Senin, 12 November 2018

Awal Pekan, IHSG Lanjutkan Pelemahan - Rifan Financindo

Foto: Grandyos Zafna
Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pagi ini. IHSG dibuka turun tipis 4,61 poin (0,07%) ke 5.869,54.

Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah menguat ke level Rp 14.724.

Pada perdagangan pre opening, IHSG dibuka melemah 8,41 poin ke 5.865,74. Indeks LQ45 juga turun 2,09 poin (0,23%) ke 928,911.
Membuka perdagangan, Senin (12/11/2018), IHSG melanjutkan pelemahan. IHSG turun 4,61 poin (0,07%) ke 5.869,54. Sedangkan indeks LQ45 berkurang 1,94 poin (0,18%) ke 929,34.

Pada perdagangan pukul 09.05 waktu JATS, IHSG masih bergerak turun dengan pelemahan 20,02 poin (0,3%) ke 5.854,13. Indeks LQ45 berkurang 5,23 poin (0,56%) ke 925,525.

Sementara itu, indeks utama bursa Wall St ditutup dalam teritori negatif pada perdagangan akhir pekan kemarin (09/11). Indeks Dow Jones turun 0.77%, S&P melemah 0.92%, dan Nasdaq tertekan 1.65%.

Penurunan indeks tersebut salah satunya dikarenakan kekhawatiran pasar atas kebijakan apa yang akan dilakukan China selanjutnya untuk memperbaiki data ekonomi Cina bulan Oktober yang menunjukkan inflasi produsen turun untuk empat bulan berturut-turut, hal itu mengindikasikan rendahnya konsumsi domestik, aktivitas manufaktur dan penjualan mobil.

Pelaku pasar khawatir Cina akan semakin agresif dalam perang dagang untuk melindungi ekonomi mereka. Adapun itu rilisnya data Consumer Sentiment bulan November yang di level 98.3 atau di atas perkiraan nampaknya belum mampu menopang indeks ke zona hijau.

Sedangkan bursa saham Asia mayoritas bergerak negatif pagi ini. Berikut pergerakannya:
Indeks Nikkei 225 naik 0,03% ke 22.256,42
Indeks Hang Seng turun 0,0% ke 25.601,75
Indeks Komposit Shanghai melemah 0,1% ke 2.596,21
Indeks Strait Times turun 0,06% ke 3.076,19 (eds/eds)

Jumat, 09 November 2018

Kompak dengan Bursa Asia, IHSG Dibuka Melemah ke 5.917 - PT Rifan Financindo

Foto: Rachman Haryanto
PT Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melemah pagi ini. IHSG dibuka turun pada perdagangan pagi ini ke 5.917.

Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah berada pada level Rp 14.610.

Pada perdagangan pre opening, IHSG dibuka melemah ke 5.934,178. Indeks LQ45 turun ke 944,741.

Membuka perdagangan, Jumat (9/11/2018), IHSG melanjutkan pelemahan. IHSG melemah 61,638 poin (0,97%) ke 5.917,051. Indeks LQ45 juga berkurang 13,728 poin (1,44%) ke 942,377.

Pada perdagangan pukul 09.05 waktu JATS, IHSG bergerak turun dengan pelemahan 65,084 poin (1,09%) ke 5.911,722. Indeks LQ45 berkurang 14,260 poin (1,49%) ke 940,814.

Sementara itu indeks utama bursa Wall St ditutup mixed dengan mayoritas berada dalam zona merah pada perdagangan Kamis (08/11). S&P melemah 0,25% dan Nasdaq tertekan 0,53%. Sedangkan satu indeks lainnya yakni Dow Jones berhasil menguat meskipun tipis sebesar 0.04%.

Pelemahan Indeks terjadi seiring dengan antisipasi atas rilisnya data negatif pada hari Jumat Pekan ini dari Wholesale Inventories MoM SEP diperkirakan tumbuh melambat 0,5% dibandingkan sebelumnya, Consumer Sentiment Prel NOV diperkirakan berada di level 95 turun dari bulan sebelumnya yang di level 98,6.

Selain itu, penurunan juga dikarenakan sentimen negatif dari pernyataan Federal Reserve yang mengharapkan peningkatan bertahap lebih lanjut dalam kisaran target untuk tingkat dana federal yang direncanakan satu kali lagi di tahun ini pada bulan Desember.

Sedangkan bursa saham Asia mayoritas bergerak negatif pagi ini. Berikut pergerakannya:
  • Indeks Nikkei 225 berkurang 0,73% ke 22.323,990
  • Indeks Hang Seng turun 1,70% ke 25.792,551
  • Indeks Komposit Shanghai melemah 0,79% ke 2.614,730
  • Indeks Strait Times turun 0,82% ke 3.067,850
(ara/ara)


Kamis, 08 November 2018

Produksi Minyak AS Catatkan Rekor, Harga Minyak Dunia Merosot | Rifanfinancindo

Produksi Minyak AS Catatkan Rekor, Harga Minyak Dunia Merosot
Rifanfinancindo -- Harga minyak dunia kembali merosot pada perdagangan Rabu (7/11), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan terjadi menyusul kenaikan produksi dan pasokan minyak mentah AS yang mencatatkan rekor.

Dilansir dari Reuters, Kamis (8/11), harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun US#0,54 menjadi US$61,67 per barel. Harga tersebut merosot hampir 20 persen sejak menyentuh level tertinggi penutupan yakni sebesar US$76,41 per barel yang terjadi pada awal Oktober lalu.

Sementara itu, harga minyak mentah Brent melemah tipis sebesar US$0,06 menjadi US$72,02 per barel. Pelemahan sedikit tertahan setelah hadirnya pemberitaan terkait Rusia dan Arab Saudi yang sedang membicarakan kemungkinan pemangkasan produksi tahun depan.

"Pasar belum bisa membuktikan dapat bertahan dalam reli (harga), sehingga kondisi jangka pendek masih sangat negatif," ujar Analis Price Futures Group Phil Flynn di Chicago seperti dikutip Reuters.

Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) mencatat persediaan minyak mentah domestik naik 5,8 juta barel pada pekan terakhir, lebih dari dua kali lipat dari perkiraan sejumlah analis.

Kemudian, produksi minyak mentah AS juga menyentuh level 11,6 juta barel per hari (bph) yang merupakan rekor mingguan. Data bulanan terakhir pada Agustus 2018 menunjukkan produksi minyak AS telah di atas 11,3 juta bph.

Sementara itu, ekspor minyak Iran diperkirakan bakal merosot setelah sanksi AS berlaku efektif pada Senin (5/11) lalu. Laporan dari Organisasi Negara dan Pengekspor Minyak (OPEC) dan sejumlah prediksi lain mengindikasikan pasar minyak global bakal mengalami surplus pada 2019, seiring perlambatan permintaan.

Selain itu, AS juga mengabulkan permohonan pengecualian pengenaan sanksi Iran terhadap delapan negara pengimpor minyak Iran.

"Saat ini pasar akan melihat produsen dari OPEC maupun non OPEC untuk mengendalikan produksi, mengingat AS telah memberi pengecualian pemberlakuan sanksi kepada delapan negara yang pada dasarnya ingin menambah pasokan," ujar Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow di Houston.

Berdasarkan pemberitaan kantor berita Rusia TASS yang dikutip Reuters, Rusia dan Arab Saudi telah memulai pembicaraan secara bilateral mengenai kemungkinan pemangkasan produksi kembali tahun depan. 

Pada Juni lalu, kelompok produsen minyak tersebut memutuskan untuk merelaksasi kesepakatan pemangkasan produksi yang telah berjalan sejak awal 2017. Hal itu dilakukan setelah mendapat tekanan dari Presiden AS Donald Trump.

Sejumlah analis memperkirakan negara produsen minyak ingin memangkas produksi saat ini, setelah pemilihan tengah periode AS rampung. Trump sebelumnya telah mengeluhkan harga bensin yang semakin mahal.

"OPEC merasakan tekanan Trump, namun produsen mengambil langkah dengan pertimbangan bahwa mereka hanya perlu melewati pemilihan tengah periode," ujar Analis Hedgeye Joe McMonigle dalam catatannya.

McMonile memperkirakan akhir pekan ini akan bermunculkan komentar publik dari para menteri negara-negara anggota OPEC terkait pemangkasan produksi kembali.

Komite para menteri yang terdiri dari beberapa anggota OPEC dan sekutunya akan bertemu untuk membahas proyeksi 2019 di Abu Dhabi pada Minggu (11/11) mendatang. (sfr/lav)

Sumber : CNN Indonesia
Rifanfinancindo

Rabu, 07 November 2018

PT Rifan – KAI Kembali Diskon Tiket Kereta Api, Ini Cara Mendapatkannya

kreqta
PT Rifan Financindo Berjangka, Jakarta – PT Kereta Api Indonesia (Persero) kembali menawarkan diskon kepada masyarakat untuk naik kereta api. Diskon kali ini dalam rangka perhelatan Forum International Public Service Tahun 2018 yang digelar oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), di Jakarta Convention Center pada 7-8 November 2018.
Dalam acara yang kali pertama diselenggarakan Kemenpan RB ini, PT KAI memberikan diskon tiket sebesar 10 persen untuk setiap pembelian tiket on the spot di stand KAI pada event Forum International Public Service Tahun 2018.
“PT KAI tak pernah berhenti memanjakan pecinta kereta api dengan berbagai promo tiket KA. Kali ini, para pengguna kereta api bisa berburu diskon tiket KA sebesar 10 persen digelaran Forum International Public Service Tahun 2018. Semoga dengan promo diskon ini, dapat meningkatkan minat masyarakat untuk terus naik kereta api, dan kereta api pun semakin menjadi transportasi yang diandalkan,” jelas Executive Vice President KAI Daop 1 Jakarta Dadan Rudiansyah, Rabu (7/11/2018).
Adapun syarat dan ketentuan diskon tiket di event Forum International Public Service Tahun 2018, adalah sebagai berikut:
– Berlaku untuk KA komersial jarak menengah dan jarak jauh.
– Diskon diberikan kepada pengunjung yang melakukan transaksi pembelian tiket KA di stand milik PT KAI (Persero).
– Periode pembelian tiket KA pada tanggal 7 November 2018 untuk keberangkatan KA sampai dengan 90 hari ke depan selama tempat duduk masih tersedia.
– Diskon tidak berlaku untuk tiket keberangkatan pada tanggal 14 Desember 2018 s.d 6 Januari 2019.- Tiket diskon dapat dibatalkan dan diubah jadwal.
– Tiket diskon tidak dapat digabung dengan reduksi atau diskon lainnya.
Dadan juga mengingatkan, bagi masyarakat yang ingin menikmati potongan harga tiket KA di acara Forum International Public Service Tahun 2018, agar membawa identitas diri.
“Pastikan pemesanan tiket sesuai dengan identitas calon penumpang yang akan melakukan perjalanan. Jika tidak sesuai, maka dinyatakan tiket tidak berlaku,” pungkas Dadan.
(nvc/ita)
Sumber: Detik
Ed– rifanfinancindo


Selasa, 06 November 2018

Harga Minyak Terkerek Berlakunya Sanksi AS Terhadap Iran | PT Rifan Financindo

Harga Minyak Terkerek Berlakunya Sanksi AS Terhadap Iran
Rifan Financindo -- Harga minyak mentah Brent menguat tipis pada perdagangan Senin (5/11), waktu Amerika Serikat (AS). Pergerakan harga minyak dipengaruhi mulai berlakunya sanksi AS terhadap Iran secara efektif, termasuk pula kebijakan pengecualian pengenaan sanksi sementara yang memungkinkan delapan negara tetap dapat mengimpor minyak dari Iran.

Dilansir dari Reuters, Selasa (6/11), harga minyak mentah Brent naik US$0,34 menjadi US$73,17 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah acuan AS merosot tipis sebesar US$0,04 menjadi US$63,1 per barel.

Kedua harga minyak acuan global telah merosot lebih dari 15 persen sejak menyentuh level tertinggi dalam empat tahun pada awal Oktober lalu. Manajer investasi telah memangkas ramalannya pada posisi harga minyak mentah yang naik (bullish) ke level terendah dalam setahun terakhir.

Pengenaan sanksi AS terhadap sektor perminyakan Iran merupakan cara Gedung Putih menahan program nuklir dan rudal Iran. Sanksi tersebut juga dimaksudkan untuk menekan pengaruh Iran di Timur Tengah.

Pasar minyak telah mengantisipasi pemberlakuan sanksi tersebut selama berbulan-bulan. Sebagai catatan, berlakunya sanksi berisiko memangkas pasokan minyak dari Iran ke pasar global.

Harga minyak tertekan seiring produsen minyak utama dunia, termasuk Arab Saudi dan Rusia, yang mengerek produksi. Selain itu, harga minyak juga terpengaruh lemahnya perekonomian China yang memantik kekhawatiran terhadap proyeksi permintaan ke depan.

Total produksi minyak dari Rusia, AS, dan Arab Saudi naik ke level di atas 33 juta barel per hari (bph) pada Oktober, naik 10 juta bph sejak 2010.

Pada Minggu (4/11), Perusahaan minyak nasional Abu Dhabi National Oil Co berencana mengerek kapasitas produksinya menjadi 4 juta bph pada akhir 2020 dan ke 5 juta bph pada 2030, dari produksi yang sebelumnya hanya berkisar 3 juta bph.

Kemudian, para analis menilai pemberitaan mengenai pemberian pengecualian pemberlakuan sanksi untuk delapan negara telah membebani harga. Pasalnya, pasar akan tetap mendapatkan sejumlah pasokan minyak dari Iran.

"Ada beberapa keraguan terhadap sanksi akan berdampak terhadap pasar seperti yang diperkirakan sebelumnya," ujar Analis Price Futures Group Phil Flynn di Chicago, AS.

Pada Senin (5/11) kemarin, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan pemberian pengecualian pemberlakukan sanksi terhadap sektor perminyakan Iran untuk delapan negara yaitu China, India, Yunani, Italia, Taiwan, Jepang, Turki, dan Korea Selatan. Untuk sementara, delapan negara tersebut dapat terus membeli minyak dari Iran. Beberapa negara di antaranya merupakan konsumen utama minyak Iran.

Awal pekan ini, Presiden AS Donald Trump menyatakan ingin memberlakukan sanksi terhadap Iran secara bertahap. Hal itu dilakuan untuk menjawab kekhawatiran pasar mengenai pengenaan sanksi yang akan mengejutkan pasar energi dan mendongkrak harga.

Sebelumnya, pemerintah AS menginginkan pengenaan sanksi tersebut bakal menekan ekspor minyak Iran hingga ke level nol secara bertahap.

Pompeo menyatakan lebih dari 20 negara telah memangkas impor minyak dari Iran. Akibatnya, ekspor minyak dari Iran berkurang lebih dari 1 juta bph.

Perwakilan Khusus AS untuk Iran Brian Hook menyatakan pengenaan sanksi tersebut telah membuat Iran kehilangan miliaran dolar AS penerimaan dari ekspor minyak sejak Mei. Iran menyatakan bakal melangkahi sanksi tersebut dan akan terus menjual minyak ke luar negeri. Kementerian Luar Negeri China menyesalkan kebijakan AS tersebut.

Data dari perusahaan analisis Kayrros menunjukkan produksi minyak mentah AS tidak berubah pada Oktober dibandingkan September. Produksi minyak Iran tetap mengalir ke pasar bersamaan dengan tambahan produksi dari Rusia dan Arab Saudi. (sfr/lav)

Sumber : CNN Indonesia
Rifan Financindo