Rabu, 14 Agustus 2024

Kenaikan Harga Minyak di Tengah Penurunan Persediaan dan Ketegangan Geopolitik


Harga minyak melonjak pada hari Rabu setelah laporan industri menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah dan bensin di Amerika Serikat. Pasar juga terus memantau kemungkinan meluasnya perang Israel-Gaza, yang dapat berdampak pada pasokan minyak global.

Pergerakan Harga Minyak Mentah

  • Brent crude futures naik 56 sen, atau 0,7%, menjadi $81,25 per barel pada pukul 05:40 GMT.
  • U.S. West Texas Intermediate (WTI) crude meningkat 59 sen, atau 0,8%, menjadi $78,94 per barel.

Potensi Eskalasi Konflik Timur Tengah

Produsen minyak utama di Timur Tengah, Iran, belum melakukan aksi balasan terhadap pembunuhan seorang pejabat Hamas di ibu kotanya, yang dituduhkan pada Israel. Namun, setiap eskalasi konflik di Timur Tengah merupakan risiko besar yang dapat mendorong harga minyak dalam enam bulan ke depan, bahkan mungkin lebih lama.

Vivek Dhar, seorang analis di Commonwealth Bank of Australia, menyatakan, "Tingkat pembalasan Iran serta respons Israel kemungkinan akan menentukan apakah konflik saat ini di Timur Tengah akan meluas menjadi konflik regional."

Ancaman Terhadap Pasokan Minyak

"Kekhawatiran pasar yang langsung adalah serangan terhadap pasokan dan infrastruktur minyak Iran. Iran menyumbang 3-4% dari permintaan minyak global, yang mana 25-50% di antaranya diekspor," tambah Dhar.

Iran telah berjanji akan memberikan respons keras terhadap pembunuhan pemimpin Hamas pada akhir bulan lalu. Israel belum mengonfirmasi ataupun membantah keterlibatannya, namun saat ini Israel tengah berperang di Gaza melawan Hamas setelah kelompok tersebut menyerang Israel pada Oktober lalu. Untuk mengimbangi Iran, Angkatan Laut AS telah mengerahkan kapal perang dan kapal selam ke Timur Tengah.

Analisis dari ANZ Research pada hari Rabu menyatakan, "Jika konflik yang lebih luas berkembang di Timur Tengah, hal ini kemungkinan akan mengancam tidak hanya pasokan Iran tetapi juga minyak yang bergerak melalui titik-titik krusial di Timur Tengah."

Lebih dari 20 juta barel per hari minyak berpotensi terkena risiko gangguan jika konflik meluas.

Penurunan Persediaan Minyak AS dan Dampaknya

Persediaan minyak mentah dan bensin AS menurun minggu lalu, sementara stok distilat meningkat, menurut sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute (API) pada hari Selasa.

Data API menunjukkan persediaan minyak mentah turun sebesar 5,21 juta barel pada minggu yang berakhir 9 Agustus, menurut sumber tersebut yang berbicara dengan syarat anonim. Persediaan bensin berkurang sebesar 3,69 juta barel, sementara distilat naik sebesar 612.000 barel.

Penurunan persediaan ini dapat mengindikasikan peningkatan permintaan di AS, yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia.

Data resmi dari Administrasi Informasi Energi (EIA) dijadwalkan akan dirilis pada hari Rabu.

Prospek Permintaan Minyak Global

Namun, kenaikan harga minyak dibatasi oleh laporan dari Badan Energi Internasional (IEA), yang mempertahankan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global tahun 2024 tidak berubah pada hari Selasa. Namun, IEA memangkas perkiraan untuk tahun 2025, mengutip dampak ekonomi Tiongkok yang melemah terhadap konsumsi.

Sumber : Investing

Senin, 12 Agustus 2024

Pelemahan Rupiah di Tengah Penguatan Dolar AS


Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami tekanan pada awal pekan ini, mencapai level Rp15.950 per dolar AS pada Senin, 12 Agustus 2024. Pelemahan ini terjadi di tengah penguatan dolar AS yang didorong oleh sejumlah faktor ekonomi global.

Pergerakan Rupiah dan Mata Uang Asia

Menurut data yang dikutip dari Bloomberg, rupiah dibuka melemah 25,50 poin atau 0,16% ke level Rp15.950 per dolar AS. Di sisi lain, indeks dolar AS menunjukkan kenaikan sebesar 0,03% dan mencapai posisi 103,16.

Mayoritas mata uang utama di Asia juga mengalami pelemahan. Won Korea mencatat penurunan sebesar 0,11%, yuan China turun 0,09%, dan yen Jepang melemah 0,23%. Selain itu, peso Filipina dan ringgit Malaysia masing-masing melemah sebesar 0,06% dan 0,27%.

Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Pelemahan Rupiah

Pelemahan rupiah ini tidak lepas dari sejumlah faktor eksternal yang memengaruhi sentimen pasar. Salah satu faktor utamanya adalah data pasar tenaga kerja AS yang menunjukkan penurunan tunjangan pengangguran lebih besar dari yang diperkirakan. Data ini meredakan kekhawatiran pasar akan potensi resesi di AS, yang pada gilirannya memperkuat posisi dolar AS terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah.

Fokus investor saat ini tertuju pada rilis data inflasi harga konsumen AS untuk bulan Juli yang akan dirilis dalam waktu dekat. Data ini diharapkan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi inflasi di AS dan potensi arah kebijakan moneter Federal Reserve (Fed). Selain itu, komentar dari Ketua Fed Jerome Powell pada Simposium Kebijakan Ekonomi Jackson Hole yang dijadwalkan pada 22-24 Agustus 2024, juga akan menjadi perhatian utama para pelaku pasar.

Prospek Ekonomi Indonesia dan Sentimen Internal

Meskipun terpengaruh oleh sentimen eksternal, prospek ekonomi Indonesia tetap menunjukkan kekuatan yang cukup baik. International Monetary Fund (IMF) menilai bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kuat di tengah gejolak ekonomi global. IMF mencatat bahwa inflasi di Indonesia tetap terkendali dan berada dalam kisaran target yang ditetapkan, sementara sektor keuangan menunjukkan ketahanan yang signifikan.

IMF memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5% pada tahun 2024 dan sedikit meningkat menjadi 5,1% pada tahun 2025. Proyeksi ini memberikan harapan bahwa meskipun ada tekanan dari faktor eksternal, ekonomi Indonesia tetap mampu bertahan dan berkembang.

Kesimpulan

Nilai tukar rupiah yang melemah di tengah penguatan dolar AS mencerminkan ketidakpastian global yang masih tinggi, terutama terkait kondisi ekonomi AS dan kebijakan moneter yang akan diambil oleh Fed. Di sisi lain, ekonomi Indonesia masih menunjukkan tanda-tanda ketahanan yang kuat, didukung oleh inflasi yang terkendali dan prospek pertumbuhan ekonomi yang positif. Pelaku pasar akan terus memantau perkembangan lebih lanjut dari data ekonomi AS dan komentar dari pejabat Fed untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang arah pergerakan nilai tukar rupiah ke depan.

Rabu, 31 Juli 2024

Emas Naik Terkait Ketegangan di Timur Tengah dan Fokus pada Bank Sentral


Emas naik karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah setelah Hamas mengatakan bahwa Israel telah membunuh pemimpin politiknya, sementara pasar juga menantikan pertemuan kebijakan Federal Reserve.

Emas batangan naik hingga diperdagangkan di atas $2.417 per ons setelah melonjak lebih dari 1% pada hari Selasa. Hamas mengatakan bahwa Israel membunuh Ismail Haniyeh, dalam serangan udara di Iran, yang memicu permintaan aset safe haven. Serangan itu menyusul serangan udara Israel di Beirut yang menargetkan komandan Hizbullah.

Sementara Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada level tertinggi dalam lebih dari dua dekade pada hari Rabu nanti, para pedagang akan memperhatikan petunjuk bahwa pelonggaran kebijakan sudah dekat. Pasar swap saat ini memperkirakan penurunan suku bunga AS pada bulan September. Biaya pinjaman yang lebih rendah biasanya membantu emas batangan, yang tidak membayar bunga. Sebelum pengumuman Fed, Bank of Japan (BOJ) mungkin akan menaikkan suku bunga.

Emas mencapai rekornya pada awal bulan ini, dan sedang dalam perjalanan untuk kenaikan bulanan yang solid hampir 4%. Logam mulia ini telah didukung karena investor Asia meningkatkan permintaan emas batangan fisik di pasar bebas, dan bank sentral terus membeli emas batangan untuk mendiversifikasi cadangan mereka. Ketegangan geopolitik juga turut membantu, dengan Israel terus melanjutkan kampanyenya melawan proksi yang didukung Iran di Gaza dan Lebanon.

Harga emas spot naik 0,3% menjadi $2.417,64 pada pukul 11:33 pagi di Singapura, dan naik 17% tahun ini. Indeks Bloomberg Dollar Spot turun tipis. Harga perak naik mendekati $29 per ons, memangkas kerugian bulanan. Harga platina dan paladium naik. (knc)

Sumber : Bloomberg

Senin, 29 Juli 2024

Rupiah Menguat, Dolar AS Lesu di Awal Pekan: Apa Dampaknya?

 


Pergerakan Kurs Rupiah

Pada awal pekan ini, Senin 29 Juli 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan penguatan signifikan. Rupiah dibuka pada posisi Rp16.288 per dolar AS, menguat sebesar 0,08% dari posisi sebelumnya. Penguatan rupiah ini menjadi sorotan karena terjadi saat indeks dolar AS justru melemah.

Nilai Tukar Rupiah Terkini

Berdasarkan data yang dirilis oleh Bloomberg, rupiah menunjukkan penguatan sebesar 2 poin terhadap dolar AS pada pembukaan perdagangan. Sementara itu, indeks dolar AS turun 0,13% ke level 103,93.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Reaksi Pasar Terhadap Data Ekonomi AS

Penguatan rupiah dan pelemahan dolar AS tidak terlepas dari respons pasar terhadap data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat. Pada kuartal kedua tahun 2024, pertumbuhan PDB AS tercatat lebih kuat dari ekspektasi. Hal ini menjadi pendorong bagi para pelaku pasar untuk melakukan aksi beli terhadap rupiah.

Pengaruh Isyarat Federal Reserve

Fokus pasar saat ini tertuju pada data indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS yang akan dirilis dalam waktu dekat. Indeks harga PCE ini merupakan indikator inflasi pilihan Federal Reserve dan hasilnya sangat dinantikan untuk mendapatkan petunjuk mengenai arah kebijakan suku bunga di masa mendatang.

Reaksi Pasar Global

Pergerakan yang tenang dari indeks dolar AS juga mencerminkan penurunan sentimen risiko global. Berbagai mata uang di kawasan Asia bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang dan dolar Singapura menunjukkan penguatan, sementara yuan Cina dan rupee India melemah.

Dampak Terhadap Ekonomi Indonesia

Pengaruh Terhadap Utang Luar Negeri Indonesia

Perkembangan kurs rupiah ini memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi domestik, terutama terkait dengan utang luar negeri Indonesia. Dalam 10 tahun terakhir, utang luar negeri Indonesia ke China mengalami peningkatan drastis dan tercatat sebesar US$22,86 miliar atau setara Rp372,3 triliun.

Implikasinya Terhadap Sektor Riil

Diperkuatnya rupiah dapat meringankan beban utang luar negeri, tetapi juga memerlukan perhatian khusus terhadap dampaknya pada sektor ekspor dan impor. Sektor ekspor mungkin menghadapi tantangan karena produk-produk Indonesia menjadi relatif lebih mahal di pasar internasional.

Apa yang Harus Dilakukan?

Untuk Para Investor dan Pelaku Bisnis

Investor dan pelaku bisnis disarankan untuk terus memantau perkembangan nilai tukar dan kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah dan otoritas moneter. Tindakan hati-hati perlu diambil terutama dalam hal pengelolaan risiko mata uang dan strategi investasi.

Rencana Kedepan

Dengan berbagai data ekonomi yang akan dirilis dan pertemuan Federal Reserve yang dijadwalkan dalam waktu dekat, pelaku pasar perlu mencermati berbagai indikator ekonomi untuk membuat keputusan yang tepat.

Dengan pengamatan yang teliti terhadap pergerakan nilai tukar dan indikator ekonomi global, baik investor maupun pelaku bisnis dapat menentukan langkah yang terbaik dalam kondisi pasar yang dinamis ini.

Kamis, 25 Juli 2024

Investor Aksi Ambil Untung, Harga Emas Anjlok Nyaris 1%

 


Penurunan Harga Emas: Fakta dan Data Terbaru

Harga emas mengalami penurunan signifikan hampir mencapai 1% sebagai akibat dari aksi ambil untung (profit-taking) yang dilakukan oleh investor. Fenomena ini terjadi menjelang rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dalam waktu dekat akan memberikan indikasi lebih lanjut mengenai kebijakan suku bunga oleh The Fed.

Menurut data yang dirilis oleh Bloomberg, pada perdagangan Kamis (25/7/2024), harga emas di pasar spot tercatat melemah 0,94% menjadi US$2.375,18 per troy ounce pada pukul 11.12 WIB. Selain itu, harga emas Comex untuk kontrak Desember 2024 juga terpantau melemah sebesar 1,77% ke level US$2.420,30 per troy ounce pada pukul 11.02 WIB.

Analisis Penurunan Harga Emas

Kelvin Wong, seorang analis pasar senior dari OANDA untuk wilayah Asia Pasifik, mengungkapkan bahwa tidak ada faktor fundamental yang menekan harga emas ini. Dalam pandangannya, penurunan ini lebih disebabkan oleh aksi ambil untung yang dilakukan oleh para investor. "Jika dilihat dari perspektif fundamental, tidak ada faktor yang menekan emas. Jadi, tampaknya kita melihat aksi ambil untung dan dari perspektif teknis, harga bisa bergerak turun," jelas Wong.

Para investor kini tengah menanti rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang dijadwalkan keluar malam ini, serta data pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) pada hari Jumat, yang merupakan ukuran inflasi favorit The Fed.

Dampak Suku Bunga Terhadap Harga Emas

Ekspektasi pasar mengenai penurunan suku bunga oleh The Fed pada bulan September 2024 turut memberikan pengaruh signifikan pada pergerakan harga emas. Pada situasi di mana suku bunga rendah, daya tarik emas sebagai aset safe haven cenderung meningkat sebab logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil.

Wong juga menambahkan bahwa jika data PCE menunjukkan bahwa inflasi melambat dan The Fed dapat menurunkan suku bunga pada bulan September, harga emas kemungkinan besar akan kembali naik.

Prospek Masa Depan Emas

Jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters menunjukkan bahwa harga emas siap untuk menyentuh rekor tertinggi dalam beberapa bulan mendatang. Faktor-faktor yang berpotensi mendukung kenaikan harga emas antara lain ketidakpastian politik menjelang pemilu dan meningkatnya ancaman geopolitik yang menambah volatilitas pasar.

Berdasarkan laporan World Gold Council, volatilitas yang meningkat akan berdampak pada variabel makroekonomi yang lebih luas dan dapat mendorong investor untuk mencari aset safe haven seperti emas guna mengurangi risiko dalam portofolio mereka.

Kesimpulan dan Tindakan yang Dapat Dilakukan

Menghadapi volatilitas yang tinggi dan evaluasi kebijakan suku bunga, investor dapat mempertimbangkan untuk menahan atau meningkatkan portofolio emas mereka sebagai langkah mitigasi risiko. Langkah ini berguna untuk menjaga stabilitas keuangan di tengah ketidakpastian ekonomi global.