Senin, 12 April 2021

Fear Index Turun Tajam, IHSG Tembus ke Atas 6.200 Pekan Ini?

foto : CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: ist

 

PT RifanIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses bangkit pada pekan lalu setelah sebelumnya melemah dalam 3 pekan beruntun. Di pekan ini, peluang IHSG melanjutkan kenaikan terbuka cukup lebar.

Sepanjang pekan lalu, IHSG menguat nyaris 1% ke 6.070,209. Dalam 5 hari perdagangan, IHSG mampu menguat sebanyak 3 kali. Data pasar menunjukkan investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 1,87 triliun, dengan nilai transaksi mencapai Rp 47,74 triliun dalam sepekan.

Rilis data cadangan devisa Indonesia yang turun dari rekor tertinggi serta Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang membaik tetapi masih belum menunjukkan optimisme mempengaruhi pergerakan IHSG pekan lalu. Namun, faktor eksternal lebih banyak mempengaruhi, khususnya pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street.

Pada pekan lalu Wall Street membukukan rekor tertinggi sepanjang masa. Ekspektasi pemulihan ekonomi AS yang akan lebih cepat dari prediksi, serta bank sentral AS (The Fed) yang menegaskan tidak akan merubah kebijakan moneternya dalam waktu dekat membuat Wall Street terus menanjak.

Indeks Dow Jones selama pekan lalu mampu melesat nyaris 2%, sementara S&P 500 lebih tinggi lagi, 2,7%. Indeks Nasdaq memimpin setelah meroket 3,1%.

Penguatan kiblat bursa saham dunia tersebut tentunya mengirim sentimen positif ke pasar Asia, termasuk IHSG. Apalagi pelaku pasar secara global kini semakin pede masuk ke pasar saham. Hal tersebut terindikasi dari penurunan indeks volatilitas (VIX) ke level terendah sebelum virus corona menyerang dunia.

VIX dianggap sebagai indikator ketakutan (fear index), ketika angkanya menurun artinya ketakutan pelaku pasar semakin berkurang. Sementara ketika posisinya menanjak, akan mencerminkan ketakutan para investor dan cenderung menghindari aset-aset berisiko.

Melansir data Refinitiv, VIX sepanjang pekan lalu turun 3,7% ke 16,69, level tersebut merupakan yang terendah sejak pertengahan Februari lalu. Seperti diketahui virus corona dinyatakan sebagai pandemi pada Maret 2020. Saat itu indeks VIX yang berada di bawah level 20, langsung meroket hingga ke atas 85.

Pada bulan Maret tahun lalu terjadi aksi jual masif di pasar obligasi global setelah Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi, di saat yang sama VIX meroket naik. Wall Street, bursa saham Eropa, hingga bursa Asia termasuk IHSG mengalami aksi jual.

Artinya, kenaikan VIX mencerminkan ketakutan pelaku pasar terhadap Covid-19. VIX kini sudah kembali ke bawah 20, atau level sebelum Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi, Sehingga menjadi indikasi pelaku pasar sudah tidak takut akan Covid-19.

Pergerakan Wall Street, VIX, kemudian yield Treasury AS akan menjadi penggerak IHSG di pekan ini dari eksternal, selain juga ada rilis data ekonomi yang dapat memberikan efek besar, seperti produk domestik bruto (PDB) China.

Sementara itu dari dalam negeri, ada data penjualan ritel dan neraca perdagangan yang bisa memberikan gambaran bagaimana pemulihan ekonomi Indonesia berjalan. Data tersebut tentunya juga akan mempengaruhi pergerakan IHSG.

IHSG Perlu Bertahan di Atas MA 100 Untuk Menguat Lebih Jauh

Secara teknikal, meski mampu membukukan penguatan sepanjang pekan lalu, tetapi IHSG masih tertahan rerata pergerakan 100 hari (moving average/MA100). MA 100 terbukti mampu menahan penguatan IHSG, sehingga akan menjadi kunci pergerakan di pekan ini.

Sementara itu, indikator Stochastic pada grafik harian berada di dekat wilayah jenuh jual (oversold).


jkse 
Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

MA 100 di kisaran 6.070-6.090 menjadi resisten terdekat. Jika mampu ditembus bahkan dengan konsisten di atas 6.100, IHSG berpeluang menguat ke 6.190 hingga 6.210 (kisaran MA 50). Bursa kebanggaan Tanah Air ini bisa melaju kencang di pekan ini jika mampu menembus MA 50 tersebut.

Sementara selama tertahan di bawah MA 100, IHSG berisiko turun ke 6.030, sebelum ke level psikologis 6.000. Penembusan di bawah level psikologis berisiko membawa IHSG merosot ke 5.890 di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 09 April 2021

IHSG Bakal Menguat, tapi Transaksi Sepi & Asing Masih Jualan

Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT Rifan Financindo - Pada perdagangan menjelang akhir pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih punya tenaga melanjutkan tren penguatan meskipun transaksi mulai menurun dan tekanan jual pelaku pasar asing.

Kamis kemarin, IHSG ditutup menguat 0,58% ke level 6.071,72 poin dengan nilai transaksi mencapai Rp 10,14 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,12 juta kali. Pelaku pasar asing tercatat melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 500,91 miliar.

Pengamat pasar saham MNC Asset Management, Edwin Sebayang menilai, di tengah cukup sepinya perdagangan di Wall Street, salah satu hari perdagangan tersepi di tahun 2021 ini ditandai volume perdagangan dibawah 10 miliar lembar saham.

Namun, kemarin indeks DJIA berhasil ditutup menguat tipis sebesar 0,17% dan jika dikombinasikan dengan naiknya harga komoditas seperti minyak sebesar 0,35%, emas 1,06% dan nikel 1,14% , maka berpotensi menjadi katalis pendorong IHSG melanjutkan penguatannya dalam perdagangan Jumat ini.

"IHSG diperkirakan akan bergerak pada rentang 6.020 - 6.130," kata Edwin Sebayang, dalam risetnya, Jumat (9/4/2021).

Sementara itu, kebijakan pemerintah untuk meniadakan mudik Lebaran pada periode 6 sampai 17 Mei diperkirakan akan kembali memukul kinerja emiten transportasi, perhotelan, dan tempat wisata di tahun 2021 ini.

Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas, M, Nafan Aji Gusta Utama menyatakan, berdasarkan rasio fibonacci, adapun support maupun resistance maksimum berada pada 6.027.60 hingga 6.114.21. Berdasarkan indikator, MACD masih menunjukkan sinyal negatif. Meskipun demikian, Stochastic dan RSI mulai berada di area netral.

"Di sisi lain, terlihat pola three advancing soldiers candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi penguatan pada pergerakan IHSG sehingga berpeluang menuju ke resistance terdekat ke depannya," katanya. (hps/hps)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 08 April 2021

The Fed Tegaskan Bunga Tetap Rendah, Gimana Nasib Rupiah?

valas
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

 

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Pelaku pasar menyambut baik kabar dari bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang baru saja mengumumkan notula rapat bulanan.

Pada Kamis (8/4/2021), US$ 1 dibanderol Rp 14.500 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah tipis 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Namun itu tidak lama, beberapa saat kemudian rupiah berhasil menembus zona hijau. Pada pukul 09:07 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.480 di mana rupiah menguat 0,07%.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi tipis 0,07% di hadapan dolar AS. Itu menjadi hari ketiga secara beruntun rupiah ditutup menguat 0,07%.

Hari ini, penguatan rupiah masih akan ditopang oleh sentimen eksternal. Dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed merilis notula rapat bulanan edisi Maret 2021. Rapat tersebut berlangsung pada 16-17 Maret 2021 dengan keputusan mempertahankan suku bunga acuan di 0-0,25%.

Dalam notula rapat, tergambar 'suasana kebatinan' dari Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega. Seluruh peserta rapat sepakat bahwa ekonomi AS memang semakin membaik, tetapi masih jauh dari target The Fed yaitu inflasi 2% secara berkelanjutan dan penciptaan lapangan kerja yang maksimal (maximum employment).

"Para peserta rapat menggarisbawahi bahwa sepertinya perlu waktu untuk mencapai kemajuan yang signifikan dalam mencapai target-target tersebut. Ke depan, jalan masih penuh ketidakpastian dengan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) tetap menjadi risiko," tulis notula itu.

Suku Bunga AS Bakal Tetap Rendah

Dengan ketidakpastian dan risiko itu, para pengambil keputusan di The Fed sepakat bahwa posisi (stance) kebijakan moneter saatKe ini masih layak (appropriate) untuk mengawal pemulihan ekonomi. Stance kebijakan saat ini boleh diblang ultra-longgar di mana suku bunga sangat rendah (mendekati 0%) dan likuiditas terus digelontorkan melalui quantitative easing.

"Kami berpikir akan ada sesuatu yang baru dari notula rapat, tetapi kami salah. The Fed sudah sangat trasparan mengenai di mana posisi mereka, dan mereka belum mau beranjak," kata Art Hogan, Chief Market Strategist di National Securities yang berkedudukan di New York (AS), seperti dikutip dari Reuters.

Notula rapat ini seakan menjadi penegasan bahwa sulit untuk berharap suku bunga bakal naik dalam waktu dekat. Sepertinya paling cepat 2023, seperti perkiraan awal. Sejauh ini, susah untuk melihat akan ada kejutan.

Suku bunga yang sepertinya masih bertahan di level rendah dalam waktu lama membuat dolar AS terpeleset. Pada pukul 07:37 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) melemah 0,04%.

Ketika suku bunga rendah, maka imbalan investasi aset-aset berbasis dolar AS (terutama yang berpendapatan tetap) menjadi ikut rendah. Daya pikat dolar AS jadi pudar sehingga rupiah dan mata uang lain punya ruang untuk menyalip.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 07 April 2021

Indeks Dolar AS Jeblok Lagi, Rupiah Bersiap ke Rp 14.420/US$

FILE PHOTO: U.S. dollar banknote is seen in this picture illustration taken May 3, 2018. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo
Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration

 

PT RifanRupiah sukses membukukan penguatan 2 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa kemarin. Meski demikian penguatannya masih tipis-tipis saja, tetapi masih berpeluang berlanjut pada hari ini, Rabu (7/4/2021).

Melansir data Refintiv, rupiah kemarin menguat tipis 0,07% ke Rp 14.500/US$ kemarin. Sehari sebelumnya, Mata Uang Garuda juga menguat dengan persentase yang sama.
Dolar AS yang sedang tertekan akibat rilis data tenaga kerja yang menunjukkan rata-rata upah per jam turun 0,1% di bulan Maret membuat rupiah mampu menguat. Upah merupakan faktor penting yang bisa menentukan tingkat inflasi, ketika rata-rata upah menurun, maka konsumen akan kemungkinan mengurangi belanja, dan tekanan inflasi menjadi berkurang.

Ketika tekanan inflasi berkurang, maka bank sentral AS (The Fed) akan mempertahankan kebijakan moneter ultra longgarnya. Hal tersebut membuat dolar AS tertekan, indeksnya merosot 0,46% pada hari Senin, dan kemarin juga turun 0,28%.

Penurunan indeks dolar AS dalam 2 hari beruntun tersebut membuka peluang berlanjutnya penguatan rupiah.

Sementara itu dari dalam negeri hari ini akan dirilis data cadangan devisa Indonesia bisa mempengaruhi sentimen pelaku pasar. Jika cadangan devisa kembali meningkat, artinya Bank Indonesia (BI) punya lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah saat terjadi gejolak, dan minim melakukan intervensi belakangan ini.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR persis berada di Rp 14.500/US$, yang bisa menjadi kunci pergerakan hari ini.

Rupiah berada di atas rerata pergerakan (moving average) MA 200 hari, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga masih akan tertekan.

Meski demikian, Kamis (1/4/2021) rupiah membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Potensi penguatan rupiah diperbesar dengan indikator stochastic yang berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.500/US$, jika mampu ditembus rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.470-14.450/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka ruang penguatan lebih jauh di pekan ini setidaknya menuju Rp 14.420 hingga 14.390/US$.

Namun, Selama tertahan di atas Rp 14.500/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.570 hingga 14.590/US$. Jika level tersebut dilewati, rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.700/US$ di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Selasa, 06 April 2021

Indeks Dolar AS Ambrol, Saatnya Rupiah Berlari Kencang!

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan Financindo BerjangkaNilai tukar rupiah menguat tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.510/US$ pada perdagangan Senin kemarin. Dolar AS sedikit mengalami tekanan pasca rilis data tenaga kerja pekan lalu.

Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (2/4/2021) melaporkan tingkat pengangguran di bulan Maret memang turun menjadi 6% dari bulan sebelumnya 6,2%, kemudian penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll) tercatat sebanyak 916.000 orang, terbanyak sejak Agustus 2020 lalu.

Tetapi ada satu yang mengganjal, rata-rata upah per jam turun 0,1% pada bulan lalu, setelah naik 0,3% di bulan sebelumnya. Padahal, upah merupakan komponen penting dalam pemulihan ekonomi AS, serta kenaikan inflasi.

Dengan penurunan rata-rata upah per jam tersebut, laju kenaikan inflasi kemungkinan akan terhambat. Apalagi pada bulan Februari lalu, inflasi AS (yang dicerminkan oleh Personal Consumption Expenditure/PCE inti) tumbuh di 1,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year). Pertumbuhan tersebut lebih lambat dibandingkan laju Januari 2021 yang sebesar 1,5%.

Inflasi PCE merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) untuk merubah kebijakan moneternya, ketika inflasi masih lemah, maka kebijakan moneter ultralonggar masih akan dipertahankan.

Alhasil, dolar AS melemah merespon data tersebut, dan rupiah berhasil menguat. Peluang penguatan rupiah untuk kembali menguat pada hari ini, Selasa (6/7/2021) terbuka cukup lebar melihat indeks dolar AS yang ambrol 0,46% pada perdagangan Senin. 

Dari dalam negeri, ada rilis data cadangan devisa Indonesia bisa mempengaruhi sentimen pelaku pasar. Jika cadangan devisa kembali meningkat, artinya Bank Indonesia (BI) punya lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah saat terjadi gejolak, dan minim melakukan intervensi belakangan ini.

Secara teknikal, tekanan bagi rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di atas Rp 14.500/US$, sehingga tekanan cukup besar.

Rupiah berada di atas rerata pergerakan (moving average) MA 200 hari, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.

Meski demikian, Kamis (1/4/2021) rupiah membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Potensi penguatan rupiah diperbesar dengan indikator stochastic yang berada di wilayah jenuh beli (overbought).

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.500/US$, jika mampu ditembus rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.470-14.450/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuka ruang penguatan lebih jauh di pekan ini setidaknya menuju Rp 14.420 hingga 14.390/US$.

Namun, Selama tertahan di atas Rp 14.500/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.570 hingga 14.590/US$. Jika level tersebut dilewati, rupiah berisiko melemah menuju Rp 14.700/US$ di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan