Jumat, 17 April 2020

Harga Emas Global Diramal Tembus US$ 1.800/oz, Siap Borong?

Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan - Di tengah pandemi virus corona (Covid-19), bank investasi yang berbasis di Frankfurt, Jerman, Commerzbank AG memprediksi harga emas dunia bisa mencapai US$ 1.800/troy ons pada akhir tahun ini.

Mengacu aturan di pasar, satu troy ons setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 1.800 per troy ons yang diproyeksikan Commerzbank dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 57,88 per gram. Dengan asumsi kurs rupiah Rp 15.787/US$, maka prediksi harga emas berada di Rp 929.539/gram.

Prediksi ini sama dengan yang sudah disampaikan analis platform perdagangan online OANDA. "Reli [harga] emas terbatas karena optimisme [investor] terus tumbuh ketika puncak dari wabah virus corona sudah dekat," kata Ed Moya, analis OANDA, melansir Investing.com.

"Investor seharusnya tidak terkejut dengan volatilitas emas, dan sementara reli [harga emas] tampaknya sudah berada di titik jenuh beli, prospek kenaikan [bullish] tetap kuat," tambah Moya. "[Harga] emas akan mendapat dukungan cukup besar dari dari level
US$ 1.650/troy ons dan akhirnya menuju level US$ 1.800/troy ons."

 Pada perdagangan Kamis kemarin (16/4), harga emas dunia kembali menguat setelah turun dari rekor penutupan tertinggi sejak tahun 2012. Pada pukul 17:10 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.721/troy ons, menguat 0,33% di pasar spot, melansir data Refinitiv.


Rabu lalu, harga emas dunia berakhir melemah 0,69% dari rekor penutupan tertinggi sejak November 2012 US$ 1.727,7/troy ons sehari sebelumnya.

Analis dari Commerzbank mengatakan investor kini tidak hanya melihat emas sebagai aset aman (safe haven) tetapi juga "jalur penyelamatan terakhir" di tengah penyebaran penyakit virus corona (Covid-19), yang membuat negara-negara menggelontorkan stimulus fiskal dan moneter dalam jumlah besar.

Pandemi Covid-19 yang membawa perekonomian global ke resesi, akibat banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown), yang menyebabkan aktivitas ekonomi menurun bahkan terhenti.

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dalam laporan terbaru yang diberi judul The Great Lockdown, memperkirakan ekonomi global akan mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif (-3%) pada tahun ini. Anjlok 6,3 poin persentase dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari.

Lembaga yang berkantor pusat di Washington tersebut juga menyatakan krisis yang terjadi kali ini jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis finansial global tahun 2008.

"Ini adalah krisis yang tidak sama dengan krisis lainnya. Sekarang begitu banyak ketidakpastian tentang bagaimana hidup dan kehidupan manusia. Kita bergantung kepada epidemologi dari sang virus, efektivitas upaya pencegahan penularan, pengembangan vaksin, yang semuanya tidak mudah untuk diprediksi," sebut Gita Gopinath, Penasihat Ekonomi IMF.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini diprediksi sangat dalam, membuat investor kembali melihat emas sebagai aset aman (safe haven).

Selain itu, pandemi Covid-19 juga membuat bang sentral di berbagai negara menurunkan suku bunga acuan, hingga menerapkan kebijakan moneter yang tidak biasa (unconventional), guna menjaga likuiditas di perekonomian.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menjadi yang paling agresif, dengan membabat habis suku bunganya menjadi 0-0,25%, dan menerapkan kebijakan pembelian aset (quantitative easing/QE) dengan nilai tak terbatas.

Selain itu, pemerintah di berbagai negara juga menggelontorkan stimulus fiskal, yang terbesar lagi-lagi AS sang Negeri Adikuasa dengan nilai US$ 2 triliun.

Suku bunga rendah, kebijakan moneter unconventional, serta stimulus fiskal menjadi kondisi yang mendukung harga emas untuk terus menguat.

"Dampak parah dari lockdown ke perekonomian dan pasar keuangan, pemerintah dan bank sentral yang membanjiri perekonomian serta membengkaknya utang negara membuat permintaan emas meningkat sebagai safe haven dan jalur penyelamatan terakhir," kata Carsten Fritsch, analis Commerzbank sebagaimana dikutip Kitco.
"Oleh karena itu, kami menaikkan proyeksi harga emas di akhir tahun menjadi US$ 1.800/troy ons (dari sebelumnya US$ 1.650/troy ons). Proyeksi tersebut berdasarkan ekspektasi pandemi Covid-19 berhasil diatasi pada semester II, dan situasi di pasar mulai tenang" ujar Fritsch.
TIM RISET CNBC INDONESIA (tas/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar