Senin, 20 April 2020

AS & Eropa Mau Akhiri Lockdown, Emas Ambles ke US$ 1.678/oz

AS & Eropa Mau Akhiri Lockdown, Emas Ambles ke US$ 1.678/oz
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Rifan Financindo - Usai reli tak terbendung dan mencapai level tertinggi nyaris dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, harga emas dunia di pasar spot akhirnya terpelanting akibat rencana AS dan Eropa yang akan segera mengakhiri karantina wilayah alias lockdown.

Pada Senin (20/4/2020), harga emas dunia di pasar spot turun 0,37% ke level US$ 1.678/troy ons. Pekan lalu, harga emas anjlok 1,95% di hari penutupan, mengacu data Refinitiv.
Harga emas harus nyungsep setelah Gedung Putih merilis dokumen panduan untuk kembali membuka ekonomi AS yang selama ini terhenti sebagai upaya menekan laju transmisi penyebaran wabah virus corona (Covid-19).

Tak hanya AS, beberapa negara Eropa yang juga mulai menunjukkan adanya penurunan kasus baru per hari melakukan hal yang sama yakni mulai melonggarkan pembatasan yang selama ini dilakukan.

Austria menjadi salah satu negara di Eropa yang melonggarkan pembatasan sosialnya. Pada Selasa pekan lalu, Austria sudah memperbolehkan pertokoan dengan luas 400 meter persegi untuk buka dan beroperasi dengan catatan tetap membatasi jumlah orang yang berada di dalam toko serta tetap menerapkan aturan jaga jarak.

Di Denmark sekolah-sekolah dasar mulai kembali dibuka dan rumah sakit sudah mulai menangani pasien-pasien selain yang terjangkit virus corona. Sementara itu, Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan akan mencabut larangan yang selama ini diterapkan pada 11 Mei nanti.

Upaya untuk segera bangkit dari keterpurukan tersebut diapresiasi oleh pasar. Sentimen terhadap risiko kembali pulih dan bursa saham global mengalami reli. Sentimen lain yang juga turut menopang apresiasi aset-aset berisiko adalah kabar manjurnya Remdesivir produksi Gilead Science dalam menyembuhkan pasien positif Covid-19.

Pasar saham yang kembali reli membuat emas sebagai aset safe haven tertekan. Investor kembali memilih aset-aset yang lebih berisiko. "Emas dan saham berkorelasi negatif beberapa hari ini dengan reli ekuitas semalam menekan kinerja emas.

Pedoman dari Trump untuk membuka kembali perekonomian telah mendorong pasar ekuitas," kata Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam mulia dan dasar di BMO sebagaimana diwartakan Reuters.

"Jika saham bisa memperpanjang reli overnight, itu bisa memicu lebih banyak aksi ambil untung dalam emas," tambahnya.

Namun ada hal yang perlu di sorot terkait kebijakan AS dan Eropa yang akan kembali membuka perekonomiannya. Rencana AS dan beberapa negara Eropa untuk kembali memulai aktivitas sebenarnya masih menunjukkan adanya risiko. Apalagi dalam panduan yang dirilis Gedung Putih pada Kamis pekan lalu, Pemerintah Pusat AS menyerahkan kepada negara bagian masing-masing untuk mengambil keputusan kapan dan bagaimana mekanismenya.

Pembukaan lockdown masih ada nada-nada gambling mengingat adanya kemungkinan wabah gelombang kedua. Jika hal ini terjadi ekonomi akan semakin susah untuk bangkit dan pulih kembali.

Kepala Ekonomi IMF kembali mengingatkan bahwa walau ekonomi diramal pulih pada 2021. Namun ini bukanlah pulih dengan arti sebenarnya. Artinya dampak dari krisis kesehatan yang merembet ke perekonomian ini tak bisa dianggap remeh. Setiap kesalahan dalam pengambilan keputusan maupun kebijakan harus dibayar mahal.

Lagipula laporan yang membuat pasar optimis berasal dari obat Remdesivir produksi Gilead yang efektif melawan corona juga masih belum bisa diiyakan seratus persen oleh pasar. Bagaimanapun juga pengembangan obat dan vaksin ini masih harus terus diuji secara klinis. Dan ini membutuhkan waktu tidak serta merta dapat langsung digunakan.

Sampai di sini masih ada faktor ketidakpastian yang membayangi. Apalagi dengan berbagai stimulus yang digelontorkan, emas masih menjadi aset yang dilirik oleh investor. Artinya peluang harga emas untuk naik lagi masih terbuka lebar.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 17 April 2020

Harga Emas Global Diramal Tembus US$ 1.800/oz, Siap Borong?

Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan - Di tengah pandemi virus corona (Covid-19), bank investasi yang berbasis di Frankfurt, Jerman, Commerzbank AG memprediksi harga emas dunia bisa mencapai US$ 1.800/troy ons pada akhir tahun ini.

Mengacu aturan di pasar, satu troy ons setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 1.800 per troy ons yang diproyeksikan Commerzbank dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 57,88 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 15.787/US$, maka prediksi harga emas berada di Rp 929.539/gram.

Prediksi ini sama dengan yang sudah disampaikan analis platform perdagangan online OANDA. "Reli [harga] emas terbatas karena optimisme [investor] terus tumbuh ketika puncak dari wabah virus corona sudah dekat," kata Ed Moya, analis OANDA, melansir Investing.com.

"Investor seharusnya tidak terkejut dengan volatilitas emas, dan sementara reli [harga emas] tampaknya sudah berada di titik jenuh beli, prospek kenaikan [bullish] tetap kuat," tambah Moya. "[Harga] emas akan mendapat dukungan cukup besar dari dari level
US$ 1.650/troy ons dan akhirnya menuju level US$ 1.800/troy ons."

 Pada perdagangan Kamis kemarin (16/4), harga emas dunia kembali menguat setelah turun dari rekor penutupan tertinggi sejak tahun 2012. Pada pukul 17:10 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.721/troy ons, menguat 0,33% di pasar spot, melansir data Refinitiv.


Rabu lalu, harga emas dunia berakhir melemah 0,69% dari rekor penutupan tertinggi sejak November 2012 US$ 1.727,7/troy ons sehari sebelumnya.

Analis dari Commerzbank mengatakan investor kini tidak hanya melihat emas sebagai aset aman (safe haven) tetapi juga "jalur penyelamatan terakhir" di tengah penyebaran penyakit virus corona (Covid-19), yang membuat negara-negara menggelontorkan stimulus fiskal dan moneter dalam jumlah besar.

Pandemi Covid-19 yang membawa perekonomian global ke resesi, akibat banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown), yang menyebabkan aktivitas ekonomi menurun bahkan terhenti.

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown, memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington tersebut juga menyatakan krisis yang terjadi kali ini jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis finansial global tahun 2008.

"Ini adalah krisis yang tidak sama dengan krisis lainnya. Sekarang begitu banyak ketidakpastian tentang bagaimana hidup dan kehidupan manusia. Kita bergantung kepada epidemologi dari sang virus, efektivitas upaya pencegahan penularan, pengembangan vaksin, yang semuanya tidak mudah untuk diprediksi," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini diprediksi sangat dalam, membuat investor kembali melihat emas sebagai aset aman (safe haven).

Selain itu, pandemi Covid-19 juga membuat bang sentral di berbagai negara menurunkan suku bunga acuan, hingga menerapkan kebijakan moneter yang tidak biasa (unconventional), guna menjaga likuiditas di perekonomian.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menjadi yang paling agresif, dengan membabat habis suku bunganya menjadi 0-0,25%, dan menerapkan kebijakan pembelian aset (quantitative easing/QE) dengan nilai tak terbatas.

Selain itu, pemerintah di berbagai negara juga menggelontorkan stimulus fiskal, yang terbesar lagi-lagi AS sang Negeri Adikuasa dengan nilai US$ 2 triliun.

Suku bunga rendah, kebijakan moneter unconventional, serta stimulus fiskal menjadi kondisi yang mendukung harga emas untuk terus menguat.

"Dampak parah dari lockdown ke perekonomian dan pasar keuangan, pemerintah dan bank sentral yang membanjiri perekonomian serta membengkaknya utang negara membuat permintaan emas meningkat sebagai safe haven dan jalur penyelamatan terakhir," kata Carsten Fritsch, analis Commerzbank sebagaimana dikutip Kitco.
"Oleh karena itu, kami menaikkan proyeksi harga emas di akhir tahun menjadi US$ 1.800/troy ons (dari sebelumnya US$ 1.650/troy ons). Proyeksi tersebut berdasarkan ekspektasi pandemi Covid-19 berhasil diatasi pada semester II, dan situasi di pasar mulai tenang" ujar Fritsch.
TIM RISET CNBC INDONESIA (tas/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 16 April 2020

Bayangan Great Depression Kian Nyata, Rupiah Tak Bisa Apa-apa

Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/A Kristianto)
PT Rifan Financindo Berjangka - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Faktor domestik dan eksternal menjadi beban bagi gerak mata uang Tanah Air.

Pada Kamis (16/4/2020), US$ 1 setara dengan Rp 15.610 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,39% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,38% di hadapan dolar AS. Penguatan itu sudah cukup untuk membuat rupiah menjadi mata uang terbaik Asia.
 
Sejak awal April, rupiah boleh dikata 'menggila'. Selama 31 Maret-15 April alias month-to-date, rupiah sudah menguat 4,6% terhadap dolar AS.

Penguatan yang sudah sangat tajam itu mengandung risiko koreksi teknikal. Ketika investor merasa sudah 'menang banyak', maka rupiah akan dilepas. Tekanan jual membuat nilai tukar rupiah melemah.
 
Data Ekonomi AS Jeblok
Itu dari dalam negeri. Ternyata ada pula faktor eksternal yang membuat investor kurang nyaman untuk bermain di aset-aset berisiko.

Tanda-tanda risk aversion (menghindari risiko) di pasar terlihat dari kinerja bursa saham New York. Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 1,86%, S&P 500 ambles 2,2%, dan Nasdaq Composite jatuh 1,44%.
 
Investor ogah menyentuh instrumen berisiko akibat rilis data terbaru di AS. Pada Maret 2020, penjualan ritel di AS anjlok 8,7% dibandingkan bulan sebelumnya. Ini adalah koreksi terdalam sejak 1946!
 
"Para ekonom zaman sekarang tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi saat Depresi Besar pada 1930-an. Namun saat ini mereka sudah bisa mendapatkan gambarannya," kata Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Dalam proyeksi terbarunya, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam pada 2020 adalah -5,9%. Ini menjadi kontraksi terdalam sejak Depresi Besar.
 
Corona Bikin Celaka
Penyebabnya apalagi kalau bukan virus corona (Coronavirus Desease-2019/Covid-19). Bukan apa-apa, AS adalah negara dengan kasus corona terbanyak di dunia.

Mengutip Data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:14 WIB, jumlah pasien corona di AS adalah 637.359 orang. Hampir 31% dari total kasus corona di seluruh dunia yang berjumlah 2.060.927. 
 
Pesatnya penularan virus corona di Negeri Adidaya membuat pemerintahan di berbagai negara bagian memberlakukan pembatasan sosial (social distancing). Pabrik dan kantor yang bersifat non-esensial ditutup sementara, sekolah diliburkan, restoran tidak boleh melayani makan dan minum di tempat, dan berbagai larangan lain. Pokoknya tidak boleh ada kerumunan manusia, titik.

Ini membuat roda perekonomian berjalan sangat lambat dan memunculkan gelombang pemutusan hubungan kerja. Dalam tiga pekan, hampir 17 juta orang di AS menjadi korban PHK dan harus menggantungkan hidup dari tunjangan pengangguran yang diberikan pemerintah.

"Seiring kebijakan penanggulangan virus, berbagai negara memberlakukan karantina dan social distancing. Dunia memasuki fase Lockdown Besar (Great Lockdown). Magnitudo dan kesepakatan kejatuhan aktivitas bisnis mengikutinya, dan ini belum pernah dialami sepanjang hidup kita. Lockdown Besar adalah resesi terbesar setelah Depresi Besar, dan jauh lebih buruk ketimbang krisis keuangan global," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.
 
Pasar tenaga kerja di AS yang mengkerut akhirnya berdampak kepada konsumsi rumah tangga, kontributor lebih dari 70% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini terlihat dari penjualan ritel yang jatuh sejatuh-jatuhnya.

"Ekonomi sedang terjun bebas. Sepertinya kita baru mencapai dasar ketika infeksi virus corona sudah jauh lebih stabil. Ini menjadi dasar yang sangat dalam sehingga jalan untuk mendaki akan sangat terjal," kata Sung Won Sohn, Profesor Ekonomi di Loyola Marymount University di Los Angeles, seperti dikutip dari Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji) 

Rabu, 15 April 2020

Duh! Harga Emas Antam Hari Ini Turun Lagi Goceng, Ada Apa?

Duh! Harga Emas Antam Hari Ini Turun Lagi Goceng, Ada Apa?
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
PT Rifan Financindo - Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari Rabu (15/4/2020) turun 0,56% sebesar Rp 5.000 menjadi Rp 894.000/gram, dari harga hari sebelumnya Rp 899.000/gram.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam hari ini (15/4/2020), harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram merosot 0,56% berada di Rp 89,4 juta dari harga kemarin Rp 89,9 juta per batang.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam juga turun Rp 5.000 menjadi Rp 943.000/gram.

Harga emas Antam mengalami penurunan seiring dengan koreksi harga logam mulia emas dunia yang melemah 0,2% pada US$ 1.722,5/troy ons pada catatan pukul 09:10 WIB.

Sebelumnya, pada penutupan perdagangan kemarin harga emas dunia di pasar spot menguat 0,8% ke level US$ 1.727,55/troy ons, menyentuh level tertinggi baru dalam kurun 7 tahun, melansir dari CNBC Internasional.

Selain itu, koreksi harga emas Antam juga karena investor mulai masuk kembali ke aset berisiko (risk appetite) dan imbal hasil. Pada perdagangan kemarin IHSG membukukan kenaikan 1,78% ke level 4.706,49.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini juga turun 0,47% atau Rp 4.000 ditetapkan pada Rp 840.000/gram, dari posisi kemarin Rp 844.000/gram.Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.

Untuk jenis lain, Antam juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama.

Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.

Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut sudah termasuk PPh 22 0,9%. Masyarakat bisa menyertakan NPWP untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah yaitu 0,45%.

Beberapa faktor yang memengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.

Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri.
TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 14 April 2020

Terdampak Corona, IMF Potong Utang 25 Negara Miskin

Terdampak Corona, IMF Potong Utang 25 Negara Miskin
Foto: Reuters
Rifan Financindo - Dana Moneter Internasional (IMF) mengumumkan pengurangan nilai utang segera untuk 25 negara miskin guna membantu mereka membebaskan dana dalam memerangi pandemi virus corona (COVID-19).

"Ini memberikan hibah kepada anggota kami yang paling miskin dan paling rentan untuk menutupi kewajiban utang IMF mereka untuk fase awal selama enam bulan ke depan," ujar Direktur Pelaksana IMF Kristalina Kata Georgieva dalam sebuah pernyataan, Senin (13/4/2020), dikutip dari AFP.

Dewan IMF menyetujui pengurangan utang untuk negara-negara tersebut. Negara-negara yang mendapatkan hak tersebut hampir semuanya berada di Afrika. Namun ada juga Afghanistan, Yaman, Nepal, dan Haiti dalam daftar tersebut.

Kelompok negara-negara mapan sendiri sudah meminta IMF dan Bank Dunia untuk berhenti mengumpulkan pembayaran utang dari negara-negara miskin mulai dari 1 Mei 2020 hingga Juni 2021 mendatang.

Penghapusan utang akan didanai oleh IMF Containment and Relief Trust (CCRT), yang pertama dibentuk pertama kali untuk memerangi wabah Ebola Afrika Barat pada 2015 silam dan telah digunakan kembali untuk membantu negara-negara dalam melawan COVID-19.

IMF saat ini memiliki US$ 500 juta (Rp 7,8 triliun), dengan Jepang, Inggris, Cina, dan Belanda sebagai kontributor utamanya.

"Saya mendesak donor lain untuk membantu kami mengisi kembali sumber daya kepercayaan dan meningkatkan kemampuan kami untuk menyediakan layanan bantuan utang tambahan selama dua tahun penuh untuk negara-negara anggota termiskin," lanjut Georgieva.

Pekan lalu, Bank Dunia mengatakan akan menggelontorkan US$ 160 miliar dalam bantuan darurat selama 15 bulan untuk membantu negara-negara yang dilanda virus, termasuk US$ 14 miliar sebagai pembayaran utang dari 76 negara miskin kepada pemerintah lain.

Kasus pasien positif corona (COVID-19) di dunia kini mencapai 1.922.118 kasus, dengan angka kematian mencapai 119.553 kasus, dan pasien sembuh mencapai 443.801 kasus per Selasa (14/4/2020), menurut data Worldometers.(hps/hps)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan