PT Rifan Financindo - Pergerakan harga minyak mentah dunia pada perdagangan pagi ni, Kamis (28/2/2019) masih bervariasi dan cenderung terbatas.
Hingga pukul 09:15 WIB, harga minyak jenis Brent untuk patokan pasar Eropa dan Asia turun 0,2% ke posisi US$ 66,26/barel, setelah ditutup menguat 1,81% kemarin (27/2/2019).
Adapun harga minyak jenis lightsweet (WTI) untuk patokan pasar Amerika menguat terbatas sebesar 0,02% ke level US$ 56,95/barel, setelah melesat 2,59% pada penutupan perdagangan kemarin.
Selama sepekan, harga minyak alias emas hitam telah terpangkas 0,6% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun, harga si emas hitam masih tercatat menguat sekitar 24%.
Naiknya harga minyak kemarin dimotori oleh data lembaga resmi pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA) yang kembali melaporkan penurunan inventori minyak Negeri Paman Sam untuk minggu yang berakhir pada 22 Februari.
Dalam laporannya, EIA menuliskan bahwa stok minyak mentah pada periode tersebut turun hingga 8,64 juta barel dibanding minggu sebelumnya, yang terjadi seiring dengan penurunan stok bensin sebesar 1,9 juta barel. Padahal konsensus pasar memprediksi stok minyak mentah masih akan naik 2,8 juta barel, dan bensin turun 1,6 juta barel.
Artinya, tingkat konsumsi masyarakat AS masih terbilang cukup baik, bahkan di atas ekspektasi pasar. Kala permintaan tetap tumbuh sehat, keseimbangan fundamental di pasar bisa terjaga. Kekhawatiran banjir pasokan tahun ini bisa dikurangi.
Hingga pukul 09:15 WIB, harga minyak jenis Brent untuk patokan pasar Eropa dan Asia turun 0,2% ke posisi US$ 66,26/barel, setelah ditutup menguat 1,81% kemarin (27/2/2019).
Adapun harga minyak jenis lightsweet (WTI) untuk patokan pasar Amerika menguat terbatas sebesar 0,02% ke level US$ 56,95/barel, setelah melesat 2,59% pada penutupan perdagangan kemarin.
Selama sepekan, harga minyak alias emas hitam telah terpangkas 0,6% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun, harga si emas hitam masih tercatat menguat sekitar 24%.
Naiknya harga minyak kemarin dimotori oleh data lembaga resmi pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA) yang kembali melaporkan penurunan inventori minyak Negeri Paman Sam untuk minggu yang berakhir pada 22 Februari.
Dalam laporannya, EIA menuliskan bahwa stok minyak mentah pada periode tersebut turun hingga 8,64 juta barel dibanding minggu sebelumnya, yang terjadi seiring dengan penurunan stok bensin sebesar 1,9 juta barel. Padahal konsensus pasar memprediksi stok minyak mentah masih akan naik 2,8 juta barel, dan bensin turun 1,6 juta barel.
Artinya, tingkat konsumsi masyarakat AS masih terbilang cukup baik, bahkan di atas ekspektasi pasar. Kala permintaan tetap tumbuh sehat, keseimbangan fundamental di pasar bisa terjaga. Kekhawatiran banjir pasokan tahun ini bisa dikurangi.
Namun demikian, produksi minyak mentah AS yang terus meningkat juga
terus memberikan sentimen negatif. Pasalnya sejak awal tahun 2018,
jumlahnya telah naik lebih dari 2 juta barel/hari.
Terlebih, Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (26/2/2019) mengatakan harga minyak sudah terlalu mahal bagi dirinya.
"Harga
minyak naik terlalu tinggi. OPEC, mohon rileks dan santai saja. Dunia
tidak bisa menanggung kenaikan harga [minyak] - Terlalu riskan!" tulis
Trump melalui akun Twitter pribadinya.
Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa AS masih akan terus meningkatkan produksi minyaknya untuk kembali menekan harga.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/tas)