Kamis, 08 April 2021

The Fed Tegaskan Bunga Tetap Rendah, Gimana Nasib Rupiah?

valas
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

 

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Pelaku pasar menyambut baik kabar dari bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang baru saja mengumumkan notula rapat bulanan.

Pada Kamis (8/4/2021), US$ 1 dibanderol Rp 14.500 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Namun itu tidak lama, beberapa saat kemudian rupiah berhasil menembus zona hijau. Pada pukul 09:07 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.480 di mana rupiah menguat 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi tipis 0,07% di hadapan dolar AS. Itu menjadi hari ketiga secara beruntun rupiah ditutup menguat 0,07%.

Hari ini, penguatan rupiah masih akan ditopang oleh sentimen eksternal. Dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed merilis notula rapat bulanan edisi Maret 2021. Rapat tersebut berlangsung pada 16-17 Maret 2021 dengan keputusan mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25%.

Dalam notula rapat, tergambar 'suasana kebatinan' dari Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega. Seluruh peserta rapat sepakat bahwa ekonomi AS memang semakin membaik, tetapi masih jauh dari target The Fed yaitu inflasi 2% secara berkelanjutan dan penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment).

"Para peserta rapat menggarisbawahi bahwa sepertinya perlu waktu untuk mencapai kemajuan yang signifikan dalam mencapai target-target tersebut. Ke depan, jalan masih penuh ketidakpastian dengan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) tetap menjadi risiko," tulis notula itu.

Suku Bunga AS Bakal Tetap Rendah

Dengan ketidakpastian dan risiko itu, para pengambil keputusan di The Fed sepakat bahwa posisi (stance) kebijakan moneter saatKe ini masih layak (appropriate) untuk mengawal pemulihan ekonomi. Stance kebijakan saat ini boleh diblang ultra-longgar di mana suku bunga sangat rendah (mendekati 0%) dan likuiditas terus digelontorkan melalui quantitative easing.

"Kami berpikir akan ada sesuatu yang baru dari notula rapat, tetapi kami salah. The Fed sudah sangat trasparan mengenai di mana posisi mereka, dan mereka belum mau beranjak," kata Art Hogan, Chief Market Strategist di National Securities yang berkedudukan di New York (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Notula rapat ini seakan menjadi penegasan bahwa sulit untuk berharap suku bunga bakal naik dalam waktu dekat. Sepertinya paling cepat 2023, seperti perkiraan awal. Sejauh ini, susah untuk melihat akan ada kejutan.

Suku bunga yang sepertinya masih bertahan di level rendah dalam waktu lama membuat dolar AS terpeleset. Pada pukul 07:37 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,04%.

Ketika suku bunga rendah, maka imbalan investasi aset-aset berbasis dolar AS (terutama yang berpendapatan tetap) menjadi ikut rendah. Daya pikat dolar AS jadi pudar sehingga rupiah dan mata uang lain punya ruang untuk menyalip.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 07 April 2021

Indeks Dolar AS Jeblok Lagi, Rupiah Bersiap ke Rp 14.420/US$

FILE PHOTO: U.S. dollar banknote is seen in this picture illustration taken May 3, 2018. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

 

PT RifanRupiah sukses membukukan penguatan 2 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa kemarin. Meski demikian penguatannya masih tipis-tipis saja, tetapi masih berpeluang berlanjut pada hari ini, Rabu (7/4/2021).

Melansir data Refintiv, rupiah kemarin menguat tipis 0,07% ke Rp 14.500/US$ kemarin. Sehari sebelumnya, Mata Uang Garuda juga menguat dengan persentase yang sama.
Dolar AS yang sedang tertekan akibat rilis data tenaga kerja yang menunjukkan rata-rata upah per jam turun 0,1% di bulan Maret membuat rupiah mampu menguat. Upah merupakan faktor penting yang bisa menentukan tingkat inflasi, ketika rata-rata upah menurun, maka konsumen akan kemungkinan mengurangi belanja, dan tekanan inflasi menjadi berkurang.

Ketika tekanan inflasi berkurang, maka bank sentral AS (The Fed) akan mempertahankan kebijakan moneter ultra longgarnya. Hal tersebut membuat dolar AS tertekan, indeksnya merosot 0,46% pada hari Senin, dan kemarin juga turun 0,28%.

Penurunan indeks dolar AS dalam 2 hari beruntun tersebut membuka peluang berlanjutnya penguatan rupiah.

Sementara itu dari dalam negeri hari ini akan dirilis data cadangan devisa Indonesia bisa mempengaruhi sentimen pelaku pasar. Jika cadangan devisa kembali meningkat, artinya Bank Indonesia (BI) punya lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah saat terjadi gejolak, dan minim melakukan intervensi belakangan ini.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR persis berada di Rp 14.500/US$, yang bisa menjadi kunci pergerakan hari ini.

Rupiah berada di atas rerata pergerakan (moving average) MA 200 hari, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga masih akan tertekan.

Meski demikian, Kamis (1/4/2021) rupiah membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Potensi penguatan rupiah diperbesar dengan indikator stochastic yang berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.500/US$, jika mampu ditembus rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.470-14.450/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka ruang penguatan lebih jauh di pekan ini setidaknya menuju Rp 14.420 hingga 14.390/US$.

Namun, Selama tertahan di atas Rp 14.500/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.570 hingga 14.590/US$. Jika level tersebut dilewati, rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.700/US$ di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 06 April 2021

Indeks Dolar AS Ambrol, Saatnya Rupiah Berlari Kencang!

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan Financindo BerjangkaNilai tukar rupiah menguat tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.510/US$ pada perdagangan Senin kemarin. Dolar AS sedikit mengalami tekanan pasca rilis data tenaga kerja pekan lalu.

Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (2/4/2021) melaporkan tingkat pengangguran di bulan Maret memang turun menjadi 6% dari bulan sebelumnya 6,2%, kemudian penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll) tercatat sebanyak 916.000 orang, terbanyak sejak Agustus 2020 lalu.

Tetapi ada satu yang mengganjal, rata-rata upah per jam turun 0,1% pada bulan lalu, setelah naik 0,3% di bulan sebelumnya. Padahal, upah merupakan komponen penting dalam pemulihan ekonomi AS, serta kenaikan inflasi.

Dengan penurunan rata-rata upah per jam tersebut, laju kenaikan inflasi kemungkinan akan terhambat. Apalagi pada bulan Februari lalu, inflasi AS (yang dicerminkan oleh Personal Consumption Expenditure/PCE inti) tumbuh di 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year). Pertumbuhan tersebut lebih lambat dibandingkan laju Januari 2021 yang sebesar 1,5%.

Inflasi PCE merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) untuk merubah kebijakan moneternya, ketika inflasi masih lemah, maka kebijakan moneter ultralonggar masih akan dipertahankan.

Alhasil, dolar AS melemah merespon data tersebut, dan rupiah berhasil menguat. Peluang penguatan rupiah untuk kembali menguat pada hari ini, Selasa (6/7/2021) terbuka cukup lebar melihat indeks dolar AS yang ambrol 0,46% pada perdagangan Senin. 

Dari dalam negeri, ada rilis data cadangan devisa Indonesia bisa mempengaruhi sentimen pelaku pasar. Jika cadangan devisa kembali meningkat, artinya Bank Indonesia (BI) punya lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah saat terjadi gejolak, dan minim melakukan intervensi belakangan ini.

Secara teknikal, tekanan bagi rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di atas Rp 14.500/US$, sehingga tekanan cukup besar.

Rupiah berada di atas rerata pergerakan (moving average) MA 200 hari, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.

Meski demikian, Kamis (1/4/2021) rupiah membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Potensi penguatan rupiah diperbesar dengan indikator stochastic yang berada di wilayah jenuh beli (overbought).

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.500/US$, jika mampu ditembus rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.470-14.450/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka ruang penguatan lebih jauh di pekan ini setidaknya menuju Rp 14.420 hingga 14.390/US$.

Namun, Selama tertahan di atas Rp 14.500/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.570 hingga 14.590/US$. Jika level tersebut dilewati, rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.700/US$ di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Senin, 05 April 2021

Habis Libur, IHSG Masih Hangover! Jatuh ke Bawah 6.000

Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi IHSG (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka galau pada perdagangan pagi ini. Dibuka naik 0,48% ke level 6.040,05. Selang 8 menit perdagangan sesi pertama IHSG balik terdepresiasi 0,18% ke level 6.001,71 pada perdagangan Senin (5/4/21).

Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar Rp 1,1 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 212 miliar di pasar reguler.

Yield obligasi pemerintah AS dan greenback masih harus terus dipantau. Kombinasi keduanya bisa membuat pasar saham mengalami koreksi dan mata uang negara berkembang termasuk rupiah terdepresiasi.

Kenaikan lanjutanyieldobligasi dan dolar AS berpeluang besar untuk memicu terjadinyaoutflowdari pasar modal RI. Ketika outflow terjadi secara besar-besaran maka rupiah akan menjadi tumbal.

Sentimen kedua yang juga perlu menjadi perhatian pelaku pasar adalah perkembangan proposal infrastruktur senilai US$ 2 triliun. Menurut ekonom jika proposal ini disetujui Kongres maka bisa meningkatkan output perekonomian AS sebesar 0,5 sampai dengan 1 poin persentase.

Namun rencana Biden tak bisa dibilang mulus, lawan Biden tak hanya para produsen minyak di Paman Sam tetapi juga kongres yang suaranya terpecah. Beberapa Demokrat dan aktivis lingkungan khawatir momentum ini tak bisa dimanfaatkan untuk membawa perubahan.

Beberapa anggota Partai Republik yang menentang paket bantuan pandemi Biden juga mengutuk tujuan presiden untuk memasukkan kebijakan iklim ke dalam undang-undang infrastruktur.

Di sisi lain rencana Biden untuk menaikkan pajak juga menuai pro dan kontra. Biden juga berencana untuk menaikkan tarif pajak perusahaan AS menjadi 28% dari pajak sebesar 21% yang ditetapkan di masa Presiden Trump tahun 2017.

TIM RISET CNBC INDONESIA (trp/trp)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Kamis, 01 April 2021

Duh Gimana Dong! Harga Emas Antam Anjlok Nyaris 7% 3 Bulan

Petugas menunjukkan koin emas Dirham di Gerai Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Bank Indonesia (BI) mengajak masyarakat dan berbagai pihak untuk menjaga kedaulatan Rupiah sebagai mata uang NKRI.    (CNBC Indonesia/ Tri Susislo)
Foto: Koin Emas Dirham (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT Rifan - Harga emas batangan  produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam anjlok tajam di kuartal I-2021, mengikuti ambrolnya harga emas dunia. Padahal emas di tahun ini digagang-gadang akan kembali bersinar seperti tahun lalu. 

Berdasarkan data dari situs resmi PT Antam, logammulia.com, harga emas Antam ukuran/satuan 1 gram anjlok 6,5% sepanjang kuartal I-2021.

Anjloknya harga emas antam di kuartal I-2021 tak lepas dari merosotnya harga emas dunia. Melansir data Refinitiv, harga emas dunia ambrol nyaris 10%, padahal faktor-faktor yang membuatnya melesat pada tahun lalu masih ada.

Bank sentral AS (The Fed) masih mempertahankan suku bunga 0,25%, dan tidak akan dinaikkan hingga tahun 2023. Sementara program pembelian aset (quantitative easing/QE) masih dilakukan dengan nilai US$ 120 miliar per bulan.

Kemudian pemerintah AS juga menggelontorkan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun pada pertengahan Maret lalu.

Stimulus moneter dan fiskal tersebut merupakan bahan bakar utama emas dunia untuk menanjak pada tahun lalu, hingga akhirnya mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus 2020.

Kenaikan harga emas dunia tersebut membuat emas Antam juga meroket dan menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa Rp 1.065.000/batang untuk satuan 1 gram, juga pada 7 Agustus tahun lalu.

Memasuki tahun 2021, emas sebenarnya diprediksi akan kembali bersinar mengingat adanya stimulus moneter dan fiskal di AS. Tetapi kenyataanya harga emas dunia malah ambrol dan emas Antam pun terseret.

Kenaikan yield obligasi (Treasury) AS menjadi penekan utama harga emas dunia. Yield Treasury AS tenor 10 tahun saat ini berada di level tertinggi sejak Januari 2020, saat hidup masih normal, virus corona belum menyerang dunia.

Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil.

Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak, sebaliknya saat yield turun maka emas akan mendapat sentimen positif.

Meski demikian, merosotnya harga emas Antam tidak sebesar emas dunia. Sebab, nilai tukar rupiah yang melemah 3,5% sepanjang kuartal I.

Emas dunia dibanderol dengan dolar AS, ketika Mata Uang Garuda melemah maka harganya akan lebih mahal ketika dikonversi ke rupiah. Oleh karena itu, pelemahan rupiah membuat penurunan harga emas Antam tidak sedalam emas dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan