Rifan Financindo - Trump Pastikan Negosiasi September Tetap Jalan: Rifan Financindo - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meyakinkan bahwa pembicaraan perdagangan dengan Beijing masih sesuai rencana
Senin, 02 September 2019
Jumat, 30 Agustus 2019
PT Rifan Financindo - China Berniat Damai Dengan AS, Yen "Gak" Seksi Lagi
Foto: Mata Uang Yen. (REUTERS/Yuriko Nakao/Files) |
PT Rifan Financindo - Mata uang yen Jepang kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat
(AS) pada perdagangan Kamis (29/8/19) kemarin. Munculnya harapan akan
adanya pertemuan AS-China membuat permintaan akan aset aman atau safe haven seperti yen berkurang.
Pada pagi ini, Jumat (30/8/19) pukul 7:08 WIB, yen diperdagangkan di
level 106,51/US$ atau stagnan dibandingkan penutupan perdagangan Kamis
di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada Kamis kemarin, yen melemah 0,37%.
Mengutip Reuters, Kementerian Perdagangan China
mengungkapkan saat ini Beijing dan Washington sedang membahas pertemuan
tatap muka dalam waktu dekat.
Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China, menyatakan
kedua pihak harus menciptakan suasana yang kondusif jika ingin meraih
hasil positif dalam perundingan tersebut. China sendiri, katanya, terus
berusaha menghindari eskalasi dan bersedia untuk menyelesaikan
perselisihan secara tenang.
"Sejauh yang saya tahu, delegasi kedua negara terus melakukan komunikasi yang efektif. Kami berharap AS menunjukkan ketulusan dan aksi konkret," kata Gao.
"Sejauh yang saya tahu, delegasi kedua negara terus melakukan komunikasi yang efektif. Kami berharap AS menunjukkan ketulusan dan aksi konkret," kata Gao.
Kabar tersebut disambut baik oleh pelaku pasar, walaupun damai dagang
sepertinya masih jauh akan terjadi, tetapi setidaknya China tidak lagi
berniat membalas kenaikan tarif impor AS, dan perang dagang tidak lagi
tereskalasi.
Sejak awal bulan Agustus pelaku pasar dibuat cemas dengan eskalasi
perang dagang AS-China. Hal tersebut bermula dari AS yang mengenakan
tarif baru impor produk dari China. Total nilai produk yang akan
dikenakan tarif impor sebesar US$ 300 miliar.
China kemudian membalas kebijakan AS dengan mendevaluasi nilai tukar
yuan hingga ke level terendah lebih dari satu dekade terhadap dolar AS.
Kebijakan tersebut membuat pelaku pasar cemas perang dagang akan juga
mengarah ke perang mata uang.
China ditengarai sengaja mendevaluasi mata uangnya untuk mendapat
keunggulan kompetitif di perdagangan international. Produk China menjadi
lebih murah, sehingga efek tarif impor tinggi dari AS bisa
diminimalisir.
Sikap AS kemudian melunak, dan menunda kenaikan tarif sebagian produk China, bahkan ada yang dibatalkan.
Tetapi secara tiba-tiba pada Jumat (23/8/19) lalu, China menaikkan
tarif impor untuk produk AS. Pemerintah China akan menaikkan tarif
impor mulai dari 5% sampai 10% terhadap produk-produk dari Paman Sam
senilai US$ 75 miliar, dan mulai berlaku pada 1 September dan 15
Desember.
Tidak hanya itu, China kembali mengenakan tarif sebesar 25% terhadap mobil dari AS yang akan masuk ke China, dan untuk suku cadangnya akan dikenakan tarif sebesar 5%. Kebijakan ini sebelumnya dihentikan pada bulan April lalu, dan kini akan diberlakukan lagi mulai 15 Desember.
Tidak hanya itu, China kembali mengenakan tarif sebesar 25% terhadap mobil dari AS yang akan masuk ke China, dan untuk suku cadangnya akan dikenakan tarif sebesar 5%. Kebijakan ini sebelumnya dihentikan pada bulan April lalu, dan kini akan diberlakukan lagi mulai 15 Desember.
Kejutan dari China tersebut membuat Presiden Trump geram. Tidak
berselang lama ia mengumumkan melalui Twitter bahwa Negeri Paman Sam
akan menaikan bea masuk dari 25% menjadi 30% bagi impor produk China
senilai US$ 250 miliar. Selain itu, Trump juga akan mengeksekusi bea
masuk baru bagi importasi produk-produk China senilai US$ 300 miliar
dengan tarif 15%.
"Mulai 1 Oktober, impor produk China senilai US$ 250 miliar yang saat ini dikenai tarif 25% akan naik menjadi 30%. Sebagai tambahan, impor baru senilai US$ 300 miliar yang awalnya dikenakan tarif 10% dinaikkan menjadi 15% berlaku 1 September. Terima kasih atas perhatiannya!" demikian cuit Trump.
"Mulai 1 Oktober, impor produk China senilai US$ 250 miliar yang saat ini dikenai tarif 25% akan naik menjadi 30%. Sebagai tambahan, impor baru senilai US$ 300 miliar yang awalnya dikenakan tarif 10% dinaikkan menjadi 15% berlaku 1 September. Terima kasih atas perhatiannya!" demikian cuit Trump.
Hubungan kedua negara pun memanas sejak saat itu yang membuat pelaku
pasar cemas, dan baru mereda Kamis kemarin setelah China mengungkapkan
sedang membahas pertemuan dengan AS.(pap)
Sumber : CNBC
Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
Rifanfinancindo
PT Rifan Financindo - Harga Emas Drop Nyaris 1% •
PT Rifan Financindo - Harga Emas Drop Nyaris 1% •: PT Rifan Financindo - Harga emas dunia terkoreksi lumayan tajam pada perdagangan pagi ini. Namun harga emas masih bertahan di kisaran US$ 1.500/troy ons.
Kamis, 29 Agustus 2019
Rifanfinancindo – ‘Game’ Ekonomi Global Sudah di Level Very Hard Nih… – Rifan Financindo Berjangka Palembang
Rifanfinancindo – ‘Game’ Ekonomi Global Sudah di Level Very Hard Nih… – Rifan Financindo Berjangka Palembang: Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Rifanfinancindo – Tahun 2019 bagai permainan video game. Awalnya mudah dan menyenangkan, tetapi semakin lama kok tambah susah…
Rifanfinancindo - Jelang Pemberlakuan Tarif Baru, Indeks Shanghai Naik Tipis
Foto: Reuters |
Rifanfinancindo - Bursa saham China
ditransaksikan di zona hijau pada perdagangan hari ini. Hingga berita
ini diturunkan, indeks Shanghai menguat 0,11% ke level 2.897,02.
Sementara itu, indeks Hang Seng jatuh 0,22% ke level 25.558,24.
Belum adanya ketegangan lebih lanjut terkait perang dagang AS-China membuat aksi beli dilakukan di bursa saham China.
Namun,
aksi beli tersebut terbatas lantaran dalam waktu dekat, situasinya akan
kembali memanas. Pasalnya, kita semakin dekat ke tanggal 1 September
yang merupakan tanggal penerapan bea masuk baru oleh AS dan China
terhadap produk impor dari masing-masing negara.
Sekedar
mengingatkan, menjelang akhir pekan kemarin China mengumumkan bahwa
pihaknya akan membebankan bea masuk bagi produk impor asal AS senilai
US$ 75 miliar. Pembebanan bea masuk tersebut akan mulai berlaku efektif
dalam dua waktu, yakni 1 September dan 15 Desember. Bea masuk yang
dikenakan China berkisar antara 5%-10%.
Lebih lanjut, China juga
mengumumkan pengenaan bea masuk senilai 25% terhadap mobil asal pabrikan
AS, serta bea masuk sebesar 5% atas komponen mobil, berlaku efektif
pada 15 Desember. Untuk diketahui, China sebelumnya telah berhenti
membebankan bea masuk tersebut pada bulan April, sebelum kini kembali
mengaktifkannya.
AS pun merespons dengan mengumumkan bahwa per
tanggal 1 Oktober, pihaknya akan menaikkan bea masuk bagi US$ 250 miliar
produk impor asal China, dari yang saat ini sebesar 25% menjadi 30%.
Sementara
itu, bea masuk bagi produk impor asal China lainnya senilai US$ 300
miliar yang akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk
yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan
menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya sebesar 10%.
Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis di China dan Hong Kong.(ank/ank)
Sumber : CNBC
Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
Rifanfinancindo
Langganan:
Postingan (Atom)