Senin, 28 Oktober 2024

Indeks Nikkei 225 Ditutup Menguat 1,86%


Indeks Nikkei 225 melonjak sebesar 1,82% dan ditutup pada level 38.605, sementara Indeks Topix yang lebih luas naik 1,51% ke level 2.658 pada perdagangan Senin. Penguatan ini menghapus sebagian besar kerugian pekan lalu, didukung oleh pelemahan yen setelah hasil pemilu akhir pekan di Jepang.

Ketidakpastian Politik Pasca Pemilu di Jepang

Partai Liberal Demokrat dan mitra koalisinya, Komeito, kehilangan mayoritas di majelis rendah parlemen Jepang. Hal ini menimbulkan ketidakpastian politik dan ekonomi yang signifikan di Jepang dan menambah kompleksitas rencana normalisasi kebijakan Bank of Japan (BOJ). Situasi ini menjadi perhatian khusus bagi pasar, terutama karena BOJ dijadwalkan untuk mengambil keputusan kebijakan moneter pada Kamis mendatang, meskipun diperkirakan akan mempertahankan kebijakan tanpa perubahan.

Dampak Pelemahan Yen Terhadap Sektor Ekspor Jepang

Yen mengalami penurunan ke level terendah hampir tiga bulan terhadap dolar AS. Pelemahan yen ini memberikan keuntungan bagi industri berbasis ekspor di Jepang, karena produk mereka menjadi lebih kompetitif di pasar global dan meningkatkan prospek laba. Sektor teknologi memimpin kenaikan dengan saham-saham besar seperti Disco yang naik 5,2%, Lasertec 4,9%, Advantest 4,6%, Tokyo Electron 2,8%, dan SoftBank Group 3%.

Saham-Saham Utama yang Menguat

Selain sektor teknologi, beberapa saham besar lainnya juga mengalami kenaikan signifikan. Mitsubishi UFJ naik sebesar 0,9%, Toyota Motor melonjak 4,1%, dan Fast Retailing meningkat 1,2%. Kinerja positif ini menunjukkan optimisme pasar terhadap prospek perusahaan-perusahaan besar Jepang di tengah pelemahan yen dan stabilitas yang diharapkan dari kebijakan moneter BOJ.

Prospek Pasar Saham Jepang di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Dengan ketidakpastian politik dan kebijakan moneter yang sedang berlangsung, prospek pasar saham Jepang masih akan dipengaruhi oleh arah kebijakan BOJ serta perkembangan nilai tukar yen. Jika yen terus melemah, sektor ekspor kemungkinan akan terus diuntungkan, yang berpotensi memberikan dukungan tambahan pada indeks-indeks utama Jepang.

Kamis, 24 Oktober 2024

Wall Street Ditutup Melemah, Tertekan oleh Kerugian Saham Teknologi dan Kekhawatiran Suku Bunga

Pasar saham Wall Street ditutup melemah pada hari Rabu, dipicu oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS dan penurunan saham-saham teknologi raksasa. Investor semakin tidak yakin akan adanya pemotongan suku bunga yang signifikan dari Federal Reserve di tengah data ekonomi yang kuat dan kekhawatiran menjelang pemilu presiden mendatang.

Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun, yang menjadi acuan utama, mencapai level tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Hal ini terjadi seiring dengan perubahan pandangan investor tentang prospek pemotongan suku bunga dari Federal Reserve dalam beberapa bulan ke depan. Data ekonomi yang kuat semakin memperkuat anggapan bahwa bank sentral AS mungkin akan mempertahankan suku bunga pada level tinggi lebih lama dari yang diantisipasi sebelumnya.

Tekanan pada Saham Teknologi Raksasa

Saham-saham megacap yang sensitif terhadap suku bunga, seperti Nvidia, Apple, Meta Platforms, dan Amazon, mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan ini menyeret sektor teknologi di Nasdaq ke wilayah negatif, mengingat saham-saham teknologi memiliki pengaruh besar terhadap indeks ini.

Dampak Terhadap Indeks Utama

Dari total 11 sub-sektor dalam S&P 500, hanya sektor utilitas dan real estat yang berhasil mencatatkan kenaikan yang lebih menonjol. Sektor-sektor lainnya, terutama yang terkait teknologi, mengalami tekanan besar akibat kenaikan imbal hasil obligasi dan kekhawatiran investor tentang dampaknya terhadap valuasi saham-saham berkapitalisasi besar.

Menurut data awal, indeks S&P 500 turun sebesar 53,61 poin atau 0,92% dan ditutup pada 5.797,59 poin. Indeks Nasdaq Composite yang sarat dengan saham teknologi kehilangan 297,15 poin atau 1,60%, berakhir pada 18.275,98 poin. Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 415,29 poin atau 0,97%, berakhir di 42.509,60 poin.

Pengaruh Berita Korporasi

Di luar sektor teknologi, beberapa saham korporasi besar seperti McDonald's dan Coca-Cola juga memberikan tekanan tambahan pada pasar. Berita negatif dari kinerja perusahaan tersebut semakin memperparah sentimen negatif investor, yang sudah terbebani oleh kekhawatiran tentang kebijakan suku bunga dan ketidakpastian menjelang pemilihan presiden AS.

Kesimpulan

Pasar saham AS mengalami tekanan besar akibat kombinasi faktor, termasuk kenaikan imbal hasil obligasi dan kinerja buruk saham teknologi raksasa. Selain itu, ketidakpastian seputar kebijakan Federal Reserve dan kinerja korporasi turut membebani sentimen investor. Di tengah kondisi ini, investor cenderung bersikap hati-hati, menunggu kepastian lebih lanjut terkait kebijakan suku bunga dan arah ekonomi AS dalam beberapa bulan mendatang.

Rabu, 16 Oktober 2024

Saham Eropa Turun di Tengah Laporan Laba yang Melemah

 Pada hari Rabu (16/10), pasar saham Eropa mengalami penurunan karena lemahnya laporan laba di sektor barang mewah dan prospek negatif untuk industri semikonduktor. Penurunan ini juga diperparah oleh melemahnya pound Inggris, yang dipicu oleh penurunan inflasi di Inggris dan spekulasi pemotongan suku bunga.

Penurunan Indeks Stoxx 600 Indeks Stoxx 600 turun sebesar 0,4%, sebagian besar karena dampak dari raksasa mesin pembuat chip ASML Holding NV. Setelah memperingatkan tentang prospek laba yang lebih rendah pada hari Selasa, saham ASML terus melemah, menambah tekanan pada pasar. Sektor Barang Mewah: Saham di sektor ini juga mengalami penurunan signifikan, dengan LVMH dan Salvatore Ferragamo SpA mengalami penurunan hingga 7% setelah laporan keuangan yang mengecewakan. Dampak di Sektor Semikonduktor Penurunan di saham ASML memicu dampak negatif di seluruh sektor semikonduktor. Kerugian yang dihasilkan mencapai lebih dari $420 miliar dalam nilai pasar, mencakup indeks pembuat chip yang diperdagangkan di AS serta beberapa saham besar di Asia.

Saham Nvidia Corp., salah satu pemain utama di sektor semikonduktor, turun hampir 5% pada hari Selasa, meskipun sebelumnya mencapai rekor tertinggi pada awal minggu. Hal ini menunjukkan volatilitas yang tinggi dalam sektor ini, terutama di tengah kekhawatiran tentang prospek laba dan permintaan global.

Kekuatan Permintaan Kecerdasan Buatan Meskipun sektor semikonduktor sedang mengalami tekanan, Peter Fitzgerald, kepala investasi aset makro dan multi di Aviva Investors, menyoroti bahwa masih ada kekuatan permintaan yang kuat di pasar, terutama untuk teknologi kecerdasan buatan (AI). Selain itu, kebijakan bank sentral yang mendukung juga menjadi faktor yang menjaga stabilitas dalam jangka panjang, meskipun saat ini pasar sedang mengalami penurunan.

Senin, 14 Oktober 2024

Data Emas Turun karena Pasar Menimbang Jalur Suku Bunga AS Tidak Pasti


Emas turun, dengan para pedagang menilai prospek yang tidak pasti untuk jalur pemotongan suku bunga Federal Reserve setelah seminggu data ekonomi AS yang berombak.

Emas batangan turun sebanyak 0,4% dalam perdagangan awal pada hari Senin, setelah pengukur dolar AS naik. Greenback telah naik 1,7% bulan ini karena para pedagang memangkas spekulasi pada laju pelonggaran oleh Fed, dengan kombinasi inflasi yang kaku dan angka pasar tenaga kerja yang lemah minggu lalu juga mendorong volatilitas di pasar Treasury. Baik imbal hasil yang lebih tinggi dan dolar yang lebih kuat biasanya negatif untuk emas, yang dihargai dalam mata uang dan tidak membayar bunga.

Sekitar 40 basis poin pelonggaran dihargai untuk dua pertemuan Fed berikutnya, sedangkan pemotongan setengah poin penuh terlihat hampir pasti sebelum laporan pekerjaan September. Manajer keuangan telah menurunkan taruhan emas bullish mereka ke level terendah delapan minggu, menurut laporan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas terbaru. Logam mulia tetap lebih dari 25% lebih tinggi tahun ini, dengan optimisme pemotongan suku bunga memicu kenaikan baru-baru ini.

Pembelian bank sentral yang kuat dan meningkatnya ketegangan geopolitik juga telah mendukung emas, meskipun kekhawatiran bahwa permusuhan di Timur Tengah dapat berubah menjadi perang regional besar-besaran belum terwujud -” mungkin meniadakan beberapa permintaan tempat berlindung. Emas spot turun tipis 0,3% menjadi $2.649,88 per ons pada pukul 7:03 pagi di Singapura. Harga ditutup pada hari Jumat sedikit berubah dari awal minggu. Indeks Spot Dolar Bloomberg naik 0,1%. Perak, platinum, dan paladium semuanya turun.(ayu)

Sumber: Bloomberg

Kamis, 10 Oktober 2024

Nilai Tukar Rupiah Melemah terhadap Dolar AS: Sentimen Global dan Domestik


Pada perdagangan hari Kamis, 10 Oktober 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. Kondisi ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi pergerakan mata uang dan pasar global.

Pelemahan Rupiah di Tengah Fluktuasi Mata Uang Asia

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,22% atau 34,5 poin ke level Rp15.664 per dolar AS, menurut data Bloomberg. Tren ini juga tercermin pada beberapa mata uang Asia lainnya seperti dolar Hong Kong yang melemah 0,01%, won Korea Selatan turun 0,13%, dan peso Filipina yang juga melemah 0,21%.

Namun, beberapa mata uang Asia lainnya justru mengalami penguatan. Yen Jepang menguat 0,14%, dolar Taiwan naik 0,09%, dan yuan China menguat 0,12%. Ketidakstabilan nilai tukar di Asia ini mengindikasikan adanya ketidakpastian yang lebih luas di pasar global, yang berpotensi memengaruhi sentimen investor terhadap mata uang emerging market, termasuk rupiah.

Sentimen Global: Pengaruh Data Ketenagakerjaan AS dan Dolar yang Menguat

Salah satu faktor utama yang menekan rupiah adalah data ketenagakerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan, yang mendukung penguatan dolar AS. Data ini mengurangi ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemotongan suku bunga Federal Reserve yang lebih agresif. Meskipun begitu, masih ada peluang sebesar 85% untuk penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, menurut alat pengukur CME FedWatch.

Laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang akan dirilis pada hari ini juga menjadi perhatian utama para investor. Hasil dari laporan ini diperkirakan akan mempengaruhi pergerakan pasar ke depan, terutama dalam menentukan langkah kebijakan moneter Federal Reserve.

Fokus Investor pada Situasi Ekonomi China

Selain faktor AS, investor juga memantau perkembangan di China, yang menghadapi hari-hari bergejolak di pasar keuangan domestik dan Hong Kong. Meskipun demikian, pemerintah China tetap optimistis bahwa mereka akan mencapai target pertumbuhan tahunan. Namun, kebijakan fiskal yang lebih agresif dari pemerintah China belum diperkenalkan, yang menjadi salah satu faktor yang membatasi sentimen positif di kawasan.

Sentimen Domestik: Optimisme Konsumen Indonesia

Di sisi domestik, ada sentimen positif yang berasal dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) untuk September 2024. Survei ini menunjukkan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga dengan baik, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada di level optimis, yakni 123,5. Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini tercatat sebesar 113,9, sementara Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) mencapai 133,1.

Optimisme konsumen ini terlihat di seluruh kategori pengeluaran, dengan peningkatan IKK yang signifikan pada responden dengan pengeluaran bulanan antara Rp3,1 juta hingga Rp4 juta. Sentimen positif ini mengindikasikan bahwa meskipun nilai tukar rupiah mengalami tekanan, keyakinan konsumen terhadap perekonomian Indonesia tetap kuat.

Proyeksi Nilai Tukar Rupiah

Menurut proyeksi dari Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan akan berfluktuasi, dengan potensi ditutup melemah di kisaran Rp15.610 hingga Rp15.730 per dolar AS. Faktor-faktor eksternal seperti data ketenagakerjaan AS dan kebijakan The Fed akan terus menjadi penentu utama arah pergerakan rupiah dalam waktu dekat.

Kesimpulan

Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS mencerminkan dampak dari kondisi ekonomi global, terutama dari data ketenagakerjaan AS dan penguatan dolar. Namun, optimisme domestik tetap terjaga dengan tingkat keyakinan konsumen yang tinggi, menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia masih memiliki fondasi yang kuat di tengah ketidakpastian global. Investor akan terus memantau data ekonomi AS dan perkembangan di China untuk menentukan langkah investasi selanjutnya.