Rabu, 07 Mei 2025

Indeks Dolar AS Bertahan Menjelang Keputusan The Fed

Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak pergerakan Dolar AS (USD) terhadap enam mata uang utama lainnya, diperdagangkan di sekitar level 99,50 pada sesi Eropa pada hari Rabu (07/05). Indeks ini kembali menguat setelah sempat kehilangan lebih dari 0,50% pada sesi sebelumnya.

Penguatan Dolar Menjelang Keputusan Suku Bunga The Fed

Penguatan dolar terjadi di tengah kehati-hatian pasar menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang akan diumumkan pada sesi Amerika Utara. Diperkirakan, The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25–4,50% untuk ketiga kalinya secara berturut-turut pada pertemuan bulan Mei 2025. Langkah ini mencerminkan upaya bank sentral untuk menyeimbangkan indikasi inflasi yang mulai mereda dengan kondisi pasar tenaga kerja yang masih kuat serta meningkatnya ketidakpastian kebijakan perdagangan AS.

Kontraksi Ekonomi AS pada Kuartal Pertama

Ekonomi AS mengalami kontraksi pada kuartal pertama, dengan produk domestik bruto (PDB) menyusut pada tingkat tahunan sebesar 0,3%. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh lonjakan impor karena pelaku bisnis dan konsumen berlomba menyimpan barang menjelang kenaikan tarif yang diantisipasi. Meskipun pertumbuhan ekonomi melambat, indikator inflasi seperti Indeks Harga Konsumen (CPI) dan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) menunjukkan tekanan harga yang mulai mereda, sementara data ketenagakerjaan tetap kuat.

Namun, investor semakin mempertimbangkan potensi pelemahan kondisi ekonomi dalam beberapa bulan mendatang, seiring dengan tanda-tanda perlambatan yang muncul dari data ekonomi terbaru.

Pernyataan Ketua The Fed dan Ketegangan Perdagangan

Para pelaku pasar akan sangat memperhatikan pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, terutama di tengah meningkatnya ketegangan tarif dan tekanan politik baru dari Presiden Trump untuk memangkas suku bunga. Pernyataan Powell akan menjadi kunci dalam mengantisipasi arah kebijakan moneter ke depan.

Pertemuan AS-China di Jenewa

Secara paralel, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dan Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, dijadwalkan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, di Jenewa akhir pekan ini. Ini akan menjadi pertemuan tingkat tinggi pertama sejak AS menaikkan tarif, memperburuk ketegangan perdagangan global. Kementerian Perdagangan China telah mengonfirmasi partisipasinya setelah mengevaluasi proposal Washington berdasarkan masukan industri domestik dan sentimen global.

Kesimpulan

Indeks Dolar AS yang tetap bertahan di tengah dinamika ekonomi dan geopolitik menunjukkan ketahanan greenback sebagai mata uang safe-haven. Investor akan terus memantau kebijakan The Fed serta perkembangan dalam perundingan dagang AS-China sebagai indikator utama pergerakan selanjutnya.

Rabu, 16 April 2025

Saham Jepang Melemah, Indeks Nikkei 225 Turun 1,03% di Penutupan Perdagangan

 


Pasar saham Jepang ditutup melemah pada Rabu (16/4), di mana tekanan jual yang terjadi pada sektor Kertas & Pulp, Transportasi, serta Komunikasi menjadi penekan utama indeks. Indeks acuan Nikkei 225 turun 1,03% pada akhir sesi perdagangan di Tokyo, mencerminkan sentimen negatif yang melanda pasar.

Pelemahan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap prospek pertumbuhan korporasi serta pengaruh tekanan eksternal seperti fluktuasi nilai tukar dan harga komoditas global. Saham-saham dengan kapitalisasi besar juga ikut terseret, memperburuk koreksi indeks secara keseluruhan.

Meskipun mayoritas saham berada di zona merah, beberapa emiten tetap menunjukkan performa positif. Saham Toho Co., Ltd. (TYO:9602) memimpin penguatan dengan kenaikan signifikan sebesar 6,04% atau 461 poin, ditutup pada level 8.097,00. Disusul oleh Eisai Co., Ltd. (TYO:4523) yang naik 3,70% menjadi 3.865,00, serta Shimizu Corp. (TYO:1803) yang menguat 2,93% ke 1.372,00.

Namun demikian, tekanan jual yang tajam terlihat pada beberapa saham teknologi dan industri berat. Advantest Corp. (TYO:6857) menjadi yang paling merosot dengan penurunan 6,55% ke level 5.423,00. Saham SUMCO Corp. (TYO:3436), yang bergerak di bidang semikonduktor, turun 5,95% ke 856,20. Sementara itu, Toray Industries, Inc. (TYO:3402) melemah 4,39% ke posisi 883,00.

Secara keseluruhan, jumlah saham yang mengalami penurunan mencapai 2.264, melampaui jumlah saham yang menguat sebanyak 1.368, sementara 222 saham tercatat stagnan. Ketimpangan ini menandakan dominasi tekanan jual di bursa Tokyo.

Indeks volatilitas Nikkei, yang mengukur ekspektasi pasar terhadap volatilitas opsi Nikkei 225, turut mengalami penurunan sebesar 1,10% ke level 27,84, mengindikasikan bahwa walaupun tekanan masih terasa, pasar belum sepenuhnya panik.

Di sisi komoditas, harga minyak mentah berjangka untuk pengiriman Mei turun 0,82% atau 0,50 dolar menjadi $60,83 per barel. Sementara Brent untuk kontrak Juni melemah 0,71% ke $64,21 per barel. Di sisi lain, kontrak berjangka emas untuk Juni justru melonjak 2,21% atau 71,69 dolar ke $3.312,09 per troy ounce, mencerminkan minat investor terhadap aset lindung nilai di tengah meningkatnya ketidakpastian global.

Untuk pasar valuta asing, nilai tukar USD/JPY melemah 0,62% ke posisi 142,28, menandakan pelemahan dolar terhadap yen Jepang. Sebaliknya, EUR/JPY justru naik tipis 0,09% ke 161,60, menunjukkan adanya arus modal yang relatif stabil ke mata uang Eropa terhadap yen.

Pergerakan ini menegaskan bahwa investor saat ini lebih berhati-hati dan selektif dalam mengambil posisi, terutama di tengah ketidakpastian global dan tekanan geopolitik yang masih terus membayangi pasar finansial.

Senin, 14 April 2025

Saham Teknologi Eropa Melonjak 2,8%, Pasar Regional Menguat Setelah Pengecualian Tarif Trump

 


Pasar saham Eropa dibuka menguat tajam pada perdagangan Senin, menyusul kabar bahwa beberapa produk teknologi akan dibebaskan dari tarif impor Amerika Serikat. Sentimen ini membawa angin segar bagi investor, terutama di tengah ketidakpastian global yang dipicu oleh kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump yang kerap berubah-ubah secara ekstrem.

Indeks Stoxx 600 pan-Eropa tercatat naik 2,16% pada pukul 08.50 pagi waktu London, dengan seluruh sektor mencatat penguatan. Sektor teknologi memimpin kenaikan dengan lonjakan sebesar 2,88%, sementara saham energi dan gas naik 3,1%, serta sektor perbankan mencatat lonjakan sebesar 3,3%. Lonjakan ini menjadi dorongan penting bagi pasar regional yang sempat tertekan selama April akibat kekhawatiran akan tarif dagang dan perlambatan ekonomi global.

Kebijakan tarif Trump yang agresif telah menciptakan volatilitas tinggi di pasar ekuitas global. Meski mengawali tahun dengan performa yang kuat dan sempat mengungguli pasar AS, indeks Stoxx 600 anjlok lebih dari 8% sepanjang April. Sebagai perbandingan, indeks S&P 500 di Wall Street mencatat penurunan sebesar 4,43% pada periode yang sama.

Dalam perkembangan terbaru, pemerintah AS mengumumkan pengecualian sementara terhadap tarif bagi sejumlah perangkat seperti smartphone, komputer, serta komponen dan perangkat elektronik lainnya. Berdasarkan panduan dari Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS, terdapat 20 kategori produk yang tidak dikenakan tarif 125% terhadap impor dari Tiongkok, maupun tarif dasar 10% untuk impor dari negara lain. Namun, tarif sebesar 20% terhadap seluruh barang asal Tiongkok masih tetap diberlakukan.

Presiden Trump juga menyatakan akan mengumumkan tarif khusus untuk impor semikonduktor dalam sepekan mendatang, menurut laporan NBC News. Ini menambah lapisan ketidakpastian, terutama di sektor teknologi global yang sangat bergantung pada rantai pasok lintas negara.

Pertanyaan utama yang masih menggantung di pasar adalah seberapa lama jeda terhadap rencana tarif "resiprokal penuh" ini akan bertahan, dan bagaimana masing-masing negara akan merespons tanpa langsung melancarkan tindakan balasan. Uni Eropa sendiri telah menangguhkan rencana tarif balasan selama 90 hari sebagai bentuk itikad untuk membuka ruang dialog dan negosiasi, meskipun belum jelas arah hasil dari pembicaraan ini.

Secara keseluruhan, sentimen pasar saat ini masih dibayangi oleh dinamika kebijakan perdagangan AS yang tidak konsisten. Namun untuk sementara, kabar pengecualian tarif ini menjadi katalis positif yang mengangkat saham teknologi dan memperkuat bursa Eropa secara menyeluruh, di tengah musim laporan keuangan kuartalan yang mulai bergulir.

Kamis, 10 April 2025

Indeks Hang Seng Melonjak 2,1% di Tengah Optimisme Terkait Kebijakan Dukungan Ekonomi Tiongkok

 

Indeks Hang Seng mencatat lonjakan signifikan sebesar 417 poin atau 2,1% dan ditutup pada level 20.682 pada hari Kamis. Ini merupakan kenaikan untuk hari ketiga berturut-turut, yang mencerminkan keyakinan pasar bahwa Tiongkok akan mengambil langkah konkret untuk melindungi perekonomiannya dari dampak kenaikan tarif terbaru yang diberlakukan oleh Amerika Serikat.

Kenaikan tajam ini terjadi meskipun Washington baru saja menaikkan tarif atas barang-barang asal Tiongkok dari 104% menjadi 125%. Pelaku pasar tampak optimistis bahwa Beijing tidak akan tinggal diam. Sentimen positif diperkuat oleh rilis Buku Putih oleh pemerintah Tiongkok yang menegaskan kesediaannya untuk menjalin dialog dengan AS demi meredakan ketegangan dagang, sembari menegaskan bahwa negara tersebut siap mengambil tindakan tegas demi mempertahankan kepentingan nasional.

Selain itu, laporan bahwa para pemimpin tinggi Tiongkok tengah menggelar pertemuan penting untuk membahas langkah-langkah stimulus ekonomi tambahan semakin memicu ekspektasi pasar. Otoritas pengatur juga dikabarkan tengah mengeksplorasi kebijakan baru guna meredakan volatilitas pasar keuangan domestik, sebuah sinyal kuat bahwa intervensi terukur sedang dipersiapkan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.

Dari sisi data ekonomi, inflasi konsumen pada bulan Maret menunjukkan penurunan tahunan yang sangat moderat sebesar 0,1%, jauh lebih kecil dibanding penurunan 0,7% pada Februari dan juga lebih baik dari ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan tipis. Data ini memberi ruang lebih bagi bank sentral dan otoritas fiskal Tiongkok untuk melanjutkan kebijakan akomodatif tanpa tekanan inflasi berlebihan.

Seluruh sektor dalam indeks Hang Seng mencatatkan kenaikan, dipimpin oleh saham teknologi dan kendaraan listrik yang melonjak tajam. Lonjakan ini juga didukung oleh rekor pembelian saham oleh investor daratan utama melalui jalur Stock Connect yang mencapai HKD 35,5 miliar pada hari Rabu, menunjukkan kepercayaan yang kuat terhadap prospek pasar saham Hong Kong.

Beberapa saham yang mencatatkan kenaikan signifikan antara lain Kuaishou dengan kenaikan 4,7%, Trip.com naik 4,0%, Li Auto melonjak 5,6%, dan Geely menguat 4,9%. Pergerakan ini mencerminkan antusiasme investor terhadap sektor-sektor yang dianggap memiliki potensi pertumbuhan tinggi dan menjadi prioritas dalam transformasi ekonomi jangka panjang Tiongkok.

Dengan kombinasi sentimen positif dari kebijakan domestik, sinyal keterbukaan terhadap dialog dagang, serta data ekonomi yang mendukung, pasar saham Hong Kong berhasil mencatatkan reli kuat dan menunjukkan ketahanan yang luar biasa di tengah tekanan eksternal.

Kamis, 27 Maret 2025

Harga Minyak Naik di Tengah Risiko Pasokan Ketat; Dampak Tarif Otomotif Trump Masih Diperdebatkan

 


Harga minyak naik tipis pada Kamis akibat kekhawatiran atas ketatnya pasokan global setelah ancaman tarif AS terhadap pembeli minyak Venezuela dan sanksi yang lebih dulu diterapkan terhadap pembeli minyak Iran. Sementara itu, para pelaku pasar masih menimbang dampak tarif otomotif terbaru yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Kontrak berjangka Brent naik 7 sen, atau 0,1%, menjadi $73,86 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 10 sen, atau 0,1%, ke level $69,75 per barel pada pukul 04:06 GMT.

Pada Rabu, harga minyak sempat naik sekitar 1% setelah data pemerintah AS menunjukkan penurunan stok minyak mentah dan bahan bakar pekan lalu, ditambah ancaman AS untuk mengenakan tarif pada negara-negara yang membeli minyak Venezuela.

"Kenaikan harga baru-baru ini tampaknya memperhitungkan isu tarif terhadap pembeli minyak Venezuela. Kami telah lama menyatakan bahwa kebijakan Trump terhadap Iran dan Venezuela menjadi risiko terbesar bagi lonjakan harga minyak, dan saat ini hal itu mulai terlihat," kata Suvro Sarkar, kepala sektor energi di DBS Bank.

Sumber industri menyebutkan bahwa Reliance Industries, operator kompleks penyulingan terbesar di dunia yang berbasis di India, akan menghentikan impor minyak Venezuela setelah pengumuman tarif tersebut.

Namun, menurut Sarkar, DBS tidak memperkirakan harga minyak akan kembali ke level tertinggi yang terlihat pada awal 2025. Ia menekankan bahwa ketidakpastian kebijakan AS dan perang tarif berpotensi kembali mengguncang pasar di masa mendatang.

Di sisi lain, pelaku pasar juga tengah mengevaluasi dampak tarif 25% yang diberlakukan Trump terhadap mobil dan truk ringan impor mulai pekan depan. Meskipun kebijakan ini dapat meningkatkan harga kendaraan dan berpotensi mengurangi permintaan minyak, ada juga pandangan bahwa kebijakan ini justru bisa memperlambat peralihan ke kendaraan ramah lingkungan.

"Berita tentang tarif otomotif Trump bisa menjadi keuntungan bersih bagi minyak mentah, karena kenaikan harga mobil baru akibat tarif ini akan memperlambat peralihan ke model yang lebih hemat bahan bakar," ujar Tony Sycamore, analis pasar di IG.

Sementara itu, survei Federal Reserve Dallas menunjukkan bahwa aktivitas minyak dan gas AS sedikit meningkat pada kuartal pertama, tetapi para eksekutif energi tetap pesimis terhadap prospek sektor ini. Kebijakan tarif Trump terhadap baja dan aluminium juga dikhawatirkan akan meningkatkan biaya pengeboran serta konstruksi pipa, yang berpotensi menekan industri energi dalam jangka panjang.