Jumat, 26 Februari 2021

Tahun 2021, Harga Minyak Mentah Naik 30% dan Kembali Pulih

FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

 

PT RifanHarga minyak mentah sudah naik 30% di sepanjang tahun 2021 ini dan membuatnya pulih dari gempuran pandemi Covid-19. Namun sebenarnya ada risiko yang bisa menyebabkan harga si emas hitam mengalami koreksi. 

Pada perdagangan pagi hari ini Jumat (26/2/2021), harga kontrak futures (berjangka) minyak mentah drop. Namun harga minyak masih berada di rentang posisi tertingginya dalam satu tahun terakhir. 

Harga kontrak Brent turun 0,37% ke US$ 66,63/barel dan harga kontrak West Texas Intermediate (WTI) anjlok 0,71% ke US$ 63,08/barel. Ada kemungkinan harga minyak yang tembus rekor tersebut dimanfaatkan oleh para trader untuk mengambil untung (profit taking).

Tren pemulihan harga minyak mentah tak terlepas dari sentimen maupun dinamika permintaan dan pasokan di pasar. Gencarnya vaksinasi Covid-19 di berbagai negara meningkatkan optimisme bahwa perekonomian akan kembali pulih. 

Mobilitas masyarakat diharapkan bisa kembali normal dan mendongkrak permintaan bahan bakar yang selama ini tertekan. Namun bisa dibilang kenaikan harga minyak juga lebih diakibatkan oleh faktor pasokan. 

Cuaca dingin ekstrem yang melanda Texas dan pasokan listrik yang terbatas membuat aktivitas produksi minyak di AS terganggu. Pemerintah AS memperkirakan produksi minyak mentah anjlok 10% atau lebih dari 1 juta barel per hari (bph) yang merupakan level produksi terendah sejak 2008. 

Di sisi lain komitmen para kartel yang tergabung dalam OPEC+ untuk memangkas produksi juga turut menopang harga. Arab Saudi sebagai pemimpin de facto OPEC bahkan sampai memotong jatah outputnya secara sukarela untuk bulan Februari dan Maret sebesar 1 juta bph. 

OPEC+ dikabarkan bakal menghelat pertemuan pada awal Maret nanti. Namun belum jelas apakah para produsen tersebut akan mencapai konsensus tentang produksi minyak mereka. 

Harga sudah terbilang pulih akibat reli panjang yang berlangsung sejak kuartal terakhir tahun lalu. Seharusnya kenaikan harga minyak akan membuat para produsen berusaha untuk meningkatkan produksinya. 

Produksi yang meningkat pada akhirnya akan membawa harga minyak ke titik ekuilibrium di mana harga tak bisa terus-terusan naik dan ada ambang batas permintaan yang bisa dipenuhi. 

Hanya saja peluang OPEC+ untuk menggenjot produksi minyaknya secara agresif terbilang kecil, terutama untuk Arab Saudi yang sangat teguh untuk menjaga stabilitas harga, sehingga opsi untuk menjaga defisit pasokan masih jadi prioritas utama ketika permintaan bahan bakar pulih secara gradual.

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 25 Februari 2021

Wall Street Rekor & Bursa Asia Meroket, IHSG Siap ke 6.300

Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT Rifan Financindo BerjangkaIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,35% ke 6.261,054 pada perdagangan Rabu kemarin. Meski demikian, data perdagangan mencatat investor asing melakukan aksi beli bersih Rp 245 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi nyaris Rp 17 triliun.

IHSG di awal perdagangan kemarin sebenarnya berhasil menguat, merespon testimoni ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, Jerome Powell) di hadapan Komite Perbankan Senat. Dalam testimoni tersebut, Powell menegaskan belum akan merubah kebijakan moneternya dalam waktu dekat, sebab inflasi masih lemah, dan pemulihan ekonomi masih dipenuhi ketidakpastian.

Sayangnya IHSG gagal mempertahankan penguatan dan masuk ke zona merah, menyusul bursa utama Asia. Namun, beda cerita pada perdagangan hari ini, Kamis (25/2/2021), bursa saham utama Asia sudah melesat pagi ini. Indeks Nikkei Jepang melesat 1,7%, sementara Kospi Korea Selatan meroket 2% lebih. IHSG juga berpeluang mengikuti masuk ke zona hijau, bahkan tidak menutup kemungkinan melesat tajam.

Melesatnya bursa saham Asia terjadi setelah bursa saham AS (Wall Street) menguat tajam, dengan indeks Dow Jones mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan sejak awal pekan ini. IHSG yang bertahan di atas rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA50) yang memberikan potensi penguatan.

Pada perdagangan Selasa (16/2/2021), muncul lagi pola Doji, secara psikologis pola ini mengindikasikan pasar masih kebingungan menentukan kemana arah IHSG. Pergerakan dalam 2 hari terakhir menunjukkan hal tersebut, IHSG menguat di awal perdagangan sebelum berbalik melemah.

Dengan munculnya pola Doji, peluang IHSG ambrol atau melesat sama besarnya.

jkse 
Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu Indikator stochastic pada grafik harian masih sudah mulai keluar dari wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

jkse 
Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Stochastic pada grafik 1 jam bergerak mendatar di dekat wilayah oversold.

IHSG kemarin kembali ke bawah 6.260 yang kini menjadi resisten terdekat. Jika mampu kembali ke atasnya, IHSG berpeluang ke 6.300 lagi. Target penguatan selanjutnya di 6.340.

Sementara jika tertahan di bawah 6.260, IHSG berisiko turun ke menuju 6.200. Jika level tersebut ditembus IHSG akan turun ke 6.160 sebelum menuju 6.110.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 24 Februari 2021

Ashik! Ada Angin Segar Dibawa The Fed

Federal Reserve Chair Jerome Powell removes his glasses as he listens to a question during a news conference after the Federal Open Market Committee meeting, Wednesday, Dec. 11, 2019, in Washington. The Federal Reserve is leaving its benchmark interest rate alone and signaling that it expects to keep low rates unchanged through next year. (AP Photo/Jacquelyn Martin)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Jacquelyn Martin)

 

PT Rifan Financindo - Ketua Federal Reserve System (The Fed), Jerome Powell mengisyaratkan kebijakan moneter longgar akan tetap dipertahankan bank sentral. Ia menyebut perekonomian AS masih jauh di bawah target.

"Perekonomian masih jauh dari ketenagakerjaan dan tujuan inflasi kami, dan kemungkinan akan membutuhkan beberapa waktu untuk kemajuan substansial lebih lanjut untuk dicapai," kata Powell dalam sambutan untuk Komite Perbankan Senat, dikutip dari CNBC International.

"(Fed) berkomitmen untuk menggunakan berbagai alat kami untuk mendukung ekonomi dan untuk membantu memastikan bahwa pemulihan dari periode sulit ini akan sekuat mungkin."

Namun, pernyataan Powell tidak menyebutkan kekhawatiran pasar yang paling mendesak. Yakni lonjakan dari imbal hasil obligasi pemerintah dengan tenor panjang. Misalnya obligasi 30 tahun. Imbal hasilnya naik lebih dari setengah poin persentase.

Powell mencatat bahwa pandemi tersebut "juga meninggalkan jejak yang signifikan pada inflasi". Namun, secara seimbang itu bukanlah ancaman bagi perekonomian.

"Menyusul penurunan besar di musim semi, sebagian harga konsumen rebound selama sisa tahun lalu. Namun, untuk beberapa sektor yang terkena dampak paling parah dari pandemi, harga masih sangat lemah," katanya.

"Secara keseluruhan, dalam basis 12 bulan, inflasi tetap di bawah tujuan jangka panjang 2% kami."

The Fed tahun lalu merevisi pendekatannya terhadap inflasi. Di masa lalu, ini akan membuat kenaikan suku bunga preventif ketika pengangguran turun, berpikir bahwa pasar kerja yang lebih kuat akan mendorong harga.

Sekarang, Powell telah mengadopsi pendekatan di mana akan memungkinkan inflasi rata-rata di atas 2% untuk jangka waktu tertentu sebelum beralih ke kebijakan pengetatan.

"Perubahan ini berarti bahwa kami tidak akan mengetatkan kebijakan moneter hanya sebagai respons terhadap pasar tenaga kerja yang kuat," kata Powell.

Powell juga mencatat disparitas dalam perolehan pekerjaan, mengatakan bahwa orang kulit hitam, Hispanik dan minoritas lainnya masih berjuang meskipun tingkat pengangguran telah turun dari pandemi tertinggi di 14,8% menjadi 6,3% saat ini. (sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 23 Februari 2021

Ramai Ramalan Buruk soal Bitcoin, dari Dr Doom hingga Yellen

FILE PHOTO - A small toy figure is seen on representations of the Bitcoin virtual currency in this illustration picture, December 26, 2017. REUTERS/Dado Ruvic
Foto : CNBC Indonesia

 

Rifan Financindo - Bitcoin tengah naik daun. Mata uang kripto ini sempat mengalami kenaikan cukup tajam, karena mencapai US$ 53.000 (sekitar Rp 800 juta) per keping.

Namun, ada banyak suara sumbang soal emas digital ini. Bukan sosok 'kacangan', yang memberi penilaian buruk justru sejumlah sosok ekonomi popular, mulai dari 'Dr Doom' Nouriel Roubini hingga Menteri Keuangan AS, Janet Yellen.

Roubini

Profesor ekonomi Roubini mengatakan secara fundamental bitcoin tak bisa menjadi mata uang. Pernyataan ini diutarakannya dalam wawancara dengan Bloomberg, sebagaimana dikutip Business Insider.

"Secara fundamental, bitcoin bukanlah mata uang. Itu bukan unit akun, juga bukan alat pembayaran yang terukur, dan bukan penyimpan nilai (store of value) yang stabil," kata Roubini dalam wawancara tersebut.

"Menyebut itu mata uang kripto adalah keliru, itu bahkan bukan sebuah aset," tambahnya.

Professor of Economics, Leonard N. Stern School, NYU, USA, Nouriel Roubini adjusts his glasses during a session at the World Economic Forum in Davos, Switzerland on Wednesday, Jan. 26, 2011. Buoyed by a burst of optimism about the global economy and mindful of the
Foto: Nouriel Roubini (AP Photo/Virginia Mayo)
Professor of Economics, Leonard N. Stern School, NYU, USA, Nouriel Roubini adjusts his glasses during a session at the World Economic Forum in Davos, Switzerland on Wednesday, Jan. 26, 2011. Buoyed by a burst of optimism about the global economy and mindful of the "new reality" that has framed it in the aftermath of the financial crisis some 2,500 business leaders, politicians and social activists will tackle an array of issues on the first day of the World Economic Forum. (AP Photo/Virginia Mayo)

Bitcoin, lanjut dia, hanya mampu menyelesaikan lima transaksi per detik. Ini sangat jauh dibandingkan dengan jaringan Visa yang menyelesaikan 24.000 transaksi per detik.

Selain itu, volatilitas ekstrim bitcoin yang dapat menghapus nilainya secara signifikan dalam waktu singkat. Hal tersebut membuat Roubini mengatakan Flintsones bahkan memiliki sistem moneter yang lebih baik dari bitcoin.

Roubini sendiri bukanlah orang sembarangan. Ia adalah sosok yang meramalkan akan terjadi crash di pasar perumahan yang bubble dan memicu krisis di 2006.

Prediksinya kala itu tepat. Pada tahun 2008 terjadi krisis finansial global akibat bubble pasar perumahan di AS.

Ia bahkan mengatakan Flinstones, film kartun yang berkisah tentang jaman batu, memiliki sistem moneter yang lebih baik ketimbang bitcoin. Menurutnya harga bitcoin naik hanya akibat aksi manipulasi yang masif dan bitcoin sudah bubble.

Bank of America dan JPMorgan

Analis dari Bank of America juga menyebut bitcoin aset yang bubble. Bahkan dikatakan sebagai "mother of bubble".

"Reli bitcoin belakangan ini bisa jadi merupakan kasus spekulasi mania lainnya. Bitcoin terlihat seperti 'mother of all bubbles'," kata Michael Hartnett, kepala strategi investasi Bank of America, sebagaimana dilansir CNN Business.


FILE PHOTO: A Bank of America sign is displayed outside a branch in Tucson, Arizona January 21, 2011.   REUTERS/Joshua Lott/File Photo                       GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD
Foto: REUTERS/Joshua Lott
FILE PHOTO: A Bank of America sign is displayed outside a branch in Tucson, Arizona January 21, 2011. REUTERS/Joshua Lott/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD

Hartnett melihat bitcoin yang melesat sekitar 1.000% sejak awal 2019 jauh lebih besar dari kenaikan aset-aset yang pernah mengalami bubble dalam beberapa dekade terakhir. Harga emas yang melonjak 400% di akhir 1970an misalnya, kemudian bursa saham Jepang di akhir 1980an, hingga dot-com bubble di akhir 1990an.

Aset-aset tersebut melesat tiga digit persentase, sebelum akhirnya crash dan jatuh sedalam-dalamnya. Meski demikan, Hartnett tidak memberikan prediksi harga dan hanya menunjukkan jika bitcoin menjadi contoh meningkatnya aksi spekulasi.

JPMorgan dalam catatannya kepada kliennya memperingatkan harga bitcoin kemungkinan akan merosot dari level saat ini. JP Morgan juga mengatakan, saat harga bitcoin meroket lima bulan terakhir, capital inflow ke bitcoin dari investor institusional relatif kecil.

"Dalam pendapat kami, kecuali volatilitas bitcoin menurun cepat, harga saat ini terlihat tidak akan bertahan lama," tulis analis JP Morgan sebagaimana dilansir Businesss Insider.

Menkeu AS Janet Yellen

Sementara itu, Yellen menyebut masih banyak pertanyaan penting soal legitimasi dan stabilitas bitcoin. Ini membuatnya meragukannya.

"Saya tidak berpikir bahwa bitcoin ... akan banyak digunakan sebagai mekanisme transaksi," katanya dalam sebuah konferensi di AS, dikutip dari CNBC International Selasa (23/2/2021).

"Sejauh ini (bitcoin) digunakan, saya khawatir banyak digunakan untuk 'keuangan gelap' (ilegal). Ini adalah cara yang sangat tidak efisien untuk melakukan transaksi dan jumlah energi yang dikonsumsi untuk memproses transaksi tersebut juga sangat mencengangkan."

Janet Yallen 
Foto: reuters
Janet Yallen

Penambangan bitcoin mengharuskan pengguna untuk menyelesaikan persamaan matematika yang kompleks menggunakan pengaturan komputer bertenaga tinggi. Menurut Digicomist, konsumsi listrik yang digunakan dalam proses tersebut meninggalkan jejak karbon tahunan yang sama dengan negara Selandia Baru.

Selain masalah konsumsi, bitcoin juga dianggap sebagai alat bagi mereka yang terlibat dalam sejumlah aktivitas ilegal karena penggunaannya yang sulit dilacak. Lalu ada volatilitas, karena harga mata uang kripto bisa riba-tiba menapai 'puncak' dan lalu tiba-tiba turun terjerembab.

"Ini adalah aset yang sangat spekulatif. Anda tahu saya pikir, orang harus sadar bahwa ini bisa sangat tidak stabil. Saya khawatir tentang potensi kerugian yang dapat diderita investor," kata Yellen. (sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 22 Februari 2021

Bitcoin Menguat, Harganya Tembus Rp 821 Juta per Keping

BItcoin
Foto: Aristya Rahadian

 

PT Rifan - Harga cryptocurrency bitcoin terus menguat dengan naik ke level tertinggi setelah pada Jumat (19/2/2021) lalu memperpanjang reli dua bulan yang membawa kapitalisasi pasarnya di atas US$ 1 triliun atau sekitar Rp 14 kuadriliun (asumsi Rp 14.000/US$).

Pada Minggu (21/2/2021), harga Bitcoin naik ke rekor US$ 58.354 atau sekitar Rp 821 juta per keping. Kenaikan ini mengambil keuntungan mingguan menjadi sekitar 20%, dan telah melonjak sekitar 100% tahun ini, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters.

Sebelumnya, harga bitcoin diperdagangkan di bawah US$ 54.000 (Rp 756 juta) per keping pada hari Jumat, dan naik di atas US$ 55.000 (Rp 770 juta) di kemudian hari, menurut Coin Metrics. Harga bitcoin sendiri terlihat naik sekitar 350% dalam jangka waktu enam bulan terakhir.

Keuntungan Bitcoin telah didorong oleh bukti bahwa salah satu cryptocurrency ini semakin diterima di kalangan investor dan perusahaan arus utama, seperti Tesla Inc, Mastercard Inc, dan BNY Mellon.

Bitcoin menjadi sorotan banyak orang setelah pendiri Tesla dan SpaceX Elon Musk memuji cryptocurrency ini, sehingga harganya terus melonjak ke rekor tertinggi.

Tesla juga mengubah sebagian dari kas neracanya menjadi bitcoin awal tahun ini dan mengatakan akan mulai menerima mata uang digital bitcoin sebagai pembayaran, sebuah langkah yang memicu lebih banyak minat pada mata uang tersebut.

Namun, langkah beralih ke bitcoin ini juga mendapatkan pertentangan. Ekonom kawakan berdarah Yahudi-Iran Nouriel Roubini, atau yang dikenal dengan Dr. Doom, menyebut sistem moneter zaman batu bahkan masih lebih baik dari bitcoin.

"Secara fundamental, bitcoin bukanlah mata uang. Itu bukan unit akun, juga bukan alat pembayaran yang terukur, dan bukan penyimpan nilai (store of value) yang stabil," kata Roubini, dilansir Business Insider pada Rabu (18/2/2021).

"Menyebut itu mata uang kripto adalah keliru, itu bahkan bukan sebuah aset."(sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan