

Rupiah juga bergerak di bawah rerata pergerakan (moving average/MA) 50 hari atau MA 50 (garis hijau). Sehingga ruang penguatan terbuka cukup besar.

Pada November 2020 lalu terjadi death cross alias perpotongan MA 50 hari, MA 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200). Death cross terjadi dimana MA 50 memotong dari atas ke bawah MA 100 dan 200.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Death cross menjadi sinyal suatu aset akan berlanjut turun. Dalam hal ini USD/IDR, artinya rupiah berpotensi menguat lebih jauh.

Sementara itu, indikator stochastic bergerak mendatar dan cukup jauh dari wilayah jenuh jual (oversold) atau pun jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat berada di kisaran Rp 13.970/US$, jika berhasil ditembus rupiah berpeluang menguat ke level Rp 13.940 hingga Rp 13.900/US$.

Peluang penguatan lebih jauh akan terbuka cukup lebar jika rupiah mampu mengakhiri perdagangan di bawah level Rp 13.900/US$.

Sementara jika kembali ke atas Rp 14.000 rupiah berisiko melemah ke Rp 14.030/US$, sebelum menuju Rp 14.100/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan