Pergerakan Harga Komoditas: Dampak Pengumuman The Fed
Pada hari Kamis, 13 Juni 2024, pasar komoditas menunjukkan dinamika yang menarik. Harga emas mengalami penurunan signifikan sementara batu bara dan minyak kelapa sawit mentah (CPO) justru menanjak. Hal ini terjadi setelah pengumuman penting dari Federal Reserve (The Fed) yang memberikan gambaran baru terhadap prospek ekonomi global.
Emas Melemah: Pengaruh Keputusan The Fed
Harga Emas di Pasar Spot
Harga emas di pasar spot terpantau melemah sebesar 0,19%, turun ke level US$2.320,66 per troy ounce pada pukul 06.53 WIB. Sementara itu, kontrak emas Comex untuk pengiriman Agustus 2024 juga merosot 0,77% menjadi US$2.336,70 per troy ounce pada waktu yang sama. Penurunan ini merupakan respons langsung dari pasar terhadap keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,5% .
Analisis dan Faktor Penunjang
Meski target harga US$3.000 per troy ounce untuk emas masih jauh dari kenyataan, beberapa faktor tetap mendukung daya tarik logam mulia ini. Ketegangan geopolitik di Eropa dan Timur Tengah, serta pembelian besar-besaran oleh bank sentral, terutama dari China, menjadi pendorong utama. Meskipun mengalami penurunan saat ini, emas masih dianggap sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global .
“Biasanya China dan Jepang merupakan negara yang memiliki anggaran belanja terbatas, namun mengingat kondisi perekonomian, tantangan real estate dan pasar ekuitas, emas adalah pilihan yang aman,” kata Ruth Crowell, CEO London Bullion Market Association.
Batu Bara dan CPO Menguat: Keuntungan bagi Komoditas Energi
Lonjakan Harga Batu Bara
Batu bara menunjukkan tren yang berlawanan dengan emas. Harga batu bara kontrak Juni 2024 di ICE Newcastle naik 1,30% menjadi US$132,95 per metrik ton, sementara kontrak Juli 2024 naik 1,57% menjadi US$133,45 per metrik ton. Kenaikan ini didorong oleh permintaan yang terus meningkat dari negara-negara berkembang, terutama di kawasan BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) yang masih sangat bergantung pada batu bara untuk pembangkit listrik .
Negara-negara BRICS mencatat rekor emisi karbon dari pembangkit listrik selama kuartal pertama 2024, dengan China dan India berkontribusi lebih dari 90% dari total emisi. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan global untuk dekarbonisasi, kebutuhan energi yang terus meningkat di Asia membuat batu bara tetap menjadi komoditas vital.
Peningkatan Harga CPO
Di sisi lain, minyak kelapa sawit mentah (CPO) juga mengalami kenaikan harga yang signifikan. Kebutuhan global akan bahan baku industri dan pangan, serta kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengatur pasokan dan harga, membantu mendorong harga CPO ke arah yang lebih tinggi. Kenaikan ini memberikan dampak positif bagi perekonomian negara-negara produsen utama seperti Indonesia dan Malaysia .
Dampak dan Prospek ke Depan
Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi menunjukkan kekhawatiran akan inflasi yang tetap menjadi tantangan. Meskipun ini berdampak negatif pada harga emas, pasar komoditas lain seperti batu bara dan CPO justru diuntungkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar