Jumat, 03 Januari 2020

Harga Emas Diramal Rp 900.000/gram, Bisakah Jadi Kenyataan?

Foto: Ist
PT Rifan Financindo - Harga emas dunia menguat di perdagangan pertama tahun 2020, Kamis kemarin (2/1/2020) setelah bersinar terang di tahun 2019. Sepanjang tahun lalu harga emas tercatat menguat 18,26%, mengakhiri 2019 di level US$ US$ 1.517,01/troy ons.

Bahkan di awal September lalu, logam mulia ini sempat melesat lebih dari 22% ke level US$ 1.577/troy ons, yang menjadi level tertinggi dalam lebih dari enam tahun terakhir. Memasuki 2020, emas kembali berkilau, pukul 20:22 WIB diperdagangkan di level US$ 1,524,96/troy ons, menguat 0,53% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Emas bahkan masih mampu menguat di saat kesepakatan dagang fase I Amerika Serikat (AS) dengan China tidak lama lagi akan diteken.

Presiden AS, Donald Trump melalui akun Twitternya mengatakan kesepakatan itu akan diteken pada 15 Januari. Melalui akun Twitternya, Trump mengatakan kesepakatan dagang fase I akan diteken pada 15 Januari 2020.

"Saya akan menandatangani perjanjian Fase I yang sangat besar dan komprehensif dengan China pada 15 Januari. Seremoni akan dilakukan di Gedung Putih. Delegasi tingkat tinggi dari China akan datang. Selepas itu, saya akan datang ke Beijing dan memulai pembicaraan Fase II," cuit Trump di Twitter.

Ketika perang dagang berakhir, pertumbuhan ekonomi global diharapkan bisa bangkit di tahun depan, dan aset-aset berisiko serta berimbal hasil tinggi akan menjadi target investasi, aset aman seperti emas yang juga tanpa imbal hasil menjadi tidak menarik lagi.

Di sisi lain, ekspektasi membaiknya pertumbuhan ekonomi global membuat mata uang utama serta emerging market menguat melawan dolar AS, yang merupakan banderol harga emas. Ketika dolar AS melemah, maka harga emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, dampaknya permintaan emas berpotensi meningkat.

Tanda-tanda emas masih bersinar dimata para pelaku pasar terlihat dari peningkatan kepemilikan aset di SPDR Gold Trust, ETF berbasis emas terbesar di dunia.

CNBC International
mewartakan, pada Jumat (27/12/2019) kepemilikan di SPDR Gold Trust naik 0,1% ke menjadi 893,25 ton, dan menjadi yang tertinggi sejak 29 November. Sepekan sebelumnya, total kepemilikan aset juga mengalami kenaikan sebesar 0,3%.

Selain itu, data Commodity Futures Trading Commission's (CFTC) menunjukkan volume net buy emas pada pekan lalu sebanyak 286.3000 kontrak, sama dengan pekan sebelumnya. Posisi net buy yang tidak mengalami penurunan di saat bursa saham AS terus mencetak rekor tertinggi memberikan gambaran investor masih percaya emas akan kembali bersinar.

Sejauh ini, selain Goldman Sachs, UBS Group AG dan Citigroup juga memprediksi harga emas akan mencapai US$ 1.600/troy ons di tahun 2020. 

Prediksi Harga Emas Terus Naik
Harga emas investasi ritel kepingan acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM/Antam) stabil pada Rp 713.000/gram pada perdagangan Kamis kemarin (2/1/2020). Stabilnya harga emas Antam itu tidak sejalan dengan koreksi tipis pada Rabu lalu meskipun tren penguatan emas dunia yang masih terjadi.

Penguatan emas dunia dikaitkan dengan tren penguatan musiman, kali ini di awal tahun yang biasa disebut 'January Effect', karena kehawatiran dunia sedang mereda karena adanya kepastian pertemuan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China tanggal 15 Januari.

Stabilnya harga emas Antam yang terjadi itu membuat harga instrumen investasi tersebut masih bertahan di atas level psikologis Rp 700.000/gram.

Data di situs logam mulia milik Antam Kamis kemarin (2/1/20) menunjukkan besaran harga emas kepingan 100 gram berada pada Rp 71,3 juta/batang yang sama dengan posisi akhir 2019.

Kamis kemarin, harga beli kembali (buy back) emas Antam di gerai resmi juga stabil di Rp 678.000/gram harga terakhir tahun lalu.

Harga itu dapat menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat tersebut ingin menjual kembali investasinya di gerai resmi.

Sebelumnya, Juli tahun lalu, harga emas diprediksi mencapai Rp 900.000/gram dengan perkiraan harga emas dunia yang diproyeksikan mencapai US$ 2.000 per troy ounce.

Satu troy ounce, mengacu aturan di pasar, setara dengan 31,1 gram. Dengan hitungan itu, besaran US$ 2.000 per troy ounce dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 64,31 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 14.100 per dolar AS maka prediksi harga emas yakni setara dengan Rp 906.771 per gram.

"Saya meyakini saat ini pasar keuangan sekarang siap hancur seperti tumpukan pasir," ujar David Roche, presiden dan ahli strategi global dari Independent Strategy yang berbasis di London, memprediksi tren kenaikan harga emas dapat berlanjut, dilansir CNBC International pada Senin (8/7/2019).
TIM RISET CNBC INDONESIA (tas)

Kamis, 02 Januari 2020

Optimisme Damai Dagang Angkat Bursa China ke Zona Hijau

Optimisme Damai Dagang Angkat Bursa China ke Zona Hijau
Foto: Bursa Asia (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Rifan Financindo - Bursa saham China dan Hong Kong mengawali perdagangan hari ini, Kamis (2/1/2020), di zona hijau.

Pada pembukaan perdagangan, indeks Shanghai naik 0,53% ke level 3.066,34, sementara indeks Hang Seng menguat 0,21% ke level 28.249,37.

Tingginya ekspektasi bahwa AS dan China akan segera meneken kesepakatan dagang tahap satu menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham China dan Hong Kong. Menjelang tahun baru kemarin, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa kesepakatan dagang tahap satu dengan China akan diteken di Gedung Putih pada tanggal 15 Januari.

Seperti yang diketahui, belum lama ini AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu. Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada tanggal 15 Desember.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Lebih lanjut, kesepakatan dagang tahap satu AS-China juga mengatur mengenai komplain dari AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam.

Jika kesepakatan dagang tahap satu benar diteken nantinya, laju perekonomian AS dan China di tahun-tahun mendatang bisa terus dipertahankan di level yang relatif tinggi.

Pada pukul 08:45 WIB, Manufacturing PMI China periode Desember 2019 versi Caixin akan dirilis.

TIM RISET CNBC INDONESIA(ank/ank)

Selasa, 31 Desember 2019

Siap-siap! Ending Perang Dagang di Depan Mata

Siap-siap! Ending Perang Dagang di Depan Mata
Foto: Infografis/Perang Dagang AS-China/Edward Ricardo
PT Rifan - China dan Amerika Serikat (AS) dikabarkan segera melakukan penandatanganan kesepakatan damai perang dagang Fase I akhir pekan ini.

Menurut sumber South China Morning Post, Wakil Perdana Menteri China Liu He akan memimpin delegasi ke Washington, Sabtu (4/1/2020).

"Washington telah mengirim undangan dan Beijing telah menerimanya," kata sumber yang enggan disebutkan namanya itu.

Menurutnya delegasi China akan tinggal beberapa hari di AS hingga pertengahan pekan depan.

AS dan China sudah memulai perang dagang selama hampir dua tahun. Kedua negara saling menetapkan tarif pada barang impor dari masing-masing negara.

Pertikaian membuat situasi global tidak stabil. Bahkan sukses membuat ekonomi dunia melambat.

Meski demikian belum ada pernyataan resmi dari Kementerian Perdagangan China soal ini. South China Morning Post belum mendapat konfirmasi lebih lanjut.

Sementara itu, Penasehat Ekonomi Gedung Putih Peter Navarro dalam sebuah interview juga enggan mengonfirmasi hal ini.

"Jangan percaya sumber anonim. Kecuali didapat dari Presiden Trump atau ... Perwakilan Perdagangan Robert Lighthizer," katanya.

"Bisa saja kami menandatangani itu pekan depan atau masih menunggu terjemahan."

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memang menyatakan Fase I perjanjian dagang akan ditantangani dalam waktu dekat.

Perwakilan Perdagangan Robert Lighthizer bahkan sempat berujar penandatanganan akan dilakukan di minggu pertama Januari 2020.

Pada awal Desember lalu, AS membatalkan tarif yang seharusnya berlaku pada barang China di 15 Desember. AS juga menurunkan tarif yang sudah berlaku sebelumnya dari 15% ke 7,5%. (sef/sef)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Senin, 30 Desember 2019

Optimisme Damai Dagang Gagal Bawa Bursa Asia Menghijau

Optimisme Damai Dagang Gagal Bawa Bursa Asia Menghijau
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)
PT Rifan Financindo Berjangka - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka melemah pada perdagangan pertama di pekan ini, Senin (30/12/2019).

Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei terkoreksi 0,28% indeks Shanghai melemah 0,23%, dan indeks Kospi turun 0,07%.

Tingginya ekspektasi bahwa AS dan China akan segera meneken kesepakatan dagang tahap satu gagal memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning.

Seperti yang diketahui, belum lama ini AS dan China mengumumkan bahwa mereka telah berhasil mencapai kesepakatan dagang tahap satu.
 
Dengan adanya kesepakatan dagang tahap satu tersebut, Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal China pada tanggal 15 Desember. Untuk diketahui, nilai produk impor asal China yang akan terdampak oleh kebijakan ini sejatinya mencapai US$ 160 miliar.

Tak sampai di situ, Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu. Di sisi lain, China membatalkan rencana untuk mengenakan bea masuk balasan yang disiapkan guna membalas bea masuk dari AS pada tanggal 15 Desember.

Masih sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu, China akan meningkatkan pembelian produk agrikultur asal AS secara signifikan. Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Lebih lanjut, kesepakatan dagang tahap satu AS-China juga mengatur mengenai komplain dari AS terkait pencurian hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi secara paksa yang sering dialami oleh perusahaan-perusahaan asal Negeri Paman Sam.

Belum lama ini, Trump mem-posting sebuah cuitan yang isinya mengatakan bahwa dirinya telah melangsungkan "pembicaraan yang sangat baik" dengan Presiden China Xi Jinping terkait dengan beberapa hal, termasuk kesepakatan dagang kedua negara. Pembicaraan tersebut dilakukan melalui sambungan telepon.

"Telah melangsungkan pembicaraan yang sangat baik dengan Presiden Xi dari China terkait kesepakatan dagang kami yang begitu besar. China telah memulai pembelian produk agrikultur dan produk-produk lainnya secara besar. Formalisasi kesepakatan dagang sedang disiapkan. Juga berbicara mengenai Korea Utara, di mana kami bekerja sama dengan China, & Hong Kong (progres!)," cuit Trump melalui akun Twitter @realDonaldTrump.
Sebagai catatan, hingga kini teks kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China belum ditandatangani. Menurut Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, kedua negara berencana untuk memformalisasi kesepakatan dagang tahap satu tersebut pada pekan pertama Januari 2020.

Lebih lanjut, bursa saham Asia melemah kala Wall Street sukses mencetak rekor. Pada penutupan perdagangan hari Jumat, (27/12/2019), indeks Dow Jones ditutup naik 0,08%, indeks S&P 500 menguat 0,11 poin, sementara indeks Nasdaq Composite terkoreksi 0,17%. Indeks Dow Jones dan indeks S&P 500 ditutup di level tertinggi sepanjang masa.

Jika dihitung di sepanjang bulan Desember (hingga penutupan perdagangan hari Jumat), indeks Dow Jones sudah melejit 2,12%, indeks S&P 500 melesat 3,15%, dan indeks Nasdaq Composite meroket 3,94%.

Pada pukul 15:30 WIB, data perdagangan internasional Hong Kong periode November 2019 akan dirilis.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)
 

Jumat, 27 Desember 2019

Yuk Intip Jejak Santa Claus Rally di Pasar Emas Global

Yuk Intip Jejak Santa Claus Rally di Pasar Emas Global
Foto: REUTERS/Edgar Su

PT Rifan Financindo - Santa Claus Rally ternyata terjadi juga di pasar spot emas global, yang menunjukkan bahwa Santa juga datang ke pasar komoditas logam mulia kuning itu, tidak hanya di pasar saham dan obligasi.

"The Santa Claus Rally" secara umum didefinisikan secara luas sebagai penguatan pasar yang terjadi di hari-hari kejepit nasional di antara libur Natal dan Tahun Baru, atau secara formalnya dapat dijelaskan sebagai penguatan pasar pada 5 hari bursa terakhir ditambah 2 hari pertama setelah tahun baru.

Meskipun Santa Rally lumrahnya ditemui di pasar saham Wall Street, harga spot emas Refinitiv menunjukkan harga spot emas lebih banyak menguat karena koreksi hanya terjadi tiga kali dalam 10 tahun terakhir.

Penguatan terbesar terjadi pada akhir 2017 di mana harga emas naik menjadi US$ 1.312/troy ounce (onz) pada 3 Januari 2018 dari posisi US$ 1.274,61/oz pada 22 Desember 2017. Selain pada 2017, penguatan harga spot emas global juga terjadi pada tahun 2009, 2012, 2013, 2014, 2016, dan 2018.

Meskipun naik pada periode Santa Rally, pergerakan komoditas logam mulia tersebut di periode yang sama tetapi dengan rentang yang lebih panjang yaitu untuk sepanjang Desember dalam 10 tahun terakhir masih lebih banyak turunnya.

Naiknya harga emas di pasar spot dunia juga menjadi cerminan saktinya sentimen pemolesan laporan investasi pelaku pasar keuangan dunia, terutama ketika kekhawatiran terhadap perang dagang Amerika Serikat (AS)-Chian justru sedang mereda.

Padahal, kodrat emas adalah instrumen yang dianggap lebih aman (safe haven instrument) sehingga emas sering digunakan sebagai alat lindung nilai (hedging) terhadap instrumen keuangan lain ketika kondisi pasar sedang tidak kondusif.

Tahun ini, kemungkinan Santa Rally akan terjadi juga di pasar spot emas dunia karena hingga Jumat hari ini (27/12/2019) pergerakan komoditas tersebut sudah mulai terendus karena di pasar global masih menguat, terutama jika harga emas spot saat ini dibanding harga pada 20 Desember, 23 Desember, 24 Desember, 25 Desember, dan 26 Desember.
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan