Jumat, 19 Januari 2024

Memanfaatkan Peluang: Pembaruan Pasar Komoditas


Di dunia komoditas yang bergerak cepat, tetap berada di depan adalah kunci bagi para investor dan pedagang. Saat kita menyelami pergerakan pasar pada Jumat yang cerah ini, 19 Januari 2024, kita menyaksikan tren naik yang kuat di berbagai komoditas, termasuk Crude Palm Oil (CPO), Minyak Mentah, dan Emas.

Perhatian: Munculnya Komoditas Kunci

Sebagian besar komoditas mengalami kenaikan bullish hari ini, dan sorotan tertuju pada performa impresif Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatif. Ditutup pada level tertinggi dalam dua bulan terakhir pada Kamis (18/1), kontrak CPO untuk Februari 2024 menguat sebanyak 77 ringgit menjadi 3.929 ringgit per ton. Sementara itu, kontrak Maret 2024 naik sebanyak 83 ringgit, mencapai 3.914 ringgit per ton.

David Ng, seorang pedagang kelapa sawit, mengaitkan kenaikan harga CPO ini dengan penguatan harga kedelai dan minyak mentah, menciptakan sentimen positif di pasar. Ng mencatat dukungan kunci di 3.750 ringgit per ton dan resistensi di 3.950 per ton, memberikan wawasan berharga bagi peserta pasar.

Secara paralel, perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia memproyeksikan penurunan ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia sebesar 2,6% dari 1-15 Januari, total 604.474 ton dibandingkan bulan sebelumnya.

Minat: Stabilitas Minyak Mentah di Tengah Gejolak Geopolitik

Memindahkan perhatian kita ke minyak mentah, harga tetap stabil di awal perdagangan hari ini (19/1) setelah lonjakan yang mencolok pada sesi sebelumnya. Menurut data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2024 mengalami penurunan tipis 0,03% ke posisi $74,06 per barel pada pukul 07:28 WIB, setelah ditutup menguat 2,1% ke $74,08 per barel pada perdagangan sebelumnya.

Minyak Brent, yang diwakili oleh kontrak Maret 2024, ditutup menguat 1,57% ke level $79,1 per barel. Risiko geopolitik, termasuk serangan rudal AS terhadap rudal Houthi di Yaman dan tindakan pembalasan oleh Pakistan terhadap Iran, terus mendukung harga minyak mentah. Selain itu, penurunan 2,49 juta barel stok minyak mentah AS minggu lalu, mencapai level terendah sejak Oktober, memberikan dukungan tambahan.

Meskipun momentum ini naik, harga minyak mentah bergerak dalam kisaran yang ketat di awal tahun 2024, didorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan spekulasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga lebih lambat dari perkiraan.

Peserta pasar juga dengan cermat menimbang dampak pengurangan pasokan dari OPEC dan sekutunya. Badan Energi Internasional (IEA) yang berbasis di Paris menyarankan bahwa pasokan di luar anggota OPEC+, seperti dari AS, Brasil, Kanada, dan Guyana, berpotensi meningkat tajam tahun ini.

Keinginan: Emas Bersinar Terang di Waktu yang Tidak Pasti

Beralih ke pasar logam mulia, emas terus menanjak hari ini. Didorong oleh permintaan aset safe haven di tengah konflik di Timur Tengah dan antisipasi investor terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve AS di masa mendatang, kontrak emas untuk Februari 2024 di bursa Comex naik sebanyak 0,15% atau 3,1 poin ke level $2.024,70 per troy ounce pada pukul 07:29 WIB.

Sebaliknya, harga emas spot turun 0,02% ke level $2.022,9 per troy ounce, setelah ditutup menguat 0,83% pada perdagangan sebelumnya. Analis pasar senior, Daniel Pavilonis, menekankan bahwa ketegangan geopolitik tanpa disengaja mengkoordinasikan upaya untuk mempertahankan emas di kisaran $2.000 karena ada begitu banyak ketidakpastian.

Sementara itu, Presiden Federal Reserve wilayah Atlanta, Raphael Bostic, meninggalkan peluang penurunan suku bunga AS lebih cepat jika ada bukti yang meyakinkan dalam beberapa bulan mendatang bahwa inflasi turun lebih cepat dari perkiraan.

Analisis dari Fawad Razaqzada dari City Index mencatat bahwa investor emas menganalisis seberapa besar dampak negatif dari penundaan penurunan suku bunga terhadap harga, meskipun sejumlah data AS yang meleset dapat mendorong harga emas.

Aksi: Menavigasi Lanskap Komoditas

Saat kita menjelajahi pergeseran dinamis di pasar komoditas ini, para investor dan pedagang harus tetap waspada. Baik memanfaatkan momentum bullish CPO, memantau stabilitas minyak mentah di tengah ketidakpastian geopolitik, atau memanfaatkan daya tarik emas sebagai tempat perlindungan, keputusan strategis sangat penting.

Tahun 2024 dimulai dengan kombinasi optimisme, kewaspadaan, dan pandangan tajam terhadap peristiwa global yang membentuk lanskap komoditas. Saat pasar terus berkembang, tetap terinformasi dan fleksibel adalah kunci untuk membuat keputusan investasi yang bijak.

Rabu, 17 Januari 2024

Penurunan Harga Emas Antam: Peluang Emas bagi Para Investor


Dalam pembalikan kejadian yang mengejutkan, harga emas 24 karat dari PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), yang umumnya dikenal sebagai Antam, mengalami penurunan signifikan dalam sesi perdagangan hari ini. Batangan emas 0,5 gram termurah kini dihargai sebesar Rp610.500, mencerminkan penurunan yang patut diperhatikan.

Perhatian: Penurunan Harga

Data terbaru dari Unit Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam mengungkapkan bahwa batangan emas 0,5 gram sekarang tersedia dengan harga Rp610.500, menandai penurunan sebesar Rp6.500 dibandingkan dengan perdagangan kemarin. Penurunan tiba-tiba ini juga memengaruhi ukuran emas lainnya, dengan batangan emas 1 gram sekarang dihargai Rp1.121.000, turun sebesar Rp13.000 dari hari sebelumnya. Bahkan ukuran yang lebih besar, seperti batangan emas 5 gram dan 10 gram, mengalami penurunan masing-masing sebesar Rp65.000 dan Rp13.000.

Minat: Mengungkap Harga Baru

Mari kita telusuri harga yang direvisi di berbagai ukuran emas:

  • 0,5 gram: Rp610.500
  • 1 gram: Rp1.121.000
  • 2 gram: Rp2.182.000
  • 3 gram: Rp3.248.000
  • 5 gram: Rp5.380.000
  • 10 gram: Rp10.705.000
  • 25 gram: Rp26.637.000
  • 50 gram: Rp53.195.000
  • 100 gram: Rp106.312.000
  • 250 gram: Rp265.515.000
  • 500 gram: Rp530.820.000
  • 1000 gram: Rp1.061.600.000

Harga yang direvisi ini memberikan peluang unik bagi investor maupun mereka yang memiliki minat khusus terhadap emas.

Keinginan: Peluang Investasi Emas

Dengan kondisi pasar emas saat ini, ini mungkin merupakan momen yang sempurna bagi investor untuk mempertimbangkan penambahan emas ke dalam portofolio mereka. Harga yang lebih rendah membuka peluang bagi mereka yang ingin diversifikasi investasi atau mengamankan aset dalam bentuk logam mulia ini. Fluktuasi pasar, dipengaruhi oleh faktor seperti penguatan dolar dan kinerja obligasi AS, telah berkontribusi pada penurunan sementara harga emas ini.

Investor mungkin ingin tetap memantau pasar dan mempertimbangkan untuk memanfaatkan situasi ini, terutama jika mereka meyakini nilai jangka panjang emas sebagai investasi yang stabil.

Aksi: Mengambil Keputusan yang Tepat

Seperti halnya setiap keputusan investasi, penting untuk tetap terinformasi dan mempertimbangkan berbagai faktor sebelum mengambil tindakan. Pantau tren pasar, perhatikan indikator ekonomi global, dan cari nasihat dari ahli keuangan jika diperlukan. Selain itu, sadarilah implikasi pajak, karena harga beli kembali dan transaksi di atas Rp10 juta akan dikenakan pajak potong.

Sesuai dengan PMK No 34/PMK.10/2017, transaksi yang melibatkan beli kembali emas dengan nilai nominal lebih dari Rp10 juta akan dikenai pajak potong sebesar 1,5% untuk pemegang NPWP dan 3% untuk non-NPWP. Di sisi lain, pembelian batangan emas akan dikenakan pajak potong sebesar 0,45% untuk pemegang NPWP dan 0,9% untuk non-NPWP. Setiap pembelian batangan emas harus disertai dengan bukti potong PPh 22.

Kesimpulan: Memanfaatkan Saat Ini

Sebagai kesimpulan, penurunan harga emas Antam saat ini menawarkan peluang unik bagi investor untuk mempertimbangkan penambahan logam mulia ini ke dalam portofolio mereka. Harga yang lebih rendah di berbagai ukuran dapat menarik bagi mereka yang mencari investasi berharga dan nyata. Namun, penting untuk mendekati peluang ini dengan pertimbangan hati-hati, tetap terinformasi tentang dinamika pasar, dan memahami implikasi pajak yang terkait.

Saat pasar terus berkembang, investor dapat menempatkan diri secara strategis untuk menghadapi fluktuasi ini dan mungkin memetik manfaat dari investasi emas yang dilakukan dengan tepat waktu.

Selasa, 09 Januari 2024

Dampak Penurunan Harga Minyak Tajam Akibat Diskon Arab Saudi dan Peningkatan Produksi OPEC


Dalam dunia pasar global yang dinamis, harga minyak mengalami penurunan signifikan lebih dari 3% pada hari Senin. Penurunan tajam ini disebabkan oleh penurunan harga yang tajam oleh eksportir minyak terkemuka, Arab Saudi, serta peningkatan produksi oleh OPEC. Mari kita telusuri faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran besar dalam harga minyak dan dampak potensialnya.

Perhatian: Penurunan Harga

Pada hari Senin, pasar minyak mentah menyaksikan penurunan lebih dari 3%, dipicu oleh penurunan harga yang signifikan oleh eksportir utama, Arab Saudi. Selain itu, keputusan OPEC untuk meningkatkan produksi turut menambah tekanan penurunan pada harga minyak. Dampaknya terasa, menyebabkan minyak mentah Brent turun sebesar $2,64 (3,4%) menjadi $76,12 per barel, sementara West Texas Intermediate turun sebesar $3,04 (4,1%) menjadi $70,77 per barel.

Minat: Respons OPEC dan Ketegangan Geopolitik

Penurunan tajam ini menyusul minggu di mana kedua kontrak tersebut mengalami kenaikan lebih dari 2% akibat ketegangan geopolitik yang meningkat di Timur Tengah. Serangan Houthi terhadap kapal di Laut Merah meningkatkan kekhawatiran terhadap gangguan pasokan. Namun, pada hari Minggu, Arab Saudi merespons persaingan dan pasokan yang meningkat dengan memotong harga jual resmi (OSP) minyak mentah andalannya ke Asia ke level terendah dalam 27 bulan untuk bulan Februari.

Survei Reuters mengungkapkan bahwa produksi minyak OPEC naik pada bulan Desember, didorong oleh peningkatan di Angola, Irak, dan Nigeria, menutupi pemotongan yang terus dilakukan oleh Arab Saudi dan anggota OPEC+ lainnya. Peningkatan produksi ini terjadi menjelang rencana pemangkasan produksi OPEC+ lebih lanjut pada tahun 2024 dan keluarnya Angola dari OPEC, yang diperkirakan akan memengaruhi produksi dan pangsa pasar mulai Januari.

Keinginan: Menganalisis Dinamika Pasar

Dari perspektif fundamental, faktor-faktor seperti peningkatan persediaan, produksi OPEC/non-OPEC yang lebih tinggi, dan OSP Saudi yang lebih rendah dari perkiraan menunjukkan prospek bearish bagi minyak mentah. Namun, penting untuk mempertimbangkan ketegangan geopolitik di Timur Tengah, yang membatasi penurunan harga secara signifikan.

Sementara Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, terlibat dalam upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan di Gaza, konflik di berbagai wilayah, termasuk serangan Houthi di Laut Merah, terus meningkat. Faktor-faktor geopolitik ini berperan sebagai kontrabalan terhadap sentimen pasar yang bearish.

Aksi: Menavigasi Masa Depan

Saat pasar minyak bereaksi terhadap interaksi keputusan produksi, ketegangan geopolitik, dan permintaan global, para pelaku pasar harus tetap waspada. Force majeure yang diumumkan oleh Perusahaan Minyak Nasional Libya pada hari Minggu di ladang minyak Sharara, yang mampu memproduksi hingga 300.000 barel per hari, semakin mempersulit dinamika pasar.

Investor, analis, dan pemangku kepentingan industri perlu memantau perkembangan ini dengan cermat dan memperhitungkan baik indikator makroekonomi maupun peristiwa geopolitik untuk membuat keputusan yang terinformasi. Keseimbangan antara kekuatan pasar fundamental dan pengaruh geopolitik akan menentukan arah harga minyak dalam beberapa minggu mendatang.

Sebagai kesimpulan, penurunan tajam harga minyak belakangan ini, yang dipicu oleh keputusan harga Arab Saudi dan penyesuaian produksi OPEC, menyoroti keseimbangan delikat dalam pasar minyak. Di tengah tantangan geopolitik yang terus berkembang, industri minyak menghadapi lanskap yang kompleks, membutuhkan observasi yang cermat dan pengambilan keputusan strategis dari semua pihak yang terlibat.

Jumat, 05 Januari 2024

Pasar Emas: Kenaikan Tipis Menjelang Rilis Data Gaji AS, Paladium Anjlok


Pasar emas menunjukkan kenaikan tipis dalam sesi perdagangan Kamis (4/1/2024), memantul setelah mengalami penurunan selama empat sesi karena investor bersiap untuk data gaji tenaga kerja Amerika Serikat. Sebaliknya, harga paladium merosot akibat prospek permintaan jangka panjang yang suram.

Pada penutupan perdagangan Kamis, harga emas spot naik 0,2%, mencapai $2.044,39 per troy ounce, sehari setelah mencapai level terendah sejak 21 Desember 2023. Sementara itu, emas berjangka AS ditutup naik 0,4% menjadi $2.050,00.

Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, memberikan komentarnya terkait situasi ini, menyatakan, "Pasar emas membutuhkan dorongan baru untuk memulai reli harga. Namun, jika data ketenagakerjaan lebih kuat, itu bisa memberikan tekanan pada harga dan mungkin mengurangi ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed."

Laporan penggajian nonfarm AS dijadwalkan akan dirilis pada Jumat waktu setempat.

Data Kamis menunjukkan bahwa klaim pengangguran mingguan AS turun lebih dari perkiraan minggu lalu, dan perusahaan swasta AS mempekerjakan lebih banyak pekerja dari perkiraan ekonom pada Desember 2023. Angka-angka ini menunjukkan kekuatan yang terus-menerus di pasar tenaga kerja.

Para pedagang memperkirakan peluang penurunan suku bunga The Fed pada pertemuan kebijakan bulan Maret sebesar 65%, menurut alat CME FedWatch.

Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil. Risalah dari pertemuan terakhir The Fed, yang dirilis pada Rabu, mengindikasikan keyakinan yang semakin besar di kalangan pejabat bahwa inflasi terkendali, dan kekhawatiran bahwa kebijakan moneter yang terlalu ketat dapat menjadi ancaman bagi perekonomian.

"Dengan The Fed diharapkan menerapkan beberapa penurunan suku bunga pada 2024, ini akan menarik kembali investor keuangan melalui ETF, membatasi permintaan, dan mengangkat harga emas menjadi $2.250 per ounce pada akhir tahun ini," kata analis UBS Giovanni Staunovo.

Logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan, dengan perak naik 0,2% menjadi $23,00 per ounce, setelah mencapai level terendah tiga minggu sebelumnya, sementara platinum turun 1,7% menjadi di level terendah dua minggu $954,28.

Sebaliknya, paladium turun sekitar 3% menjadi $1.035,49, memperpanjang penurunan beruntunnya untuk sesi kedelapan akibat kekhawatiran bahwa popularitas kendaraan listrik akan menghancurkan permintaan jangka panjang. Faktor ini menghapus beberapa kenaikan pada bulan Desember setelah perluasan sanksi Inggris terhadap logam asal Rusia.

Sebagai kesimpulan, pasar emas berada pada posisi yang sangat penting, menantikan data pekerjaan AS yang krusial yang bisa mendorongnya ke level baru atau menyajikan setback sementara. Dinamika keputusan suku bunga The Fed dan faktor-faktor ekonomi global, khususnya di sektor kendaraan listrik, akan memainkan peran signifikan dalam membentuk trajectori harga logam mulia ke depan.

Rabu, 03 Januari 2024

Pelemahan Rupiah Terhadap Dolar AS di Tengah Dolar AS yang Lesu


Rupiah Indonesia sekali lagi memulai hari perdagangannya dengan tren penurunan, dibuka pada Rp15.499 per dolar AS pada Rabu (3/1/2024). Menurut data Bloomberg, rupiah melemah sebesar 0,19% atau 29 poin menjadi Rp15.499 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar juga mengalami penurunan sebesar 0,08%, mencapai 101.844.

Pergerakan Pasar di Asia

Mata uang negara-negara Asia lainnya menunjukkan pergerakan yang beragam. Yen Jepang melemah sebesar 0,03%, dolar Taiwan sebesar 0,49%, won Korea merosot sebesar 0,90%, peso Filipina turun sebesar 0,20%, rupee India turun sebesar 0,10%, yuan China melemah sebesar 0,13%, ringgit Malaysia turun sebesar 0,69%, dan bath Thailand turun sebesar 0,10%. Menariknya, hanya dolar Hong Kong yang menguat sebesar 0,02% terhadap dolar AS.

Sebelumnya hari ini, para analis pasar mencatat bahwa rupiah menunjukkan fluktuasi dalam perdagangan hari ini tetapi ditutup melemah dalam kisaran Rp15.450 hingga Rp15.510 per dolar AS. Para pedagang saat ini menunggu sinyal lebih lanjut mengenai penurunan suku bunga Fed, dengan fokus khusus pada data upah nonfarm untuk bulan Desember, yang dijadwalkan akan dirilis Jumat ini.

Suku Bunga Fed dan Bacaan Ekonomi

Mereka menjelaskan bahwa alat Fedwatch CME menunjukkan probabilitas lebih dari 70% bahwa Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Maret. Namun, sebelum pembacaan Maret, bank sentral masih harus menghadapi serangkaian pembacaan ekonomi, khususnya mengenai inflasi dan pasar tenaga kerja.

Dalam konteks lain, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa inflasi Indonesia pada tahun 2023 sebesar 2,61% tahun-ke-tahun, menandai tingkat inflasi terendah dalam dua dekade terakhir. Inflasi yang terkendali pada tahun 2023 disebabkan oleh langkah-langkah efektif baik dari pemerintah maupun Bank Indonesia (BI). Selain itu, ketidakpastian seperti fenomena kekeringan panjang atau El NiƱo membayangi pergerakan inflasi dalam negeri pada tahun 2023. Inflasi rendah pada tahun 2023 juga merupakan hasil dari tahun dasar yang tinggi, mengingat kenaikan harga bahan bakar minyak pada tahun 2022 yang memicu inflasi.

Faktor Ekonomi yang Mempengaruhi Rupiah

Lebih lanjut, para pengamat pasar memantau kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023, yang mencatat defisit sebesar Rp241,4 triliun per 28 Desember 2023. Defisit ini berasal dari realisasi pendapatan negara sebesar Rp2.725,4 triliun, sementara belanja negara mencapai Rp2.966,8 triliun.

Realisasi pendapatan negara tersebut sudah mencapai 110% dari target APBN awal sebesar Rp2.463 triliun dan melampaui 103,3% dari target revisi yang tercantum dalam Peraturan Presiden No. 75/2023, sebesar Rp2.637,2 triliun.

Secara keseluruhan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi oleh kombinasi faktor ekonomi global, terutama potensi pemotongan suku bunga Fed, dan indikator ekonomi dalam negeri, termasuk inflasi dan defisit fiskal. Para peserta pasar akan tetap waspada sambil menunggu perkembangan lebih lanjut yang dapat memengaruhi kinerja mata uang.