Rabu, 28 Desember 2016

15% Wilayah Jawa Timur Belum Teraliri Listrik | Rifan Financindo

Rifan Financindo - PALEMBANG – Pada zaman modern saat ini, ternyata masih ada sekitar 15% wilayah di Provinsi Jawa Timur belum mendapat aliran listrik.

Kondisi ini semakin memprihatinkan karena PLN tidak akan membangun infrastruktur jika tidak mendatangkan keuntungan. Karena itu, Komisi D DPRD Jatim mendorong Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menganggarkan program peningkatan kelistrikan tahun depan. “Di Jawa Timur yang teraliri listrik belum sampai 85%. Ada beberapa wilayah yang belum merasakan listrik. Di Sampang, itu tidak sampai 60% wilayahnya yang dialiri listrik,” kata Wakil Ketua Komisi D DPRD Jatim Hamy Wahjunianto, kemarin.

Diterangkannya, yang menjadi persoalan memang pihak PLN kini tidak mau membangun infrastruktur karena orientasinya bisnis. “Tidak ada pembangunan infrastruktur jika tidak ada profit. Pembangunan tidak akan terjadi jika tidak dibiayai APBD. Sedangkan Dinas ESDM anggarannya juga terbatas. Untuk itu, kami akan ke Menteri ESDM, Bapenas, serta Komisi VII DPR,” kata politikus PKS ini. Wakil Ketua Komisi D lainnya, M Mahdi mengatakan, ada beberapa wilayah yang belum teraliri listrik seperti di Pasuruan, Pacitan, Probolinggo, serta kepulauan di Madura. “Ini memang sangat menyedihkan. Di Probolinggo yang punya PLTU Paiton masih ada yang belum dapat listrik,” ungkap Mahdi.

Hal ini terungkap setelah Komisi D menggelar evaluasi kinerja bersama para mitranya. Secara kinerja, penyerapan anggaran Dinas ESDM sangat tinggi. Serapan anggaran Dinas ESDM mencapai 93,34% atau sebesar Rp32,937 miliar dari pagu anggaran Rp35,286 miliar. Sedangkan sisanya yang belum terserap 6,66% atau sebesar Rp2,349 miliar. Sementara terkait kinerja dinas lainnya, Dinas PU Bina Marga penyerapannya mencapai 93%. Persoalan terbaru yang baru mendapat solusi adalah terkait pembangunan jalur pantai selatan (pensela) atau sebelumnya disebut jalur lintas selatan (JLS).

Komisi D sudah ke Bapenas dan memohon dianggarkan. Pada Januari 2017 mendatang akan ada penandatanganan dengan Islamic Development Bank (IDB) sebesar Rp3 triliun. Kemudian Balai Lingkungan Hidup (BLH) penyerapannya hanya 74%. Itu karena tidak mampu melakukan pengadaan lahan pabrik pengelolaan limbah B3. Sedangkan Dinas PU Pengairan sebesar 93%. Untuk Dinas PU Pengairan ada catatan kinerja terkait banjir di Sampang yang terjadi lebih dari enam kali.
(rai)
Sumber : Okezone

Selasa, 27 Desember 2016

TERPOPULER: Defisit Anggaran RI Naik Tahun Depan | Rifanfinancindo

Rifanfinancindo - PALEMBANG - Pemerintah bersama DPR pada rapat paripurna 26 Oktober 2016 telah menyepakati Undang-Undang APBN 2017. Namun ada tantangan di balik instrumen fiskal itu, yakni defisit anggaran yang melebar dan terjerat utang berkepanjangan.

Di tengah perlambatan ekonomi, kebijakan fiskal ekspansif memang dibutuhkan guna memulihkan pertumbuhan ekonomi. Realisasi belanja akan mampu menstimulus perekonomian.

Dengan demikian, penerimaan negara akan kembali meningkat seiring aktifitas ekonomi dan bisnis yang semakin bergairah. Melihat kondisi itu, mestinya tidak akan terjadi tren defisit yang semakin melebar.
Melansir dari buku 'Proyeksi Ekonomi Indonesia 2017, Menguji Ketangguhan Ekonomi Indonesia', sayangnya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, realisasi defisit anggaran cenderung meningkat. Penyebabnya, rata-rata realisasi belanja tumbuh di kisaran 5%, sementara realisasi pendapatan negara hanya tumbuh kisaran 3%.

Defisit APBNP 2015 melonjak melebihi target yaitu mencapai 2,59% terhadap PDB. Pada APBNP 2016 pemerintah kembali menargetkan defisit anggaran sebesar 2,35%. Bahkan, pada APBN 2017, pemerintah kembali menaikkan defisit menjadi 2,41% menjadi Rp330,2 triliun.

Pemerintah dinilai harus berhati-hati dalam menetapkan proyek-proyek yang akan dibiayai dengan utang. Di samping untuk menjamin efektif meningkatkan produktivitas, juga harus mampu mengembalikan beban bunga dan cicilan utang.

Tercatat pembiayaan defisit dari utang mencapai 98,8%. Padahal hingga Agustus 2016, posisi utang dalam negeri sudah mencapai Rp 1.966,8 triliun. Begitu pula dengan utang luar negeri pemerintah yang mencapai 1.471,4 triliun.

Alhasil, rasio total utang pemerintah dalam 5 tahun terakhir naik cukup fantastis dari Rp1.809 triliun atau 23% terhadap PDB di 2011, menjadi Rp3.445 triliun atau 27,3% terhadap PDB pada September 2016.
Parahnya, utang tersebut tidak terserap dengan baik terhadap realisasi anggaran. Hal itu terbukti dari Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) rata-rata sebesar Rp23,6 triliun. SiLPA memang akan menambah saldo anggaran lebih (SAL) yang dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan tahun berikutnya. Namun SiLPA yang berasal dari utang, tentu akan menimbulkan beban tambahan bagi pemerintah. (dng)
(rhs)
Sumber : Okezone

Senin, 26 Desember 2016

Jelang Tahun Baru, Cabai Rawit Dijual Rp73.828/Kg | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo - PALEMBANG - Usai libur Natal dan menjelang Tahun Baru, harga sejumlah kebutuhan pokok mengalami kenaikan. Hanya beberapa komoditas pangan yang mengalami penurunan. Tercatat, minyak goreng curah, cabai rawit merah dan cabai rawit hijau mengalami kenaikan.

Berdasarkan Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) yang dikutip dari laman Info Pangan Jakarta, Minggu (25/12/2016), harga Minyak Goreng Curah naik menjadi Rp12.455 per liter, cabai rawit merah naik menjadi Rp73.828 per kg, dan cabai rawit hijau naik menjadi Rp65.171.

Berikut adalah daftar harga bahan pokok di Jakarta:
- Beras IR I (IR 64) turun Rp71 menjadi Rp11.365 per kg
- Beras sentra I/premium turun Rp112 menjadi Rp12.248 per kg
- Minyak goreng curah harga naik Rp28 menjadi Rp12.455 per liter
- Cabai merah besar harga turun Rp1.107 menjadi Rp53.030 per kg
- Cabai rawit merah harga naik Rp1.276 menjadi Rp73.828 per kg
- Cabai rawit hijau harga naik Rp1.742 menjadi Rp65.171 per kg
- Bawang putih harga naik Rp564 menjadi Rp39.314 per kg
- Ayam broiler/ras harga naik Rp252 menjadi Rp32.406 per ekor
- Telur ayam ras harga turun Rp95 menjadi Rp22.279 per kg

(kmj)
(rhs)
Sumber : Okezone

Jumat, 23 Desember 2016

Harga Emas Turun Tertekan Data Ekonomi AS | Rifan Financindo

Rifan Financindo - PALEMBANG - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir lebih rendah pada Kamis (Jumat pagi WIB), tertekan data produk domestik bruto (PDB) AS dan dolar AS yang lebih kuat.

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Februari turun USD2,5 atau 0,22% menjadi USD1.130,70 per ounce.

Sebuah laporan PDB AS yang lebih baik dari perkiraan dirilis oleh Departemen Perdagangan AS pada Kamis, menunjukkan PDB riil tumbuh sebesar 3,5% selama kuartal ketiga 2016.

Analis mencatat bahwa angka ini berada di atas perkiraan, dengan ekspor pertanian di atas normal. Laporan ini memberikan tekanan pada logam mulia karena investor mengambil data ini sebagai tanda positif jangka panjang bagi pertumbuhan ekonomi AS.

Emas diletakkan di bawah tekanan lebih lanjut ketika indeks dolar AS naik 0,11% menjadi 103,11 pada pukul 18.30 GMT. Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama.

Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh, karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.

Namun, logam mulia dicegah dari kejatuhan lebih lanjut karena Departemen Tenaga Kerja AS merilis laporan pengangguran mingguan pada Kamis yang menunjukkan klaim pengangguran lebih buruk dari perkiraan.

Klaim awal naik 21.000 menjadi 275.000 pada minggu yang berakhir 17 Desember. Analis mencatat bahwa angka-angka dalam laporan ini sebagian besar tak terduga oleh pasar, seperti data tenaga kerja AS.
Sebuah laporan yang dirilis pada Kamis oleh Departemen Perdagangan AS menunjukkan pesanan barang tahan lama sesuai harapan, jatuh 4,6% selama November.

Analis mencatat penguatan luas dalam pesawat pertahanan dan peralatan komunikasi, yang mendorong angka utama. Logam mulia kemungkinan diletakkan sedikit di bawah tekanan dari laporan ini.

Perak untuk pengiriman Maret turun 10,8 sen, atau 0,68% menjadi ditutup pada USD15,871 per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun USD7,0 atau 0,77% menjadi ditutup pada USD907,40 per ounce.
(dni)
Sumber : Okezone

Kamis, 22 Desember 2016

Ekspansi Luar Negeri Amankan Pasokan Minyak Pertamina | Rifanfinancindo

Rifanfinancindo - PALEMBANG – PT Pertamina (Persero) makin agresif melakukan ekspansi untuk mendapat ladang-ladang minyak di luar negeri sebagai upaya mengamankan pasokan bagi kebutuhan kilang-kilang perseroan di masa datang.
Selain dua proyek pembangunan kilang baru, yakni kilang Tuban dan Bontang, Pertamina juga menggarap proyek revitalisasi (refinery development master plan/RDMP) empat kilang, Balikpapan, Cilacap, Balongan dan Dumai. Proyek kilang yang membutuhkan investasi hingga USD36,79 miliar ditargetkan tuntas pada 2023.
Setelah tuntasnya proyek-proyek kilang, kebutuhan minyak mentah Pertamina akan meningkat signifikan seiring bertambahnya kapasitas kilang. Untuk dua kilang baru saja, Pertamina akan memiliki kapasitas produksi 600 ribu barel per hari (bph). Selain itu ada tambahan 415 ribu barel per hari (bph) untuk kilang-kilang yang telah direvitalisasi.
Salah satu upaya yang dilakukan Pertamina untuk memastikan pasokan minyak mentah untuk kilang adalah ekspansi pengelolaan ladang migas di luar negeri. Saat ini Pertamina fokus untuk bisa mendapat hak pengelolaan dua ladang minyak dan gas, Ab-Teymoura dan Mansouri di Iran.
Perseroan menargetkan awal tahun depan sudah ada tindak lanjut terkait rencana tersebut. "Februari kami masukkan proposal, kemudian yang diminta mereka adalah Pertamina harus bisa menunjukkan kemampuan technical, dan finansialnya menarik," kata Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam dalam keterangannya, Jakarta, Kamis (22/12/2016).
Jika proposal diterima Pertamina menargetkan bisa menjadi operator di dua blok yang memiliki jumlah total cadangan sekitar 3 miliar barel tersebut. Skema kerja sama yang diusung nantinya berupa service contract sehingga Pertamina akan mendapatkan bagian dari minyak dan gas yang diproduksi.
"Kami bisa dapat entitlement-nya. Seperti di Irak juga kan service contract, per barel dapatnya sekian," ungkap Syamsu.
Dirgo Purbo, pengamat ketahanan energi dan staf pengajar geoekonomi Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas), mengatakan biaya pembangunan kilang tidak bisa diliat hanya satu aspek saja fisik, tapi juga harus memasukan biaya sumber ladang minyaknya.
"Artinya membangun kilang harus mendapat guarantee supply minyak minimal delapan tahun," katanya di Jakarta.
Menurut Dirgo, Pertamina harus memiliki tim intelijen petroleum untuk mencari sumber minyak yang dapat memasok minyak mentah minimal delapan tahun dengan kapasitas volume yang konstan.
Arab Saudi dan Iran, lanjut dia, merupakan dua negara yang masih bisa diajak kerja sama untuk mendapatkan alokasi impor minyak guna memenuhi kebutuhan kilang jangka panjang. "Persoalan yang mendasar itu harus dapat jaminan pasokan terlebih dahulu. Jadi nanti mendapatkan minyaknya tidak berdasarkan spot charter basis, tapi jaminan pasokan jangka panjang. Kalau ini sudah ada saya rasa tidak ada lagi resistensi," tandasnya.
(dni)
Sumber : Okezone