Kamis, 23 Januari 2020

Gara-gara Virus Corona, Bursa Saham Asia Berguguran

Gara-gara Virus Corona, Bursa Saham Asia Berguguran
Foto: Pria melihat papan kutipan saham di luar broker di Tokyo, Jepang, 5 Desember 2018. REUTERS / Issei Kato
PT Rifan - Seluruh bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan keempat di pekan ini, Kamis (23/1/2020), di zona merah.

Pada penutupan perdagangan, indeks Nikkei turun 0,98%, indeks Shanghai terkoreksi 2,75%, indeks Hang Seng melemah 1,52%, indeks Straits Times terpangkas 0,6%, dan indeks Kospi berkurang 0,93%.

Sentimen negatif bagi bursa saham Benua Kuning datang dari penyebaran virus Corona. Virus Corona sendiri merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Gejala dari paparan virus Corona meliputi batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam, seperti dilansir dari CNN International.

Berpusat di China, kasus serangan virus Corona juga dilaporkan telah terjadi di negara-negara lain seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, hingga Thailand, semuanya melibatkan turis China asal Wuhan.

Kini, infeksi virus Corona telah resmi menyebar ke Makau dan Hong Kong. Lagi-lagi, virus tersebut dibawa oleh orang yang baru saja mengunjungi China.Pada hari Selasa (21/1/2020), US Centers for Disease Control and Prevention mengonfirmasi diagnosis pertama atas infeksi virus Corona di AS.
 
 Kasus ini terjadi di Seattle, di mana pengidapnya adalah seorang pria yang baru saja mengunjungi China.Kemarin (22/1/2020), Komisi Kesehatan Nasional menggelar konferensi pers di Beijing dan menginformasikan bahwa jumlah korban meninggal akibat Virus Corona telah bertambah menjadi sembilan orang.

Per 21 Januari, terdapat 440 kasus infeksi virus Corona yang tersebar di 13 provinsi di China. Sebanyak 1.394 pasien kini berada dalam observasi medis, seperti dilansir dari Bloomberg.

Hingga kini, belum jelas seberapa parah dampak dari infeksi virus Corona, namun akselerasi infeksinya telah menyebabkan kekhawatiran bahwa wabah seperti virus severe acute respiratory syndrome (SARS) yang merebak pada akhir 2002 hingga tahun 2003 di China, akan terulang.

Jika benar virus Corona menjadi wabah seperti SARS, perekonomian China bisa kian tertekan. Pasalnya, sebentar lagi masyarakat China akan merayakan hari raya Tahun Baru China atau yang dikenal dengan istilah Imlek di Indonesia.

Di China, perdagangan di bursa sahamnya akan diliburkan mulai dari tanggal 24 Januari hingga 30 Januari guna memperingati Tahun Baru China.

Selama libur Tahun Baru China, masyarakat China biasanya kembali ke kampung halamannya, sama seperti yang dilakukan masyarakat Indonesia pada hari raya Idul Fitri. Dalam periode tersebut, konsumsi masyarakat China biasanya akan meningkat drastis.

Pemerintah China sendiri memperkirakan akan ada sebanyak tiga miliar perjalanan pada Tahun Baru China kali ini, naik dibandingkan tahun lalu yaitu 2,99 miliar perjalanan. Dari tiga miliar perjalanan tersebut, 2,43 miliar diperkirakan ditempuh dengan mobil, 440 juta dengan kereta api, 79 juta dengan pesawat terbang, dan 45 juta dengan kapal laut.

Pada akhir 2002 hingga tahun 2003 kala wabah SARS merebak di China, laju pertumbuhan ekonominya jelas tertekan. Pada kuartal III-2002, perekonomian China tercatat tumbuh sebesar 9,6% secara tahunan, mengutip data dari Refinitiv. Pada kuartal IV-2002 kala wabah SARS mulai merebak, pertumbuhannya melemah menjadi 9,1% saja.

Pada kuartal I-2003, pertumbuhan ekonomi China berhasil naik hingga 11,1% secara tahunan, namun diikuti oleh penurunan yang tajam pada kuartal berikutnya. Pada kuartal II-2003, perekonomian China hanya mampu tumbuh 9,1% secara tahunan. Pada dua kuartal terakhir di tahun 2003, perekonomian China tumbuh masing-masing sebesar 10% secara tahunan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Rabu, 22 Januari 2020

IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi, Bursa Saham China Melemah

IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi, Bursa Saham China Melemah
Foto: REUTERS/Jason Lee
PT Rifan Financindo Berjangka - Bursa saham China mengawali perdagangan ketiga di pekan ini, Rabu (22/1/2020), di zona merah.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Shanghai jatuh 0,45% ke level 3.038,49, sementara indeks indeks Hang Seng selaku indeks saham acuan di Hong Kong naik 0,47% ke level 28.116,5.

Bursa saham China melemah menyusul sentimen negatif yang datang dari dipangkasnya proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh International Monetary Fund (IMF).

Pada proyeksinya di bulan Oktober, IMF memproyeksikan perekonomian global tumbuh sebesar 3% pada tahun 2019 dan 3,4% pada tahun 2020. Dalam proyeksi terbarunya, angka pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 dipangkas menjadi 2,9%, sementara untuk tahun 2020 proyeksinya berada di level 3,3%.

Proyeksi terbaru oleh IMF tersebut dituangkan dalam publikasi bertajuk "World Economic Outlook Update, January 2020: Tentative Stabilization, Sluggish Recovery?" yang dirilis pada hari Senin waktu Indonesia (20/1/2020).

Untuk tahun 2021, proyeksi pertumbuhan ekonomi global dipangkas menjadi 3,4%, dari yang sebelumnya 3,6%.

Dipangkasnya proyeksi pertumbuhan ekonomi global utamanya dipicu oleh proyeksi pertumbuhan yang lebih rendah di India. Pada proyeksi bulan Oktober, pertumbuhan ekonomi India untuk tahun 2020 dan 2021 dipatok masing-masing di level 7% dan 7,4%. Kini, proyeksinya dipangkas masing-masing menjadi 5,8% dan 6,5%.

Terkait dengan China selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2021 dipangkas sebesar 0,1 persentase poin, walaupun proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2020 dikerek naik 0,2 persentase poin.

Walaupun proyeksi untuk tahun 2020 dinaikkan, angka pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini masih berada di level 6%, yang berarti perekonomian Negeri Panda masih akan tumbuh melambat. Pada tahun 2019, perekonomian China diketahui tumbuh 6,1%.

Melansir CNBC International yang mengutip Reuters, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 21 Januari 2020

Peluang Pemangkasan Bunga Meningkat,Poundsterling Tertekan

Peluang Pemangkasan Bunga Meningkat,Poundsterling Tertekan
Foto: Pounds (REUTERS/Sukree Sukplang)
PT Rifan FinancindoPoundsterling melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (20/1/2020) menyusul semakin menguatnya probabilitas pemangkasan suku bunga bank sentral Inggris (Bank of England/BoE).

Pada pukul 19:52 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,2991, melemah 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Reuters melaporkan, berdasarkan data BOEWATCH pelaku pasar saat ini melihat probabilitas sebesar 70% BoE akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 0,5%. BOE akan mengumumkan suku bunga pada 30 Januari nanti.

Tanda-tanda akan adanya pemangkasan suku bunga sudah muncul dalam beberapa pekan terakhir. Gubernur BoE, Mark Carney, yang berbicara perdana tahun ini dalam forum resmi dua pekan lalu mulai memberikan sinyal arah kebijakan moneternya.

Melansir Reuters, saat membuka acara "The Futures of Inflation Targeting Conference" di London Kamis (9/1/2020), Carney dikabarkan menyebut akan ada "respon cepat" BoE jika pelemahan ekonomi Inggris berlangsung terus-menerus. Pernyataan Carney itu menjadi sinyal bahwa BoE kemungkinan memangkas suku bunga untuk merangsang perekonomian.

Setelah pernyataan Carney tersebut, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 14% suku bunga akan dipangkas pada 30 Januari nanti. Hanya dalam waktu dua pekan, probabilitas tersebut kini sudah menjadi 70%.

Kolega-kolega Carney yang juga memberikan sinyal suku bunga akan dipangkas, serta data ekonomi Inggris yang buruk membuat pelaku pasar melihat peluang suku bunga dipangkas semakin besar.

Silvana Tenreyro, salah satu anggota pembuat kebijakan BoE pada Jumat (10/1/2020) lalu mengatakan ia cenderung mendukung pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan jika pertumbuhan ekonomi tidak mengalami peningkatan.

Lalu pada Minggu (12/1/2020), Gertjan Vlieghe, yang juga merupakan anggota pembuat kebijakan moneter BoE menyatakan akan memilih memangkas suku bunga dalam rapat kebijakan moneter bulan ini. Sebagaimana dilansir Reuters, Vlieghe mengatakan akan mengubah keputusannya jika data ekonomi Inggris menunjukkan perbaikan yang signifikan.

Secara bersamaan, data ekonomi Inggris justru memburuk. Office for National Statistic (ONS) pada Jumat (17/1/2020) pekan lalu melaporkan penjualan ritel pada Desember turun 0,6% month-on-month (MoM), mematahkan hasil polling Reuters yang memprediksi pertumbuhan 0,5%. Dengan demikian, penjualan ritel Inggris stagnan 4 bulan beruntun.

Dua hari sebelumnya, ONS melaporkan inflasi Inggris di bulan Desember tumbuh sebesar 1,3% secara year-on-year (YoY), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya 1,5%. Kenaikan harga-harga di bulan Desember tersebut juga merupakan yang terendah sejak November 2016.

Inflasi Inggris berada dalam tren menurun sejak November 2017, saat itu inflasi tumbuh 3,1%. Setelahnya inflasi terus menurun hingga jauh ke bawah target bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) sebesar 2%.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 20 Januari 2020

Masih Ditopang Data Ekonomi, Bursa Saham China Dibuka Naik

Masih Ditopang Data Ekonomi, Bursa Saham China Dibuka Naik
Foto: Bursa Asia (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Rifan Financindo - Bursa saham China dan Hong Kong kompak mengawali perdagangan pertama di pekan ini, Senin (20/1/2020), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Shanghai naik 0,22% ke level 3.082,11, sementara indeks Hang Seng menguat 0,39% ke level 29.169,12.

Rilis data ekonomi China yang menggembirakan menjadi faktor yang menopang aksi beli di bursa saham China dan Hong Kong.

Sepanjang tiga bulan terakhir tahun 2019, perekonomian China tercatat tumbuh sebesar 6% secara tahunan, sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh Reuters. Untuk keseluruhan tahun 2019, perekonomian Negeri Panda tumbuh sebesar 6,1%, juga sesuai dengan estimasi. Angka pertumbuhan ekonomi China tersebut dirilis menjelang akhir pekan kemarin, Jumat (17/1/2020).

Lantas, pertumbuhan ekonomi China melambat signifikan dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Melansir CNBC International yang mengutip Reuters, pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990.

Walaupun pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2019 merupakan yang terlemah sejak tahun 1990, nyatanya hal tersebut sudah diekspektasikan oleh pelaku pasar. Seperti yang sudah disebutkan di atas, angka pertumbuhan ekonomi China untuk periode kuartal IV-2019 dan keseluruhan tahun 2019 sesuai dengan konsensus.

Lantas, pelaku pasar pun tak lagi kaget dengan perlambatan perekonomian China yang signifikan. Justru, fakta bahwa perlambatan ekonomi China tidaklah separah yang diekspektasikan menjadi faktor yang membuat pelaku pasar memburu instrumen berisiko seperti saham.

Kedepannya, ada ekspektasi yang besar bahwa perlambatan ekonomi China bisa diredam. Pasalnya, AS dan China kini telah resmi meneken kesepakatan dagang tahap satu yang akan menjadi kunci dalam meredam tekanan terhadap perekonomian China.

Seperti yang diketahui, pada hari Rabu waktu setempat (15/1/2020) AS dan China menandatangani kesepakatan dagang tahap satu di Gedung Putih, AS. Dari pihak AS, penandatanganan dilakukan langsung oleh Presiden Donald Trump, sementara pihak China mengirim Wakil Perdana Menteri Liu He.

TIM RISET CNBC INDONESIA(ank/ank)

Jumat, 17 Januari 2020

Investor Lari ke Saham, Emas Antam Turun Rp 720.000/gram

Investor Lari ke Saham, Emas Antam Turun Rp 720.000/gram
Foto : (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan - Harga emas acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun hingga kembali ke bawah level psikologis Rp 720.000 per gram, tepatnya melemah Rp 4.000 (0,45%) menjadi Rp 719.000 per gram dari Rp 723.000/gram kemarin.
Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM - Pulo Gadung di situs logammulia milik Antam hari ini (17/1/19), harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram melemah menjadi Rp 71,9 juta dari harga kemarin Rp 72,3 juta per batang.
Penurunan harga emas Antam itu mengekor harga emas di pasar spot global yang turun duluan kemarin akibat sentimen positif dari kinerja emiten di pasar saham Wall Street yang memberikan harapan pada prospek ekonomi global ke depannya serta kesepakatan dagang fase I Amerika Serikat (AS)-China yang efeknya baru dirasakan sekarang. Sentimen positif itu berhasil mengangkat indeks di Wall Street hingga rekor lagi tadi pagi.
Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.
Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam juga turun Rp 5.000/gram hari ini menjadi Rp 680.000/gram dari Rp 685.000/gram kemarin. Harga itu dapat menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.

Terkait dengan harga emas di pasar spot global, kemarin harga logam mulia ini sudah mencapai US$ 1.552,54 per troy ounce (oz), turun 0,22% dari US$ 1.555,93/oz pada hari sebelumnya. Hari ini, harga emas di pasar spot masih naik tipis 0,03% menjadi US$ 1.552,99/oz.

Selain emas Antam biasa, Antam juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama.

Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.

Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut sudah termasuk PPh 22 0,9%. Masyarakat bisa menyertakan NPWP untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah yaitu 0,45%.

Naik-turunnya harga emas ukuran kecil itu biasanya mengindikasikan risiko pada hari kerja sebelumn.

Beberapa faktor yang memengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.

Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri.
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/irv)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan