Kamis, 26 Maret 2020

Harga Emas Merosot 1% Lebih, Pegang Tunai atau ke Saham?

Harga Emas Merosot 1% Lebih, Pegang Tunai atau ke Saham?
Foto: Emas Batangan di toko Degussa di Singapur, 16 Juni 2017 (REUTERS/Edgar Su)
Rifan Financindo - Harga emas merosot pada perdagangan hari ini setelah reli dalam tiga hari perdagangan terakhir. Emas kembali dilikuidasi setelah melesat signifikan sembari menunggu paket stimulus Amerika Serikat (AS) untuk meredam dampak wabah corona (COVID-19).

Pada perdagangan Kamis (26/3/2020), harga emas dunia di pasar spot turun 0,96% ke level 1.597,8/troy ons. Sejak 20 Maret lalu hingga perdagangan kemarin, harga emas meroket 9,76%.

Harga emas meroket setelah bank sentral AS, The Fed mengumumkan program pembelian aset atau quantitative easing (QE) dengan nilai tak terbatas. Pada QE kali ini, The Fed tak hanya membeli obligasi pemerintah dan efek beragun aset (EBA) properti saja, tetapi juga akan membeli obligasi korporasi dengan rating 'investment grade' dan exchang traded fund (ETF)-nya.

Langkah The Fed ini merupakan terobosan baru yang diambil guna meredam dampak wabah COVID-19 yang kini terus merebak terhadap perekonomian Paman Sam. Langkah The Fed ini membuat dolar yang tadinya perkasa jadi loyo.

Keperkasaan dolar tercermin dari indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar di hadapan enam mata uang lainnya. Pada 20 Maret 2020, indeks dolar berada di level 102,81. Namun setelah The Fed mengumumkan program QE dengan nilai tak terbatas pada Senin (23/3/2020), indeks dolar langsung jatuh dan hari ini berada di level 100,86.

Pelemahan dolar jadi sentimen yang bagus untuk harga emas. Logam mulia emas memang dibanderol dalam dolar, sehingga pelemahan dolar membuat harga emas menjadi lebih murah. Kebetulan harga emas juga terus anjlok dan terkulai, jadi investor mulai berburu emas lagi dan membuat harga meroket.

Namun, setelah menyentuh level psikologis US$ 1.600/troy ons, kali ini emas kembali dilikuidasi sembari menunggu keputusan stimulus AS senilai US$ 2 triliun untuk melawan COVID-19.

Pemerintah AS saat ini tengah memperjuangkan proposal paket stimulus sebesar US$ 2 triliun, dan kini kongres sudah semakin dekat untuk mengesahkannya. Berikut adalah rincian proposal stimulus yang diajukan pemerintah Negeri Adidaya:
  1. 
Bantuan tunai US$ 1.200 per kepala bagi mereka yang membutuhkan. Untuk keluarga yang memiliki anak, jumlahnya bisa meningkat menjadi US$ 3.000. Anggarannya adalah US$ 500 miliar.

  2. Bantuan kepada usaha kecil-menengah. Anggarannya adalah US$ 350 miliar.

  3. Bantuan likuiditas kepada maskapai penerbangan. Anggarannya adalah US$ 500 miliar.

  4. Bantuan kepada rumah sakit dan sektor kesehatan. Anggarannya adalah US$ 75 miliar.

  5. Perluasan program tunjangan pengangguran. Anggarannya adalah US$ 250 miliar.
6. Pengembangan obat serta pengadaan masker, sarung tangan, dan ventilator. Anggarannya adalah US$ 4 miliar.
Di tengah kondisi dengan penuh ketidakpastian tinggi seperti ini, apalagi wabah COVID-19 masih terus merebak, investor masih memilih cash untuk berjaga-jaga. Volatilitas yang tinggi di pasar saham telah membuat harga emas juga berfluktuasi tinggi.

Emas yang diyakini sebagai aset safe haven ini, sekarang lebih berperan dalam menyediakan likuiditas untuk menutup kerugian pada investasi lain. Sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan COVID-19 sebagai pandemi, harga emas bergerak liar.

Pada periode 11-26 Maret, harga emas bergerak di rentang US$ 1.469,8/troy ons di level terendah dan US$ 1.634,52/troy ons di level tertinggi. Rentang pergerakan harga emas mengacu pada posisi penutupan ini jauh lebih lebar dari perdagangan periode sebelumnya saat COVID-19 belum disahkan jadi pandemi.

Kini wabah terus merebak. Hampir semua negara di dunia sudah terjangkit. Data teranyar John Hopkins University CSSE menunjukkan jumlah kasus COVID-19 kini sudah mencapai 470.973 dengan total angka kematian mencapai 21.276.  
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 24 Maret 2020

Investor Berburu 'Barang Diskonan', Bursa Saham Asia Hijau

Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (AP Photo/Koji Sasahara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia menghijau pada perdagangan hari ini. Koreksi yang begitu parah dalam beberapa hari terakhir membuat harga aset di bursa saham Benua Kuning kini sudah murah sehingga mendorong minat pelaku pasar untuk mengoleksi.

Pada Selasa (24/3/2020) pukul 08:53 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:

Maklum saja, bursa saham Asia memang sudah terkoreksi sangat dalam. Sejak awal Maret, indeks Shanghai Composite melemah 6,16%. Sementara Hang Seng -13.9%, Straits Times -23.39%, dan KOSPI -21,18%.

Jadi sekarang memang saatnya berburu 'barang diskonan'. Harga aset di bursa saham Asia sudah terpangkas sehingga menarik untuk kembali dikoleksi.

Dari Wall Street, bursa saham AS memang masih merah. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 3,04%. Sementara S&P 500 terkoreksi 2,93% dan Nasdaq Composite minus 0,27%.

Walau melemah, tetapi koreksi di Wall Street sebenarnya agak mereda. Akhir pekan lalu, DJIA ditutup amblas 4,55%, S&P 500 anjlok 4,34%, dan Nasdaq jatuh 3,79%.

Wall Street sejatuh-sejatuhnya pada perdagangan 16 Maret. Kala itu DJIA ambrol 12,93%, S&P 500 jeblok 11,98%, dan Nasdaq terpangkas 12,32%. Ini adalah koreksi harian terdalam sejak 1987.

Jadi, koreksi Wall Street dini hari tadi agak mendingan lah. Ini menunjukkan tekanan mulai berkurang, karena investor bersemangat membeli aset-aset yang harganya sudah diskon besar-besaran.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 23 Maret 2020

Bursa Hong Kong -5%, Seoul -5%, Singapura -6%, Apa-apaan Ini?

Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan Financindo Berjangka - Bursa saham Asia bergerak variatif pada perdagangan hari ini. Pelaku pasar sepertinya masih berhati-hati mengingat isu virus corona yang semakin 'liar'.

Pada Senin (23/3/2020) pukul 08:43 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:



Investor masih terus memonitor perkembangan penyebaran virus corona. Per pukul 07:43 WIHB, jumlah kasus corona di seluruh dunia adalah 335.974 di mana 14.641 orang meninggal dunia, mengutip data satelit pemetaan ArcGis.

Di China, lokasi awal penyebaran virus corona, kondisi semakin membaik. Kota Wuhan (ground zero kasus corona) sudah mengendurkan aturan karantina wilayah alias lockdown. Transportasi publik sudah kembali berfungsi dan karyawan diperbolehkan bekerja.

"Sekarang saya rasa pendemi ini sudah terkontrol, tetapi bukan berarti sudah selesai. Saya sudah keluar rumah, tetapi masih merasa takut," kata seorang warga Beijing bermarga He, seperti dikutip dari Reuters.

Namun di negara-negara lain, situasinya malah memburuk terutama di Eropa dan AS. Kasus corona di Italia kian bertambah menjadi 59.138 dengan korban jiwa 5.476 orang. Korban meninggal akibat corona di Italia adalah yang tertinggi di dunia, sudah melampaui China.

AS menjadi negara dengan kasus corona terbanyak ketiga di dunia dengan 33.276 pasien. Dari jumlah tersebut, 417 orang tutup usia.

Sejumlah negara bagian di Negeri Paman Sam telah menetapkan status lockdown. Terbaru, Ohio, Louisiana, dan Delaware melakukan hal yang sama dengan New York California, Illinois, Connecticut, dan New Jersey.

Jumlah penduduk di negara-negara bagian tersebut adalah sekitar 101 jiwa. Artinya, hampir satu dari tiga warga AS kini harus tinggal di rumah. Tidak bisa sekolah, kerja, apalagi pelesiran.

Akibatnya, ekonomi Negeri Adidaya terancam melambat. Roda ekonomi yang tertahan membuat pengangguran di AS meningkat. Jumlah klaim tunjangan pengangguran atau unemployment benefits pada pekan yang berakhir 14 Maret tercatat 281.000. Melonjak 70.000 dibandingkan pekan sebelumnya dan menjadi yang tertinggi sejak September 2017.
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 20 Maret 2020

Indahnya Bursa Saham Asia yang Ijo Royo-Royo

Indahnya Bursa Saham Asia yang Ijo Royo-Royo
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (Reuters/Kim Kyung-Hoon)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia bergerak menguat pada perdagangan pagi ini. Kebangkitan pasar saham sudah terlihat kala Wall Street ditutup hijau.

Pada Jumat (20/2/2020) pukul 08:57 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia:

Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York akhirnya ditutup di jalur hijau. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,95%, S&P 500 bertambah 0,47%, dan Nasdaq Composite melonjak 2,3%.

Investor berburu saham murah karena Wall Street memang sudah melemah parah. Secara year-to-date, DJIA anjlok 29,61%, S&P 500 ambles 25,56%, dan Nasdaq ambrol 20,41%.

"Investor menggunakan kesempatan ini untuk membeli saham murah. Sebab memang tidak ada yang tahu berapa valuasi yang benar saat ini," kata Robert Pavlik, Chief Investment Strategist di SlateStone LLC yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.

Selain itu, investor lega karena Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjanji akan mendesak US Food and Drug Administration (FDA) untuk mempercepat proses inovasi pembuatan obat virus corona. Sudah ada eksperimen dari Gilead Sciences Inc untuk anti-virus corona dan obat anti-malaria bernama hydroxychloroquine. Trump meminta agar proses administrasi izin edar obat ini dipercepat.

"Kita harus menghilangkan segala hambatan. Sebab ini bisa mengubah peta permainan," tegas Trump, seperti diberitakan Reuters.

Kemudian, pelaku pasar sepertinya mulai merasakan dampak stimulus dari bank sentral. Belum lama ini, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) menyatakan bakal masuk ke pasar dengan membeli obligasi pemerintah dan surat berharga lainnya dengan nilai total sekitar US$ 700 miliar.

Tidak hanya The Fed, bank sentral Uni Eropa (ECB) juga menggelontorkan likuiditas ke pasar. Bank sentral pimpinan Christine Lagarde itu berkomitmen membeli surat utang pemerintah senilai EUR 750 miliar hingga akhir 2020.

Gelontoran likuiditas dalam jumlah besar itu tentu membuat pasar semarak. Mentalitas 'beli, beli, beli' kembali muncul sehingga Wall Street berhasil menguat.

Hijaunya Wall Street menjadi pelecut semangat pelaku pasar di Asia. Optimisme datang lagi dan investor bergairah masuk ke bursa saham Benua Kuning.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 19 Maret 2020

Stimulus ECB, Bursa Asia Pasrah di Zona Merah

Stimulus ECB, Bursa Asia Pasrah di Zona Merah
Foto: Shanghai Stock Exchange ( REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia pada perdagangan Kamis ini (19/3/3030) berjuang untuk menemukan pijakan baru dan keluar dari zona merah di tengah volatilitas perdagangan karena adanya stimulus Bank Sentral Eropa (ECB). ECB akan membeli obligasi senilai 750 miliar euro (US$ 820 miliar) guna meredam gejolak ekonomi di tengah corona (COVID-19).

Saham-saham di bursa utama di Asia Pasifik kehilangan momentum kenaikan karena kekhawatiran dampak virus corona terhadap ekonomi membebani sentimen investor.

Kamis pagi ini, Dow Jones ditutup minus hingga 6,30%, juga S&P 500 minus 5,18% dan Nasdaq turun 4,70%. Penurunan bursa saham Wall Street juga menjadi pemicu penurunan bursa saham Asia selain pandemi virus corona.

Di Australia S&P/ASX 200, pukul 19:21 WIB turun 1,72% ke 4.866,70, meski data pekerjaan yang dirilis Kamis ini oleh Biro Statistik Australia menunjukkan bahwa tingkat pengangguran bulan Februari turun ke level 5,1% dari 5,3%.
Di Jepang, Nikkei 225 pukul 09:30 turun 0,97% menjadi 16.572,70, sementara indeks Topix justru naik 1,92%% pada 1.295,29.

Indeks Hang Seng Hong Kong turun 3,94% menjadi 21.404,4, indeks Shanghai (SSEC) terkoreksi 1,43% pada 2.692,22, sedangkan indeks Straits Time Index Singapore (STI) anjlok 3,69% menjadi 2.335,35.

Perkembangan seputar wabah virus corona (COVID-19) cenderung terus mendominasi sentimen investor global pada hari Kamis.

Virus ini telah menewaskan lebih dari 8.700 orang di seluruh dunia dan menginfeksi lebih dari 212.000 orang dan memicu lockdown dalam sejumlah negara.
TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC
Baca Juga :