Senin, 20 Januari 2025

Produsen Teknologi Jepang Pimpin Pemulihan Pasar Saham

 


Saham Jepang mengalami rebound pada hari Senin, dengan indeks Topix mencatat kenaikan terbesar sejak 27 Desember. Optimisme terhadap ekonomi AS mendorong sentimen positif di sektor teknologi, sementara saham perbankan mendapat dorongan dari ekspektasi bahwa Bank of Japan (BOJ) akan menaikkan suku bunga minggu ini.

Indeks Topix naik 1,2% menjadi 2.711,27 pada penutupan perdagangan di Tokyo. Indeks Nikkei juga menguat 1,2% ke level 38.902,50.

Toyota Motor Corp. menjadi kontributor terbesar bagi kenaikan Topix, dengan sahamnya naik 2,9%. Dari 2.119 saham yang tercatat di indeks tersebut, 1.675 saham mengalami kenaikan, 369 saham turun, dan 75 saham tidak mengalami perubahan.

Produsen elektronik memimpin kenaikan di Topix, dengan perusahaan teknologi mengikuti jejak rekan-rekan mereka di AS yang mengalami penguatan setelah tren kenaikan imbal hasil AS kehilangan momentum. Ekspektasi bahwa Federal Reserve akan segera menurunkan suku bunga juga mendukung sentimen positif. Lemahnya yen terhadap dolar AS turut menguntungkan saham-saham yang bergantung pada ekspor, seperti produsen mobil. Indeks otomotif Topix naik 2,2%, tertinggi di antara semua subindustri.

“Pasar saham Jepang sangat lemah minggu lalu, jadi ada banyak pembelian reaksi balik,” kata Yusuke Sakai, seorang pedagang senior di T&D Asset Management. Optimisme terhadap prospek ekonomi AS setelah data CPI yang lebih lemah dari perkiraan pekan lalu turut membantu, tambahnya. Meskipun begitu, investor tetap berhati-hati menjelang pelantikan Donald Trump, kata Sakai.

“Namun, banyak pelaku pasar Jepang tidak melihat Trump sebagai ancaman besar bagi bisnis. Saya tidak berpikir investor Jepang perlu terlalu khawatir tentang pelantikannya,” ujarnya.

Saham-saham perbankan juga naik, dengan Mitsubishi UFJ dan Sumitomo Mitsui termasuk di antara 10 saham dengan kinerja terbaik di Topix. Kenaikan ini didorong oleh spekulasi bahwa BOJ akan menaikkan suku bunga dalam pertemuan yang akan datang. Data dari overnight index swaps menunjukkan peluang 85 persen kenaikan suku bunga pada penutupan pasar hari Senin.

Rabu, 15 Januari 2025

Dolar Australia Menguat di Tengah Sentimen Pasar Risk-On, Fokus pada Data CPI AS

 


Dolar Australia (AUD) tetap stabil pada Rabu setelah mencatat kenaikan selama dua hari berturut-turut terhadap Dolar AS (USD). Pasangan AUD/USD mendapat dukungan dari sentimen pasar risk-on yang didorong oleh data perdagangan yang kuat dari Tiongkok, upaya Beijing untuk menstabilkan Yuan, serta kenaikan harga komoditas.

Para pelaku pasar kini menanti data ketenagakerjaan Australia yang dijadwalkan rilis akhir pekan ini, guna mendapatkan wawasan lebih lanjut mengenai arah kebijakan Bank Sentral Australia (RBA). Data ini akan menjadi penentu penting bagi ekspektasi kebijakan moneter ke depan, terutama di tengah meningkatnya keyakinan investor terhadap prospek ekonomi global.

Kepercayaan investor semakin tumbuh seiring dengan pertimbangan tim ekonomi Presiden-terpilih AS Donald Trump untuk secara bertahap meningkatkan tarif impor. Langkah ini memicu optimisme di pasar, yang pada gilirannya memperkuat mata uang yang sensitif terhadap risiko seperti AUD. Sentimen positif ini juga berkontribusi pada apresiasi pasangan AUD/JPY, menunjukkan minat pasar yang tinggi terhadap aset berisiko.

Dengan perhatian pasar yang tertuju pada data CPI AS yang akan datang, pergerakan AUD akan tetap dipantau ketat oleh para trader yang mencari indikasi lebih lanjut tentang prospek ekonomi global dan kebijakan moneter AS.

Senin, 13 Januari 2025

Harga Minyak Naik di Tengah Ekspektasi Sanksi Baru AS

 Harga minyak melanjutkan kenaikan untuk sesi ketiga pada Senin, dengan Brent naik di atas $81 per barel, mencapai level tertinggi dalam lebih dari empat bulan. Kenaikan ini dipicu oleh ekspektasi sanksi AS yang lebih luas yang akan mempengaruhi ekspor minyak mentah Rusia ke pembeli utama seperti China dan India.

Futures minyak mentah Brent naik $1,48, atau 1,86%, menjadi $81,24 per barel pada pukul 01:13 GMT setelah menyentuh level tertinggi harian di $81,49, yang merupakan puncak sejak 27 Agustus. Sementara itu, futures minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik $1,53, atau 2%, menjadi $78,10 per barel setelah mencapai level tertinggi di $78,39, tertinggi sejak 8 Oktober.

Brent dan WTI telah meningkat lebih dari 6% sejak 8 Januari, dengan lonjakan terjadi setelah Departemen Keuangan AS memberlakukan sanksi yang lebih luas terhadap minyak Rusia pada Jumat. Sanksi baru ini mencakup produsen seperti Gazprom Neft dan Surgutneftegas, serta 183 kapal yang mengangkut minyak Rusia, menargetkan pendapatan yang digunakan Moskow untuk mendanai perangnya dengan Ukraina.

Ekspor minyak Rusia diperkirakan akan terdampak berat oleh sanksi baru ini, yang mendorong China dan India—importir minyak terbesar dan ketiga di dunia—untuk mencari sumber minyak mentah lebih banyak dari Timur Tengah, Afrika, dan Amerika. Hal ini akan mendorong naiknya harga dan biaya pengiriman, menurut para pedagang dan analis.

“Sanksi Rusia baru dari pemerintahan yang akan berakhir ini menambah risiko pasokan, menambah ketidakpastian pada prospek kuartal pertama,” kata para analis dari RBC Capital dalam sebuah catatan.

Bank tersebut memperkirakan bahwa putaran sanksi terbaru mencakup kapal yang terkait dengan 1,5 juta barel per hari minyak mentah laut Rusia pada tahun 2024. Ini mencakup 750.000 barel per hari ekspor ke China dan 350.000 barel per hari ke India. “Secara keseluruhan, penggandaan jumlah kapal tanker yang disanksi untuk membawa minyak Rusia dapat menjadi hambatan logistik besar bagi aliran minyak pasca-invasi,” kata para analis.

Banyak kapal tanker yang disebutkan dalam sanksi terbaru telah digunakan untuk mengirim minyak ke India dan China, karena sanksi Barat sebelumnya dan batas harga yang diberlakukan oleh negara-negara Kelompok Tujuh pada tahun 2022 mengalihkan perdagangan minyak Rusia dari Eropa ke Asia. Beberapa kapal juga telah memindahkan minyak dari Iran, yang juga disanksi.

“Putaran sanksi OFAC terbaru yang menargetkan perusahaan minyak Rusia dan sejumlah besar kapal tanker akan memiliki dampak khusus pada India,” kata Harry Tchilinguirian, kepala riset di Onyx Capital Group.

Selasa, 31 Desember 2024

Saham Hong Kong Menuju Kenaikan Tahunan yang Solid


Indeks saham di Hong Kong naik 84 poin atau 0,4% menjadi 20.123 dalam perdagangan pagi pada hari terakhir tahun 2024. Kenaikan ini terjadi setelah sesi yang melemah sehari sebelumnya, didorong oleh penguatan di sektor properti, konsumen, dan keuangan.

Sentimen Pasar Didukung Data PMI Positif

Sentimen investor meningkat setelah data resmi PMI dari China menunjukkan bahwa aktivitas pabrik pada Desember tumbuh untuk bulan ketiga berturut-turut, meskipun dengan laju yang lebih lambat. Sektor jasa juga mencatat kenaikan terbesar dalam sembilan bulan terakhir, menguat setelah stabilisasi pada November. Data ini memperkuat keyakinan bahwa pemulihan ekonomi China terus berlangsung.

Saham yang Menjadi Sorotan

Beberapa saham yang menjadi penggerak awal termasuk China Mengniu Dairy yang naik 4,2%, Haidilao International dengan kenaikan 4,0%, dan Pop Mart International yang meningkat 3,4%. Penguatan di sektor konsumen mencerminkan optimisme terhadap permintaan domestik yang semakin membaik di tengah langkah-langkah stimulus yang terus diberikan oleh pemerintah.

Kinerja Indeks Hang Seng

Indeks Hang Seng sedang berada di jalur untuk mencatatkan kenaikan kuat pada Desember, dengan kenaikan lebih dari 3% sejauh ini, setelah mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Secara tahunan, pasar saham Hong Kong diperkirakan akan mencatat lonjakan sekitar 18%. Lonjakan ini didorong oleh optimisme terkait peningkatan belanja fiskal di China pada tahun mendatang, menyusul serangkaian langkah dukungan sejak September, termasuk komitmen dari bank sentral China untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut.

Aktivitas Perdagangan Menjelang Akhir Tahun

Perdagangan akan berakhir lebih awal hari ini menjelang libur Tahun Baru. Meskipun aktivitas pasar cenderung menurun pada akhir tahun, optimisme atas langkah-langkah kebijakan di China dan stabilisasi ekonomi domestik memberikan dorongan yang signifikan pada pasar saham.

Secara keseluruhan, kinerja positif indeks Hang Seng mencerminkan pemulihan yang stabil di tengah tantangan global, dengan fokus pada peluang pertumbuhan di sektor-sektor utama. Investasi yang didukung oleh kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif diharapkan terus menjadi katalis utama bagi pasar saham Hong Kong pada tahun mendatang.

Jumat, 27 Desember 2024

Yen Jepang Menguat Setelah Data Inflasi CPI Tokyo Naik


Yen Jepang (JPY) menguat terhadap Dolar AS (USD) pada hari Jumat, dengan pasangan USD/JPY melemah dari level tertingginya baru-baru ini. Penguatan Yen ini dipicu oleh rilis data Indeks Harga Konsumen (CPI) Tokyo yang menunjukkan peningkatan inflasi.

Data terbaru ini memperkuat ekspektasi bahwa Bank of Japan (BoJ) akan tetap berada di jalur untuk menaikkan suku bunga pada Januari mendatang, memberikan tekanan tambahan pada pasangan mata uang tersebut.

Kenaikan Inflasi CPI Tokyo
CPI utama Tokyo mencatat kenaikan sebesar 3,0% secara tahunan (YoY) pada bulan Desember, naik dari 2,6% pada bulan November. Angka ini menunjukkan peningkatan tekanan inflasi di ibu kota Jepang, yang sering dijadikan indikator awal untuk tren inflasi nasional.

Selain itu, CPI Tokyo yang tidak memasukkan makanan segar dan energi—indikator inti yang lebih stabil—juga mencatat kenaikan menjadi 2,4% YoY di bulan Desember, dibandingkan dengan 2,2% pada bulan sebelumnya.

Data lainnya menunjukkan bahwa CPI Tokyo tanpa makanan segar meningkat 2,4% YoY di bulan Desember. Meski sedikit di bawah ekspektasi sebesar 2,5%, angka ini tetap lebih tinggi dibandingkan dengan 2,2% pada November, menandakan tekanan inflasi yang berkelanjutan.

Dampak pada Kebijakan Bank of Japan
Kenaikan inflasi ini memberikan tekanan tambahan bagi BoJ untuk mulai mengubah pendekatan kebijakan moneter ultra-longgar yang telah mereka pertahankan selama bertahun-tahun. Ekspektasi bahwa suku bunga akan dinaikkan pada Januari semakin kuat, mengingat inflasi yang terus mendekati atau melampaui target bank sentral sebesar 2%.

Langkah ini juga akan menandai pergeseran signifikan dalam kebijakan moneter Jepang, yang selama ini dikenal sebagai salah satu yang paling akomodatif di antara negara maju.

Pengaruh terhadap Pasar Forex
Penguatan Yen mencerminkan respons pasar terhadap prospek kebijakan moneter yang lebih ketat dari BoJ. Dolar AS, di sisi lain, menghadapi tekanan karena para investor mulai menyesuaikan ekspektasi mereka terkait arah kebijakan moneter Jepang dan Amerika Serikat.

Secara keseluruhan, data CPI Tokyo terbaru memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai tantangan inflasi di Jepang. Dengan ekspektasi pengetatan kebijakan moneter, pasar mata uang global akan terus mencermati langkah selanjutnya dari Bank of Japan dan dampaknya terhadap nilai tukar Yen Jepang.