Harga minyak dunia cenderung melemah pada awal perdagangan Jumat (30/8/2024), dipengaruhi oleh ketidakpastian pasokan di Timur Tengah dan tanda-tanda melemahnya permintaan global. Investor tengah menganalisis situasi ini dengan hati-hati, menimbang risiko yang mungkin muncul di pasar energi.
Penurunan Harga Minyak Mentah Brent dan WTI
Pada perdagangan Jumat pagi, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November turun 7 sen atau 0,09%, menjadi US$78,75 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 11 sen atau 0,14%, menjadi US$75,80 per barel. Penurunan ini terjadi setelah kedua kontrak minyak mencatat kenaikan lebih dari US$1 pada hari sebelumnya, didorong oleh kekhawatiran terkait pasokan minyak.
Krisis Pasokan di Libya dan Irak
Ketidakstabilan pasokan minyak global semakin diperparah dengan situasi di Libya. Pada Kamis (29/8/2024), lebih dari separuh produksi minyak Libya, sekitar 700.000 barel per hari, dihentikan. Ekspor minyak dari beberapa pelabuhan utama juga terhenti akibat konflik antara faksi politik yang bersaing. Kerugian produksi ini diperkirakan bisa mencapai antara 900.000 hingga 1 juta barel per hari dan kemungkinan berlangsung selama beberapa minggu, menurut laporan dari Rapidan Energy Group, sebuah perusahaan konsultan energi.
Tidak hanya Libya, pasokan minyak dari Irak juga diprediksi menyusut setelah negara tersebut melampaui kuota produksi yang disepakati dengan OPEC+. Irak berencana untuk mengurangi produksinya menjadi antara 3,85 juta dan 3,9 juta barel per hari pada bulan depan, sebagai upaya untuk menyesuaikan dengan perjanjian tersebut.
Tekanan pada Harga Minyak di Tengah Ketidakpastian Permintaan
Meski ada kekhawatiran pasokan, harga minyak tetap berada dalam tren penurunan selama dua bulan berturut-turut. Pada Rabu lalu, harga minyak turun 1% setelah data menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS yang lebih kecil dari perkiraan. Stok minyak mentah AS turun sebesar 846.000 barel menjadi 425,2 juta barel, jauh di bawah perkiraan penurunan sebesar 2,3 juta barel yang diperkirakan oleh para analis dalam survei Reuters.
Pandangan Analis Terhadap Prospek Jangka Menengah
Prospek jangka menengah untuk pasar minyak tampak kurang menguntungkan. Analis dari ANZ mencatat bahwa neraca minyak untuk tahun 2025 terlihat lemah, yang dapat memaksa OPEC untuk menunda penghentian pengurangan produksi sukarela jika mereka ingin mempertahankan harga yang lebih tinggi.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, berencana untuk secara bertahap menghentikan pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari mulai Oktober 2024 hingga September 2025. Langkah ini akan diawasi dengan cermat oleh pasar sebagai upaya untuk menstabilkan harga minyak di tengah dinamika global yang kompleks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar