Rabu, 01 April 2020

Rupiah di Rekor Terlemah Lawan Mata Uang Ini, Apa Saja?

Rupiah di Rekor Terlemah Lawan Mata Uang Ini, Apa Saja?
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Rifan FinancindoPandemi virus corona (COVID-19) menjadi mimpi buruk yang menjadi kenyataan bagi rupiah di bulan Maret.

Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE, hingga pagi ini kasus COVID-19 sudah "menyerang" 180 negara/wilayah, dengan lebih dari 850.000 terjangkit, 42.032 orang meninggal dunia dan 177.857 dinyatakan sembuh.

Sementara di Indonesia hingga Selasa kemarin sudah ada 1.528 kasus positif COVID-19, dengan 136 orang meninggal dunia dan 81 sembuh.

Akibat pandemi tersebut, banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) demi meredam penyebarannya. Dampaknya, aktivitas ekonomi menurun tajam, dan resesi kembali datang.

Lembaga pemeringkat internasional, Moody's Investor Services memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia atau G-20, akan terkontraksi tajam di tahun ini.

"Ekonomi negara G-20 akan mengalami guncangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada paruh pertama tahun ini dan akan berkontraksi pada tahun 2020 secara keseluruhan," tulis Moody's, dalam riset bertajuk Global Macro Outlook 2020-21, dikutip Kamis (26/3/2020).

Moody's memperkirakan, pertumbuhan ekonomi 2020 di negara-negara G-20 secara rata-rata akan minus 0,5%, jauh di bawah perkiraan pada proyeksi awal November lalu dengan estimasi pertumbuhan sebesar 2,6%.

Sementara Kepala Ekonom IHS Markit, Nariman Behravesh dan eksekutif direktur ekonomi global Sara Johnson dalam Global Economic Forecast Flash bulan Maret memberikan proyeksi jika Jepang sudah mengalami resesi, sementara AS dan Eropa akan menyusul di kuartal II-2020.

PDB AS diprediksi di tahun ini diprediksi akan berkontraksi 0,2%, zona euro 1,5% dan Jepang 0,8%. Sementara itu ekonomi China diprediksi hanya akan tumbuh 3,1%.

Akibat "hantu" resesi yang kembali bergentayangan, terjadi arus modal keluar (capital outflow) yang besar di RI. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat memberikan update tentang kondisi perekonomian terkini Selasa siang mengatakan dana asing masih pergi dari pasar Indonesia. Ia mengatakan, terjadi outflow atau aliran dana asing keluar hingga Rp 145,1 triliun.

"Terdiri dari outflow Rp 131,1 triliun di pasar SBN (Surat Berharga Negara) dan Rp 9,9 triliun di pasar saham," katanya.

Akibatnya, rupiah pun ambruk hingga mendekati level terlemah sepanjang sejarah, atau dengan kata lain dolar mendekati level terkuat sepanjang masa.
Jika dolar AS mendekati level terkuat sepanjang sejarah, beberapa mata uang lainnya justru sudah mencetak level terkuat sepanjang sejarah melawan rupiah.

Dolar Singapura (SG$)
Mata uang Negeri Merlion ini menyentuh level terkuat sepanjang sejarah Rp 11.506,32 pada perdagangan Selasa kemarin. Sejak akhir 2019 hingga 20 Februari lalu, dolar Singapura masih merosot lebih dari 5% dan menyentuh level terlemah sejak Juli 2017 Rp 9.738,78/SG$.

Tetapi sejak virus corona mulai menyebar secara masif rupiah langsung loyo dan dolar Singapura melesat naik hingga menyentuh rekor tertinggi Selasa kemarin. 21 Februari menjadi titik balik dolar Singapura, sejak saat itu hingga kemarin, total penguatan dolar Singapura lebih dari 18%.

Yen Jepang (JPY)
Yen mencapai rekor tertinggi sepanjang masa Rp 152,06/JPY di awal pekan ini. Yen merupakan mata uang yang dianggap aset aman (safe haven) sehingga ketika pandemi COVID-19 membuat pasar finansial bergejolak, nilai tukar yen terus menguat.

Sama dengan dolar Singapura, kurs yen mulai menajak sejak 21 Februari hingga di awal pekan kemarin ketika mencapai rekor tertinggi, tercatat yen melesat lebih dari 24%.

Sebelumnya pada 20 Februari, yen sebenarnya berada di level terlemah dalam lebih dari 2 tahun terakhir Rp 122,06/JPY.

Yuan China (CNY)
China udah berhasil mengatasi pandemi COVID-19. Laju penambahan kasus COVID-19 di China sudah jauh melambat, bahkan 0 untuk transmisi local. Kasus infeksi terbaru dilaporkan dari orang-orang yang datang ke China atau kasus impor.

Akibatnya kurs yuan China kini terus menguat melawan hingga menyentuh level terkuat sepanjang sejarah Rp 2.337,24/CNY pada 23 Maret lalu. Sejak 21 Februari hingga mencapai level terkuat tersebut, total yuan melesat nyaris 20%.

Sementara pada 20 Februari, yuan berada di level terlemah sejak Juni 2017 Rp 1.949,82/CNY.

Riyal Arab Saudi (SAR)

Sama dengan yuan China, kurs riyal Arab Saudi juga mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah pada 23 Marer lalu di Rp 4.425/SAR. Riyal juga mulai menguat pada 27 Januari, hingga ke rekor tersebut total riyal menguat lebih dari 22%.

Sementara pada 24 Januari, riyal masih berada di level terlemah 2 tahun Rp 3.615/SAR.

Bath Thailand (THB)

Bath juga mencapai level tertinggi sepanjang masa Rp 505,88/THB pada 23 Maret. Baht memulai tren penguatan sejak 24 Februari, hingga rekor tertinggi tersebut total bath menguat lebih dari 16%.

Pada 23 Februari, bath sebenarnya masih berada di level terlemah sejak November 2018 Rp 433,26. 

Rupiah sebenarnya sangat perkasa di awal tahun ini, bahkan menjadi mata uang terbaik di dunia menguat 2,29% terhadap dolar AS hingga 24 Januari lalu. Penguatan tersebut menjadi yang terbesar dibandingkan mata uang lainnya. Rupiah juga menguat melawan mata uang lainnya, tetapi pandemi COVID-19 akhirnya membuat rupiah berbalik arah.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar