Kamis, 05 September 2019

Rifan Financindo - Bumi Makin Tua, Komplikasi Penyakit Ekonomi Berujung Resesi

Foto: Arie Pratama
Rifan Financindo - 5,45 miliar tahun, itulah usia bumi saat ini, berdasarkan data dari space.com. Ketika peradaban manusia mulai menguasai bumi yang tua ini, masalah-masalah yang dihadapi semakin kompleks. Scarcity atau kelangkaan adalah masalah utama yang bagi umat manusia. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas dihadapkan dengan terbatasnya alat pemuas kebutuhan.

Semakin tua usia bumi, peradaban semakin maju, roda perekonomian di masing-masing negara berputar untuk memenuhi kebutuhan manusia. Negara-negara berlomba-lomba meningkatkan aktivitas ekonomi untuk menyejahterakan warganya, menjadi negara maju atau menjadi negara kaya di bumi ini.

Perputaran roda perekonomian tentunya tidak selalu berjalan mulus, ada "penyakit-penyakit" yang dihadapi, misalnya tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, inflasi dan lain-lain.

Layaknya penyakit pada manusia, penyakit perekonomian bisa diobati oleh pemerintah negara masing-masing.

Tetapi kini penyakit ekonomi di bumi ini sepertinya semakin berkomplikasi, ujungnya bisa membawa resesi berjamaah. Resesi merupakan penyakit perekonomian yang paling ditakuti.

Suatu perekonomian dianggap mengalami resesi  ketika tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negatif atau berkontraksi untuk dua kuartal berturut-turut secara tahunan (year-on-year/YoY) atau lebih.

Resesi bisa dikatakan ujung dari penyakit-penyakit ekonomi. Resesi terjadi di kala semua sendi-sendi perekonomian mengalami kemerosotan. National Bureau of Economic Research, lembaga non-profit yang melakukan riset ekonomi, menggunakan lima indikator yang bisa menunjukkan resesi, yakni penurunan pendapatan riil, pasar tenaga kerja yang memburuk, kesehatan sektor manufaktur, penurunan penjualan grosir dan ritel, serta estimasi PDB bulanan.

Ketika resesi terjadi, pada akhirnya akan memberikan dampak buruk yang lebih besar lagi jika tidak segera diatasi. Tingkat kepercayaan investor bisa menurun, investasi Macet. Tanpa investasi, dunia usaha tidak bisa berekspansi, adanya pemutusan hubungan kerja, tingkat pengangguran akan meningkat, daya beli masyarakat turun, dan seterusnya hingga menimbulkan keruntuhan perekonomian. (pap/dru)

Sumber : CNBC

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
Rifanfinancindo

Rifan Financindo - Jokowi Bicara Resesi, Amit-amit RI Kena

Rifan Financindo - Jokowi Bicara Resesi, Amit-amit RI Kena: Rifan Financindo - Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China mulai berdampak pada perlambatan perekonomian global.

Rabu, 04 September 2019

PT Rifan Financindo - Hati-Hati, The Fed Indikasikan Enggan Pangkas Suku Bunga

Hati-Hati, The Fed Indikasikan Enggan Pangkas Suku Bunga
Foto: BOE Tahan Suku Bunga Acuan (CNBC Indonesia TV)
PT Rifan Financindo - Bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserves (The Fed) sepertinya tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Apalagi melihat kondisi ekonomi AS yang cukup solid seperti saat ini.

Hal ini diutarakan salah satu pejabat The Fed, Presiden Federal reserve of Boston Eric Rosengren. Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi AS masih stabil, pengeluaran konsumen juga masih kuat. Apalagi, indikator inflasi juga masih rendah dan kenaikan upah tetap ada.

"Maka dalam pandangan saya tidak diperlukan tindakan kebijakan segera," kata Rosengren sebagaimana dilansir CNBC Indonesia dari AFP, Rabu (4/9/2019). 
Komentar pejabat The Fed ini dikeluarkan menjelang 2 minggu sebelum pertemuan pembahasan penentuan tingkat suku bunga. Pada tanggal 17-18 September mendatang, The Fed akan menggelar pertemuan guna menentukan tingkat suku bunga acuan terbarunya.

Sebagian pelaku pasar begitu yakin The Fed akan mengambil sikap dovish. Mengutip situs CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 3 September 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan bulan ini berada di level 97,3%.

Sementara itu, probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas sebesar 50 bps berada di level 2,7%. Pernyataan pejabat the Fed ini kemungkinan disambut negatif pasar.

Sebelumnya, dalam simposium tahunan di Jackson Hole, Wyoming, Gubernur The Fed Jerome Powell sempat mengeluarkan pernyataan yang mengindikasikan pemangkasan suku bunga. The Fed akan melakukan apa yang mereka bisa untuk mempertahankan ekspansi ekonomi yang saat ini tengah dirasakan di AS.

"Tantangan bagi kita sekarang adalah untuk mengeksekusi kebijakan moneter yang bisa mempertahankan ekspansi (ekonomi) sehingga manfaat dari kuatnya pasar tenaga kerja bisa dirasakan oleh mereka yang belum merasakannya, dan sehingga tingkat inflasi bergerak dengan stabil di kisaran dua persen," kata Powell, dilansir dari CNBC International.

Namun kemudian, nada hawkish keluar dari mulut Powell. Dirinya menyebut bahwa melihat perkembangan sekarang The Fed tidak akan terlalu agresif. (sef/sef)

PT Rifan Financindo - Ke Mana Arah Harga Emas Dunia Hari Ini?

PT Rifan Financindo - Ke Mana Arah Harga Emas Dunia Hari Ini?: PT Rifan Financindo - Harga emas dunia di pasar spot terlihat kurang bertenaga sejak perdagangan awal pekan ini, padahal kondisi global kurang kondusif

Selasa, 03 September 2019

Rifanfinancindo - Tidak Ada Aksi Jual Saham, Yen Jadi Loyo

Tidak Ada Aksi Jual Saham, Yen Jadi Loyo
Foto: Mata Uang Yen. (REUTERS/Yuriko Nakao/Files)
RifanfinancindoMata uang yen Jepang mengakhiri perdagangan Senin (2/8/19) dengan menguat tipis 0,08%, padahal di awal perdagangan melesat menguat cukup signifikan. Babak baru perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China tidak memicu aksi jual di bursa saham, sehingga yen tidak terlalu diburu pelaku pasar sebagai aset aman (safe haven).

Bursa utama saham Asia berakhir variatif pada Senin kemarin, indeks Nikkei yang melemah juga tidak terlalu tajam (-0,4%), indeks Shanghai Composite China malah berakhir menguat 1,31%. Bursa saham Eropa malah semuanya menghijau, sementara bursa saham AS libur pada Senin kemarin.

Pada hari ini, Selasa (3/9/19) pukul 7:28 WIB, yen berbalik melemah tipis 0,07%, diperdagangkan di kisaran 106,28/US$ di pasar spot, melansir daya Refinitiv.

Pada 1 September lalu, AS mulai mengenakan bea masuk 15% untuk importasi produk asal China senilai US$ 125 miliar di antaranya smartwatch, televisi layar datar, dan alas kaki. Sebelumnya, total produk China yang sudah terkena bea masuk di AS mencapai US$ 250 juta. 

Sementara China mengenakan bea masuk 5-10% untuk importasi produk made in the USA senilai US$ 75 miliar. Bea masuk baru ini mencakup 1.717 produk, termasuk minyak mentah. Ini adalah kali pertama minyak asal AS dibebani bea masuk di China. 

Resmi berlakunya tambahan tarif impor tentunya membuat pertumbuhan ekonomi global terancam semakin melambat.

Tapi, data ekonomi China menunjukkan kejutan, indeks aktivitas manufaktur di bulan Agustus menunjukkan ekspansi. Data yang dirilis oleh Caixin tersebut menunjukkan angka indeks manajer pembelian (purchasing managers' index/PMI) sebesar 50,4, naik dari bulan sebelumnya 49,9.

Indeks PMI dari Markit menggunakan angka 50 sebagai batas, di bawah 50 berarti kontraksi atau aktivitas yang menurun sementara di atas 50 berarti ekspansi atau perusahaan-perusahaan manufaktur meningkatkan kegiatan usahanya.

Di tengah perang dagang yang kembali membara, ekspansi manufaktur tentunya menjadi kejutan, ini berarti ada permintaan yang cukup tinggi untuk produk-produk dari China. Hal tersebut membuat minat investor terhadap aset berisiko membaik, dan permintaan akan aset safe haven seperti yen berkurang. (pap)
Sumber : CNBC
 

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo 
Rifanfinancindo