Rabu, 15 Januari 2020

Hah! AS Sebut Deal Dagang Tak Akan Turunkan Tarif ke China?

Hah! AS Sebut Deal Dagang Tak Akan Turunkan Tarif ke China?
Foto: Infografis/Perang Dagang AS-China/Edward Ricardo
PT Rifan Financindo Berjangka - Kesepakatan dagang Fase I antara Amerika Serikat (AS) dengan China akan ditandatangani pada Rabu waku setempat (15/1/2020). Namun, pejabat pemerintahan Presiden Donald Trump mengatakan kesepakatan tidak mencakup pengurangan tarif impor yang diterapkan AS, pada sebagian besar barang China.

"Tidak ada kesepakatan untuk pengurangan tarif di masa depan. Setiap rumor yang bertentangan adalah palsu," kata Departemen Keuangan dan kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) dalam sebuah pernyataan bersama, Selasa (14/1/2020), sebagaimana dilaporkan AFP.

"Tidak ada perjanjian lisan atau tertulis lainnya antara Amerika Serikat dan China tentang masalah ini."

Sebelumnya, Bloomberg melaporkan bahwa kesepakatan itu tidak akan mencakup penghapusan tarif. Media itu mengatakan tarif miliaran dolar dalam barang-barang China akan tetap berlaku sampai setelah pemilihan presiden AS.

Pemilihan presiden sendiri akan berlangsung pada November. Setelahnya, masih simpang siur apakah AS akan menghapus tarif atau tidak. AS dikatakan akan melakukan revisi kembali sejauh mana China mengikuti aturan dalam perjanjian Fase I.

Padahal, dalam artikel sejumlah media Desember 2019 lalu, disebutkan China dan AS menyepakati teks kesepakatan perdagangan Fase I yang mencakup penghapusan tarif barang-barang China secara bertahap. Ini dikatakan Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen.

Saat AS-China mengerjakan teks kesepakatan Fase I, ini juga sempat disetujui Presiden AS Donald Trump. Ia membatalkan bea masuk baru pernah akan diterapkan 15 Desember 2019 lalu.

Selain itu AS sepakat untuk memotong setengah dari tarif 15% yang diberlakukan pada US$ 120 miliar barang-barang China. Tarif ini pertama kali dikenakan 1 September lalu.

Sementara itu, perwakilan China dikabarkan sudah sampai di AS. Dalam penandatanganan kesepakatan dagang di Washington 15 Januari ini, beberapa negosiator utama, termasuk Menteri Keuangan Steven Mnuchin, petinggi USTR AS Robert Lighthizer, diperkirakan akan hadir.


Sebelumnya, USTR mengatakan isi kesepakatan itu termasuk pembelian produk-produk AS oleh China senilai miliaran dolar. Mulai dari makanan, produk pertanian, dan produk makanan laut. Selain itu, dalam kesepakatan juga ada perjanjian reformasi dalam praktik transfer teknologi paksa China. (sef/sef)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 14 Januari 2020

Delegasi China Mendarat di AS, Emas Antam Ambles Rp 11.000/gr

Delegasi China Mendarat di AS, Emas Antam Ambles Rp 11.000/gr
Foto: Ilustrasi Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Rifan Financindo - Harga emas investasi ritel kepingan acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM/Antam) anjlok Rp 11.000 menjadi Rp 718.000/gram hari ini dari posisi kemarin Rp 729.000/gram. Turunya harga itu senada dengan pelemahan harga emas global yang masih diguyur sentimen positif dari hampir pastinya penandatanganan kesepakatan dagang fase I Amerika Serikat (AS)-China pekan ini.

Kondisi terkini dari perkembangan hubungan AS-China adalah sudah sampainya Wakil Perdana Menteri China Liu He di AS kemarin sore waktu setempat, atau dini hari WIB. Meskipun demikian, masih tetap ada risiko terhadap kelanjutan drama perang dagang ke depannya karena fase I ini bukanlah akhir tetapi baru tahap awal.

Sentimen positif akan baik untuk pasar instrumen investasi berisiko, tetapi dengan kodrat sebagai produk yang dianggap lebih aman (safe haven instrument) maka harga emas akan tertekan justru ketika datang sentimen positif kenpasar keuangan.

Data di situs logam mulia milik Antam hari ini (14/1/20) menunjukkan harga buy back emas Antam di gerai resmi juga amblas Rp 13.000/gram menjadi Rp 679.000/gram dari posisi kemarin Rp 692.000/gram.

Harga itu dapat menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat tersebut ingin menjual kembali investasinya di gerai resmi.

Harga emas Antam itu mengalami koreksi ketika harga emas di pasar spot global turun duluan menjadi US$ 1.548,05 per troy ounce (oz) semalam dari posisi sehari sebelumnya US$ 1.562,03/oz. Hari ini, harga emas masih berlanjut turun lagi ke US$ 1.538,19/oz.

Selain emas Antam biasa, Antam juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama.

Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.

Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut sudah termasuk PPh 22 0,9%. Masyarakat bisa menyertakan NPWP untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah yaitu 0,45%.

Naik-turunnya harga emas ukuran kecil itu biasanya mengindikasikan risiko pada hari kerja sebelumnya.

Beberapa faktor yang memengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.

Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri.
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 13 Januari 2020

Rupiah Kian Tak Terbendung, 3 Dolar Dibuat Babak Belur

Rupiah Kian Tak Terbendung, 3 Dolar Dibuat Babak Belur
Foto: detik.com
PT RifanRupiah kembali unjuk keperkasaan pada perdagangan Senin (13/1/2020), penguatannya kian tak terbendung melawan tiga dolar sekaligus.

Melawan dolar Amerika Serikat (AS), pada pukul 9:00 WIB, rupiah menguat 0,47% ke level Rp 13.690/US$, dan berada di level terkuat sejak Februari 2018. Dolar AS benar-benar dibuat babak belur, sebelum hari ini Sang Garuda sudah menguat 6 pekan beruntun. Pada periode tersebut, rupiah membukukan penguatan 2,45%.

Dolar Singapura juga kembali menjadi korban rupiah, hanya satu jam setelah pasar dalam negeri dibuka, dolar Singapura langsung melemah 0,31% ke level Rp 10.165,47/SG$, posisi tersebut merupakan yang terlemah dalam tiga bulan terakhir.

Di waktu yang sama, dolar Australia juga tertekan 0,21% di level Rp 9.468,07/AU$, yang merupakan level terlemah sejak Februari 2016, nyaris empat tahun terakhir.

Membaiknya sentimen pelaku pasar membuat rupiah terus mendapat suntikan tenaga untuk menguat. Jika pekan lalu meredanya risiko perang antara AS vs Iran yang menaikkan minat terhadap risiko (risk appetite) pelaku pasar, di pekan ini berakhirnya perang dagang AS vs China yang menjadi headline utama.

Rabu (15/1/2020) AS dan China rencananya akan menandatangani kesepakatan dagang fase I. Seluruh dunia menanti hal tersebut, perang dagang kedua negara yang sudah berlangsung sejak pertengahan 2018 akhirnya selesai, atau setidaknya risiko tereskalasi kembali mengecil.

Perang dagang kedua negara telah membuat perekonomian global melambat. Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) pada pertengahan Oktober lalu memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3% di tahun 2019, dibandingkan proyeksi yang diberikan pada bulan Juli sebesar 3,2%. Proyeksi tersebut merupakan yang terendah dalam satu dekade terakhir.

Dalam kesepakatan dagang fase I, Presiden Trump mengatakan bahwa bea masuk sebesar 15% terhadap produk impor asal China senilai US$ 120 miliar nantinya akan dipangkas menjadi 7,5% saja sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap satu.

Sementara dari pihak China, Trump menyebut bahwa China akan segera memulai pembelian produk agrikultur asal AS yang jika ditotal akan mencapai US$ 50 miliar.

Ketika perang dagang AS-China tidak lagi tereskalasi, laju pertumbuhan ekonomi global diharapkan akan lebih terakselerasi. Dalam kondisi tersebut sentimen pelaku pasar akan membuncah, dan masuk ke aset-aset berisiko dengan imbal hasil tinggi, rupiah pun perkasa kembali.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Jumat, 10 Januari 2020

Lama Tak Dapat "Panggung", BoE Bikin Poundsterling Merosot

Lama Tak Dapat
Foto: Ilustrasi Poundsterling (REUTERS/ Benoit Tessier)
PT Rifan Financindo BerjangkaBank sentral Inggris (Bank of England/BoE) tidak mendapat "panggung" di pasar finansial global. Di saat bank sentral utama dunia lain menjadi perhatian pelaku pasar dengan pelonggaran kebijakan moneter.

BoE lebih dari satu tahun tidak merubah kebijakannya, bahkan panduan kebijakan moneter juga tidak ada perubahan yang signifikan.

Namun tahun ini, BoE berpeluang mendapat "panggung" lebih banyak mengingat Inggris akan keluar dari Uni Eropa (Brexit), kemungkinan besar 31 Januari nanti, dengan masa transisi hingga akhir 2020.

Respon ekonomi Inggris terhadap setelah keluar dari Uni Eropa akan mempengaruhi kebijakan BoE. Gubernur BoE, Mark Carney, yang berbicara perdana di tahun ini dalam forum resmi mulai memberikan sinyal arah kebijakan moneternya.

Melansir Reuters, saat membuka acara "The Futures of Inflation Targeting Conference" di London Kamis (9/1/2020), Carney mengatakan akan ada "respon yang cepat" dari BoE jika pelemahan ekonomi Inggris berlangsung terus-menerus.

Pernyataan Carney tersebut memberikan sinyal BoE kemungkinan memangkas suku bunga untuk merangsang perekonomian. Dampaknya, poundsterling langsung melemah melawan dolar AS. Pada pukul 18:38 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,3017, merosot 0,65% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Pada bulan Desember dan November lalu terjadinya perbendaan pendapat antar anggota Komite Kebijakan Moneter BoE. Dua dari Sembilan anggota komite meminta suku bunga untuk diturunkan, sementara sisanya termasuk juga Carney memilih tetap mempertahankan suku bunga.

Setelah pernyataan Carney hari ini, pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 14% suku bunga akan dipangkas pada 30 Januari nanti, persentase tersebut naik dua kali lipat dibandingkan awal pekan lalu. Sementara, probabilitas pemangkasan di bulan Juni sudah lebih dari 50%, sebagaimana dilansir Reuters.

Perekonomian Inggris mengalami pelambatan di semester II 2019, meski ekonominya berhasil tumbuh 0,4% quarter-on-quarter (QoQ) di kuartal III-2019, dari kuartal sebelumnya yang berkontraksi 0,2%. Inggris pun lepas dari resesi.

Namun jika dilihat secara tahun atau year-on-year (YoY) pertumbuhan di kuartal III-2019 tumbuhan 1,1% menyamai pertumbuhan kuartal I-2018, dan menjadi yang terendah sejak kuartal I-2013.

Beberapa indikator ekonomi juga menunjukkan tren penurunan. Inflasi Inggris di bulan November berada di level 1,5% YoY, menjadi yang terendah dalam dua tahun terakhir. Sementara itu, aktivitas sektor manufaktur sudah berkontraksi dalam delapan bulan berturut-turut.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Kamis, 09 Januari 2020

Pidato Trump soal Iran Bikin Harga Emas Sempat Anjlok

Pidato Trump soal Iran Bikin Harga Emas Sempat Anjlok
Foto: Demo Mengecam Tindakan AS Terhadap Iran di India (AP Photo/Altaf Qadri)
PT Rifan Financindo - Setelah Rabu kemarin ditutup anjlok, kini harga emas bergerak naik kembali tak mencatatkan kenaikan tinggi seperti sebelum-sebelumnya. Pasar saat ini masih diliputi dengan hawa panas antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran.

Kamis (9/1/2020) harga emas di pasar spot menyentuh level US$ 1.559,99/troy ons naik tipis 0,28% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin. Logam mulia ini kemarin dihargai di level US$ 1.555,71/troy ons atau terkoreksi 1,15% dibanding harga penutupan sehari sebelumnya.

Harga emas sempat turun ketika Trump menegaskan tidak akan menyerang balik Iran setelah pangkalan militer gabungan di Al Asad Irak dihujani belasan rudal oleh Iran. Kondisi sempat memanas memang kala itu.


Pidato Trump Soal Iran Bikin Harga Emas Sempat Anjlok 
Foto: Demo Mengecam Tindakan AS Terhadap Iran di India (AP Photo/Altaf Qadri)


Iran berbalik menyerang sebagai bagian dari aksi balas dendam akibat terbunuhnya pimpinan militer Quds Force Qassem Soleimani. Iran juga mengatakan hal tersebut merupakan tamparan untuk AS.

Dalam serangan tersebut Iran mengklaim ada 80 tentara AS yang tewas. Namun hal tersebut dibantah oleh Presiden AS Donald Trump dalam pidatonya.

"Tidak ada warga AS yang terluka dalam serangan rudal Iran." begitu kata presiden ke-45 AS itu di Gedung Putih melansir AFP.

Selanjutnya Trump akan mengenakan sanksi ekonomi untuk Iran. Walau tak disampaikan secara detail, tetapi Trump menegaskan sanksi tersebut akan berlaku sampai Iran mengubah pikirannya terutama soal pengembangan nuklir.

"Iran harus meninggalkan ambisi nuklirnya dan mengakhiri dukungannya untuk terorisme." Ujar Trump.

Kabar terbaru menyebutkan bahwa zona hijau di Irak kembali diserang roket. Setidaknya ada dua roket Katyusha yang mendarat di wilayah internasional yang dipimpin oleh AS. Menurut militer Irak tak ada kerusakan yang berarti di wilayah itu. Juru bicara militer AS Kol. Myles B. Caggins III juga menegaskan hal ini.

"Koalisi militer mengkonfirmasi roket kecil menyerang sekitar zona internasional di Baghdad," katanya dari akun twitter @OIRSpox.

Mengutip AFP, serangan terjadi 24 jam setelah Iran meluncurkan rudal balisitik ke pangkalan militer gabungan AS-Irak di Ayn Al -Asad.

Walau pidato Trump membuat ketegangan agak mereda. Namun hawa panas masih terasa, harga emas masih berada di posisi yang tinggi saat ini. Konflik sudah bergulir. Tak ada yang tahu bagaimana skenario akhir dari kisruh ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :