Kamis, 19 Desember 2019

Seia-Sekata, Euro Ikuti Jebloknya Poundsterling

Seia-Sekata, Euro Ikuti Jebloknya Poundsterling 
Rifan FinancindoNilai tukar euro melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (18/12/2019) setelah mencatat penguatan dua hari beruntun. Berbeda dengan Selasa kemarin, mata uang 19 negara ini akhirnya mengikuti jebloknya nilai tukar poundsterling.

Pada pukul 20:42 WIB, euro diperdagangkan di level US$ 1,1113 melemah 0,31% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Di saat yang sama poundsterling merosot 0,48%. Sementara pada Selasa kemarin euro berhasil menguat tipis 0,06% di saat poundsterling jeblok 1,5%.

Dua mata uang Benua Biru kini seia-sekata, euro bahkan melemah saat beberapa ada kabar bagus dari Jerman. Ifo melaporkan iklim indeks iklim bisnis Jerman mengalami kenaikan menjadi 96,3 di bulan ini, dari bulan sebelumnya 95,1. 

Data ini menunjukkan pelaku usaha semakin optimistis menatap kondisi ekonomi negeri Panzer enam bulan ke depan. Ketika dunia usaha semakin optimistis maka investasi tentunya akan semakin besar yang dapat menggerakkan roda perekonomian.

Reuters mewartakan data dari Ifo tersebut menunjukkan perekonomian Jerman akan tumbuh moderat di kuartal IV-2019. Itu artinya resesi yang mengancam perekonomian terbesar di Eropa ini semakin menjauh.

Meski demikian, data tersebut belum mampu mendongkrak kinerja euro pada hari ini. Kemungkinan terjadinya hard Brexit (keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun) yang kembali menguat membuat poundsterling jeblok, dan turut menyeret euro.

Setelah Partai Konservatif pimpinan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) dan meraih suara mayoritas di parlemen, kini Johnson dikabarkan akan merevisi undang-undang keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Withdrawal Agreement Bill). 

CNBC International mengutip media local mewartakan PM Johnson akan merevisi undang-undang tersebut yang menghalangi diperpanjangnya masa transisi keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Dengan singkatnya masa transisi, pembahasan perjanjian dagang harus dipercepat PM Jonhson dikatakan akan melakukan pendekatan lebih keras di masa transisi itu. Hal ini memicu kekhawatiran tidak akan ada kesepakatan dagang antara Inggris dan Uni Eropa alias hard Brexit, poundsterling pun nyaris anjlok 2% sejak Selasa kemarin, dan euro terseret.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 18 Desember 2019

Tunggu Kejelasan Damai Dagang, Bursa Saham China Memerah

Tunggu Kejelasan Damai Dagang, Bursa Saham China Memerah
Foto: Bursa Hong Kong (AP Photo/Vincent Yu)
PT Rifan - Bursa saham China mengawali perdagangan ketiga di pekan ini, Rabu (18/12/2019), di zona merah.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Shanghai melemah tipis 0,03% ke level 3.021,47, sementara indeks Hang Seng selaku indeks saham acuan di Hong Kong naik 0,37% ke level 27.946,74.

Bursa saham China diterpa tekanan jual seiring dengan penantian investor terhadap kejelasan dari kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China. Seperti yang diketahui, menjelang akhir pekan kemarin AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu yang sudah begitu dinanti-nantikan pelaku pasar saham dunia.

Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember.

Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu.

Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang sedianya disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada hari Minggu.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Namun, ada ketidakpastian yang menyelimuti kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China. Walaupun Trump menyebut bahwa nilai pembelian produk agrikultur oleh China akan mencapai US$ 50 miliar, pihak Beijing yang diwakili oleh Wakil Menteri Pertanian dan Pedesaan Han Jun hanya menyebut bahwa mereka akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan, tanpa menyebut nilainya.

Dikhawatirkan, ketidakjelasan ini pada akhirnya akan membuat kesepakatan dagang tahap satu antara kedua negara justru gagal diteken.

Sebagai catatan, hingga kini teks kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China belum ditandatangani. Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalisasi kesepakatan dagang tahap satu pada pekan pertama Januari 2020.

Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis di China dan Hong Kong.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 17 Desember 2019

Muncul Sinyal Poundsterling Akan Melesat, Mau Beli?

Muncul Sinyal Poundsterling Akan Melesat, Mau Beli?
Foto: Ilustrasi mata uang poundsterling (REUTERS/Benoit Tessier)
PT Rifan Financindo BerjangkaMata uang poundsterling Inggris kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (16/12/2019), bahkan muncul sinyal akan melesat lebih tinggi. Pada pukul 19:44 WIB, poundsterling menguat 0,34% ke US$ 1,3372 di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Poundsterling meroket ke level tertinggi 19 bulan pada hari Jumat setelah Partai Konservatif memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) dan meraih suara mayoritas dalam di parlemen. Partai yang juga disebut Tory ini meraih kursi sebanyak 365 dari 650 kursi parlemen. Jumlah tersebut bertambah sebanyak 47 kursi dibandingkan Pemilu 2017 lalu. 

Sementara itu, lawan terberatnya Partai Buruh meraih 203 kursi, berkurang 59 kursi dibandingkan Pemilu 2017. Partai Konservatif merupakan partai pemerintah Inggris saat ini pimpinan Perdana Menteri Boris Johnson.

Dengan kemenangan ini, Boris Johnson otomatis mempertahankan posisinya sebagai orang nomor satu di pemerintah Inggris. Selain itu, dengan dikuasainya kursi mayoritas parlemen, proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) bisa berjalan mulus.

Seperti diketahui sebelumnya, proposal Brexit selalu kandas di Parlemen Inggris. Proposal terbaru yang dibuat PM Johnson dan telah disetujui oleh Komisi Eropa kandas lagi di Parlemen Inggris sehingga deadline Brexit yang seharusnya pada 31 Oktober lalu mundur menjadi 31 Januari tahun depan.

Dengan kemenangan Tory, Brexit dikatakan akan selesai pada bulan depan. "PM Johnson akan menyelesaikan Brexit pada 31 Januari, dan selanjutnya menyelesaikan perjanjian dagang dengan Uni Eropa pada akhir 2020," kata Sekretaris Kabinet Inggris, Michael Gove, sebagaimana dilansir Reuters. 

Beberapa bank investasi ternama sebelumnya memprediksi poundsterling melesat jika Partai Konservatif meraih kursi mayoritas di parlemen.

Bank of America Merrill Lynch memprediksi poundsterling menguat ke US$ 1,39 di akhir tahun 2020. Bank Morgan Stanley bahkan lebih bullish lagi dengan merekomendasikan beli (posisi long) bagi poundsterling sebagai salah satu dari 10 trading terbaiknya di 2020. Morgan Stanley menargetkan poundsterling berada di level US$ 1,4 di akhir kuartal I-2020.

Kini mulai muncul sinyal poundsterling akan melesat. Reuters melaporkan berdasarkan data kontrak berjangka, para spekulator mengurangi posisi jual bersih (net short) menjadi US$ 1,861 miliar pada pekan yang berakhir 10 Desember. Ini berarti para spekulator sudah melihat peluang poundsterling akan melesat naik ke depannya.

Bagaimana berniat untuk beli?

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 16 Desember 2019

Waspada Ancaman Perang Dagang AS-Eropa

Waspada Ancaman Perang Dagang AS-Eropa
Foto: Donald Trump menjadi Thanos (Screenshot Twitter @TrumpWarRoom)
PT Rifan Financindo - Amerika Serikat (AS) dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menjatuhkan lagi tarif hingga 100% pada produk-produk Eropa, yang belum dikenai tarif.

CNBC International melaporkan akhir pekan lalu, Kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) telah menerbitkan dokumen daftar barang-barang Eropa yang akan dikenai tarif hingga 100%. Beberapa barang yang menjadi target di antaranya adalah wiski Irlandia dan Scotch serta Cognac.

Selain itu, minyak zaitun Spanyol dan keju Prancis hingga pisau Jerman dan fillet ikan Portugis, juga diperkirakan akan dijatuhi tarif hingga 100%.

Tarif baru ini merupakan buntut dari perselisihan kedua negara dalam hal pemberian subsidi ilegal oleh pemerintah Eropa untuk perusahaan pesawat Airbus.

AS telah lama berpendapat bahwa subsidi yang diberikan UE untuk Airbus, merugikan perusahaan pesawat AS Boeing. AS juga mengatakan UE telah melanggar peraturan WTO dalam hal pemberian subsidi itu.

Pada Oktober lalu, AS telah mengenakan tarif 10% untuk pesawat sipil besar dan 25% untuk barang pertanian dari Eropa. Penerapan tarif diumumkan setelah AS mendapat izin dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Lembaga itu memutuskan AS menang dalam tuntutannya terhadap UE dan membiarkan pemerintahan Presiden Donald Trump menjatuhkan tarif sebagai hukuman atas langkah pemberian subsidi oleh UE kepada Airbus.

"Sebagai akibat dari kegagalan UE untuk menangani subsidi ini, pada 18 Oktober, Amerika Serikat mengenakan tarif 10% pada pesawat sipil besar dan 25% pada produk pertanian dan lainnya dari UE," tulis USTR dalam dokumen yang terbit 2 Desember.

Sebelumnya pada awal tahun ini, USTR juga telah menerbitkan daftar beberapa barang Eropa senilai lebih dari US$ 10 miliar yang akan dikenai tarif terkait masalah Airbus.

Menanggapi kabar dimasukkannya kembali wiski hingga Cognac ke dalam daftar tarif AS, analis Bernstein Trevor Stirling mengatakan langkah ini menunjukkan bahwa ancaman tarif AS memang belum hilang.

"Ini adalah perombakan penuh, kami berpotensi melihat tarif diterapkan, yang kami tekankan sebagai kemungkinan dua bulan lalu," kata Stirling dalam sebuah catatan kepada klien broker. (sef/sef)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Jumat, 13 Desember 2019

Inggris dan Amerika Bawa Rupiah Berjaya, Nomor 2 di Asia!

Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Pelaku pasar sedang berbahagia karena damai dagang AS-China sepertinya semakin di depan mata.

Pada Jumat (13/12/2019), US$ 1 setara dengan Rp 13.975 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,32% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan penguatan 0,07% terhadap dolar AS. Penguatan rupiah terkesan agak 'kebetulan' karena mata uang Tanah Air hampir sepanjang hari menghuni zona merah.

Namun hari ini, penguatan rupiah tidak lagi berbau 'keberuntungan'. Rupiah sudah mantap menguat, ajeg sejak sebelum pasar spot dibuka. Kemungkinan besar penguatan ini akan bertahan hingga lapak ditutup, dan rupiah pun bisa memberi kado akhir pekan yang manis bagi Indonesia.

Tidak cuma rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia juga menguat di hadapan dolar AS. Sejauh ini yang masih melemah hanya dolar Hong Kong, yen Jepang, dan won Korea Selatan.

Rupiah bahkan menjadi mata uang terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari yuan China. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:08 WIB:


AS-China Siap Teken Kesepakatan?
Pelaku pasar semringah karena hubungan AS-China yang terus membaik. Kabar terbaru, AS siap untuk menunda atau bahkan membatalkan pengenaan bea masuk baru untuk importasi produk China senilai US$ 160 miliar yang sedianya berlaku 15 Desember.

Tidak hanya itu, Reuters memberitakan AS juga akan memberi diskon 50% atas bea masuk yang berlaku selama masa perang dagang lebih dari setahun terakhir. Sebagai informasi, AS telah mengenakan bea masuk terhadap importasi produk made in China senilai US$ 550 miliar selama periode tersebut.

Namun memang tidak semua bea masuk yang akan didiskon, tetapi US$ 375 miliar-nya saja. Menurut sumber yang dekat dengan tim negosiator dagang AS-China, tawaran-tawaran dari AS itu bisa berlaku segera jika China setuju.

China pun memberi respons positif. Seperti dikutip dari Reuters, China berencana membeli produk pertanian AS senilai US$ 50 miliar tahun depan. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan 2017, sebelum perang dagang

Optimisme yang merebak di Washington dan Beijing membuat Presiden AS Donald Trump tampak semringah. Dalam cuitan di Twitter, eks taipan properti itu menegaskan kesepakatan dagang AS-China sudah sangat dekat.

"Kita sudah sangat dekat untuk sebuah kesepakatan dengan China. Mereka menginginkannya, begitu juga kita!" cuit Trump.


Damai dagang AS-China yang sepertinya semakin dekat dengan kenyataan membuat pelaku pasar ogah bermain aman. Dengan prospek pertumbuhan ekonomi global seiring membaiknya arus perdagangan dunia, saatnya bermain agresif dan mengambil risiko.

Arus modal asing pun menyemut ke aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia. Hasilnya jelas, rupiah dkk di Asia tidak punya pilihan selain menguat

Partai Konservatif (Sepertinya) Menang di Pemilu Inggris
Kabar dari Inggris juga menjadi sentimen positif di pasar. Kemarin, rakyat Inggris memilih anggota parlemen dalam Pemilu yang dipercepat. Semestinya Pemilu di Negeri Big Ben baru terjadi pada 2022.

Hasil exit poll menujukkan Partai Konservatif bakal memenangi Pemilu. Tories adalah partai penguasa di Palace of Westminster, gedung parlemen Inggris.

Reuters mewartakan, exit poll memberi gambaran bahwa Partai Konservatif akan memenangkan 368 kursi dari 650 yang tersedia di parlemen. Sementara Parta Buruh mendapat 191 kursi, Partai Nasional Skotlandia 55 kursi, dan Partai Liberal Demokrat 13 kursi.

Artinya, kemungkinan besar Boris Johnson masih akan menjabat sebagai Perdana Menteri. Tidak ada perubahan kepemimpinan. Ini membuat proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa (Brexit) diharapkan lebih mulus, karena tidak ada perubahan kebijakan.

Denga harapan soft Brexit pada Januari 2020, satu risiko bisa dicoret dari daftar. Ditambah dengan potensi damai dagang AS-China yang kian besar, risk appetite investor membucah sehingga mata uang Asia bak tertimpa dunia runtuh.

Dulu presiden Indonesia pertama Soekarno pernah mengatakan "Inggris kita linggis, Amerika kita setrika". Namun hari ini, justru dua negara tersebut yang 'berjasa' membawa rupiah menguat...


TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan