Jumat, 08 Juni 2018

Saran KEIN ke Jokowi soal Penerapan Ekonomi Pancasila | Rifanfinancindo Palembang

Foto: Moch. Solehudin/Detikcom
Rifanfinancindo - Pertumbuhan ekonomi sebaiknya tidak hanya dipandang dari sisi pencapaian angka statistik, namun lebih fokus pada kualitasnya. Sebab pada akhirnya, tujuan pertumbuhan ekonomi sejatinya adalah demi kesejahteraan dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara adil dan merata.

Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Arif Budimanta, mengatakan saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih memiliki sejumlah tantangan, misalnya struktur perekonomian nasional masih didominasi oleh Pulau Jawa.

"Kontribusinya masih lebih dari 50% atau lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain," ujarnya dalam focus group discusion (FGD) untuk membahas terkait Sistem Ekonomi Pancasila, di Hotel Preanger, Kota Bandung, Kamis (7/6/2018).
Menurutnya, banyak yang harus dilakukan agar sistem ekonomi Pancasila ini bisa terwujud. Indonesia ini butuh sistem ekonomi yang bisa membebaskan bangsa ini dari perangkap sistem kapitalis. 

"Karena sekarang yang menang itu kapitalisme, padahal dulu (sistem kapitalis) itu kita lawan," ujarnya.

Menurut Arif, untuk mewujudkan sistem ekonomi Pancasila, harus ada sub sistem-sub sistem yang mengaturnya. Namun juga harus ada konsesus nasional yang bisa menjadi landasan untuk menjalankan sistem ekonomi ini.

"Orang kaya itu boleh berusaha, tapi negara harus hadir untuk memberikan kesempatan yang di bawah naik. Sehingga standar kehidupannya tidak jauh," ucapnya.

Setelah ada konsesus yang disepakati secara nasional, selanjutnya perlu dibentuk institusi yang bisa mengawal jalannya sistem ini.

"Kalau kemudian ada konsesus nasional yang kita perlukan crafting institusinya. Sosial market di Jerman landasannya bukan undang-undang tapi konsensus. Jadi prinsipnya dalam perspekstif kita adalah gotong royong.Jadi banyak PR yang harus dilakukan. Kita yakin bisa crafting konsep dan institusinya," jelasnya.

Masalah ini sangat penting untuk diperhatikan agar tercipta pembangunan yang berkualitas, yaitu lebih merata. Kata Arif, pemerintahan Presiden Joko Widodo terus berupaya mengoreksi kondisi ini, sehingga pembangunan dapat dinikmati oleh masyarakat di seluruh negeri.
Untuk mengatasi situasi tersebut, Arif menyarankan agar pemerintah fokus menggali potensi, masalah, serta strategi pengembangan wilayah sesuai karakteristik masing-masing daerah. Selama ini, kata dia, model pembangunan yang diterapkan berorientasi pada pusat, bukan berbasis regional.

Melalui cara seperti ini, dia meyakini bahwa pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih berkualitas. "Pertumbuhan bukan lagi sekadar pencapaian tingginya angka statistik, tetapi lebih merata," paparnya.

Menurut Arif, pemerintah telah berupaya mewujudkan rencana strategis tersebut melalui sejumlah program. Di antaranya melalui pembangunan infrastruktur jalan di kawasan perbatasan demi memudahkan mobilitas warga, memajukan ekonomi daerah, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Hingga 2018, data Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) di antaranya menyebutkan total panjang jalan yang dibangun di Kalimantan telah sepanjang 1.920 kilometer, Papua 1.098 kilometer dan Nusa Tenggara Timur 176 kilometer. Selain itu, sejumlah kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus juga telah dibangun di sejumlah provinsi, dari Sumatera Utara hingga Nusa Tenggara Barat.

"Tak kalah pentingnya, kebijakan BBM (bahan bakar minyak) satu harga juga sangat membantu daya jangkau masyarakat, sehingga mengurangi tekanan ekonomi dari belanja energi," ungkapnya.

Sementara itu, pengamat ekonomi Unpas, Acuviarta Kartabi, menyebut masalah yang saat ini dihadapi adalah ketimpangan ekonomi. Di Jawa Barat contohnya ketimpangan antara kaya dan miskin cukup tinggi.

Dari sepuluh kota besar dengan ketimpangan pendapatan tinggi, tiga di antaranya ada di Jawa Barat. Seperti Tasikmalaya, Kota Bandung dan Kota Bekasi. Ketimpangan pendapatan ini juga tidak sebanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi.  

"Fakta-fakta lain bahwa kita tidak melihat dari sisi indikator pertumbuhan ekonomi. Di Jabar pengangguran paling tinggi di Kabupaten Bekasi, padahal pusat pertumbuhan ekonomi Bekasi itu tinggi. Jadi ini tidak berbanding lurus," ujarnya.

Budayawan Hawe Setiawan menyarankan, perlu ada kejelasan menyangkut arti dari kata keadilan untuk mengembangkan Sistem Ekonomi Pancasila. Karena dia melihat keadilan sosial yang ada dalam sila ke lima masih bermasalah.

"Keadilan sosial masih bermasalah, bukan hanya di tataran praktik tapi juga tataran konsep juga. Sistem ekonomi Pancasila, barangkali pikiran kita tentang keadilan sosial tadi perlu diperjelas," ujarnya.

Tapi Hawe melihat, sistem ekonomi Pancasila bisa berkembang asal anak-anak muda bangsa ini mampu menggerakkan roda perekonomian. Menurut anak muda yang membentuk komunitas dan memperkuat jejaring menjadi jantung harapan terwujudnya ekonomi Pancasila.

"Jantung harapan kita dari pemuda-pemuda yang membantun komunitas dan memperkuat jaringan," ucapnya.

Sumber : Detik
Lihat : Info Lowongan
       
Baca Juga :

Kamis, 07 Juni 2018

Ini Daftar Pembangunan Infrastruktur Prioritas di 2019 | Rifan Financindo Palembang

Foto: Dok. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk

Rifan Financindo - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan akan berupaya keras agar target pembangunan infrastruktur 2015-2019 bisa tercapai pada tahun 2019. Di tahun 2019 nanti, pelaksanaan dan prioritas pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh Kementerian PUPR akan terfokus pada lima hal.

Pertama, meningkatkan kegiatan infrastruktur berbasis masyarakat (padat karya), pembangunan irigasi kecil, pengembangan air minum dan sanitasi, pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) dan penataan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.

Kedua kegiatan preservasi jalan Lintas Timur, Barat dan Tengah Sumatera, peningkatan dan preservasi jalan Trans Papua dan Kalimantan, dan penggantian jembatan pada lintas utama.

Ketiga, pembangunan Bendungan baru, penyelesaian pembangunan bendungan lanjutan dan irigasi, pengembangan air baku, pengendalian banjir dan pengamanan pantai, dan pengendalian lumpur Sidoarjo.

Keempat, pelaksanaan sertifikasi tenaga kerja konstruksi, dan Komite Keselamatan Konstruksi (K3). Dan kelima, dukungan strategi pengembangan infrastruktur kota baru, dan pengembangan kawasan khusus.

Untuk mengoptimalkan belanja anggaran tahun 2019, Basuki memberi tiga arahan dalam penyusunan program di Kementerian PUPR.

"Pertama, proyek yang sudah dikerjakan tidak boleh ada yang berhenti dan diselesaikan sesuai rencana. Kedua, tidak ada usulan pembangunan infrastruktur yang multi years kecuali bendungan. Ketiga, besaran belanja barang tidak boleh lebih besar dari tahun 2017," katanya dalam keterangan resmi, seperti dikutip Rabu (7/6/2018).

Adapun pagu kebutuhan berdasarkan surat Menteri PUPR kepada Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan tanggal 6 April 2018 sebesar Rp 138,3 triliun. Kemudian pada tanggal 16 April 2018 keluar Surat Bersama Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan tentang besaran pagu indikatif Kementerian PUPR sebesar Rp 102,01 triliun, ditambah dengan alokasi anggaran Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) melalui skema Availability Payment (AP) sebesar Rp 5,1 triliun.

Berdasarkan pagu penyesuaian sebesar Rp 102,01 triliun, diantaranya alokasi untuk bidang Sumber Daya Air (SDA) sebesar Rp 38,9 triliun, Bina Marga sebesar Rp 39,2 triliun, Cipta Karya sebesar Rp 13,4 triliun, dan Penyediaan Perumahan sebesar Rp 7,8 triliun.

Sumber : Detik
       
Baca Juga :

Rabu, 06 Juni 2018

PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Inflasi Mei Terkendali Didukung Harga Bahan Pokok yang Terjaga

Tumpukan beras untuk memenuhi kebutuhan warga selama bulan puasa dan lebaran di Gudang Beras Cipinang, Rabu (16/5/2018).

PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA - Bank Indonesia menegaskan, turunnya inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) per Mei 2018 didorong rendahnya harga kebutuhan pokok (volatile food) dan komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices).

Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Mei 2018 sebesar 3,23 persen (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,41 persen (yoy).

"Inflasi volatile food sempat meningkat di akhir tahun 2017. Namun, di awal tahun 2018 memasuki hari-hari besar keagamaan inflasi justru mulai melambat," ujar Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Reza Anglingkusumo, Selasa (5/6/2018).

Inflasi, ia melanjutkan, cenderung terjaga di seluruh provinsi di Indonesia. Ada pun inflasi terendah terjadi di kawasan Bali dan Nusa Tenggara sebesar 2,9 persen.

Ada pun provinsi dengan inflasi tertinggi adalah Sulawesi sebesar 3,31 persen.

"Tidak ada di provinsi kita yang inflasinya tinggi, seluruhnya terjaga di antara 3,5 plus minus 1 persen," ujar dia.

Sementara itu, inflasi volatile food juga relatif terjaga di bawah 5 persen. Meski demikian, ada beberapa wilayah yang perlu diwaspadai seperti Banten, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Tapi secara umum volatile food masih terjaga di bawah 5 persen. Untuk daerah-daerah yang patut diwaspadai tersebut pun bukan didorong oleh keterbatasan produksi, tetapi faktor lain seperti biaya distribusi yang juga dapat mengatrol harga bahan pokok," kata Reza.

Menurut dia, inflasi volatile food yang terkendali didukung dengan perkembangan harga beberapa komoditas yang berada di bawah rata-rata historisnya selama 3 tahun terkahir.

Selain itu, penerapan Harga Eceran Tertinggi (HET) juga menjadi faktor lain yang menjaga inflasi tetap rendah.

"Beras dan produk holtikultura, seperti cabe dan bawang, harganya cenderung terkendali. Kalau beras karena sudah ada kebijakan impor beras yang menjaga stabilitas harga, sementara untuk panen cabai pada masa panen kali ini cenderung bagus sehingga pasokannya terjaga," ujarnya.

Sumber : Kompas
Lihat : Info Lowongan 
       
Baca Juga :

Selasa, 05 Juni 2018

Saham Apple hingga Amazon Bawa Wall Street ke Zona Hijau | Rifanfinancindo Palembang



Rifanfinancindo - Saham-saham di Wall Street berakhir lebih tinggi pada Senin (Selasa pagi WIB), karena kenaikan saham-saham sektor peritel dan teknologi mendorong pasar secara keseluruhan. 

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 178,48 poin atau 0,72%, menjadi ditutup di 24.813,69 poin. Indeks S&P 500 meningkat 12,25 poin atau 0,45%, menjadi berakhir di 2.746,87 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup bertambah 52,13 poin atau 0,69%, menjadi 7.606,46 poin.

Menurut Budi, tabungan Felas berupaya menangkap momentum dari melimpahnya mata uang asing. Apalagi, bunga yang ditawarkan perusahaan untuk tabungan valas ini mencapai tiga persen.

"Dengan produk ini, kami berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menabung, bertransaksi, dan berinvestasi dalam mata uang asing. Dalam lima tahun pertama, kami membidik hampir 50.000 nasabah baru Tabungan Felas," jelasnya.

Tabungan Felas tersebut diperuntukkan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) maupun Warga Negara Asing (WNA). Segmen nasabah yang diincar, yaitu dari kalangan para profesional muda, wirausaha, terutama di bidang ekspor impor, investor, nasabah prioritas, hingga ibu rumah tangga.

Beberapa pengecer termasuk di antara para pemain terbaik di Wall Street. Saham Target melonjak 4,88%, sementara saham Kohl's Corporation dan Macy's Inc masing-masing menguat 4,67% dan 4,33% pada penutupan pasar.

Indeks Komposit Nasdaq membukukan rekor penutupan tertinggi dipimpin oleh saham Apple dan Amazon. Saham Apple dan Amazon, masing-masing naik 0,84% dan 1,45%.

Sementara itu, saham Microsoft berakhir 0,87% lebih tinggi, setelah raksasa perangkat lunak itu mengumumkan rencana untuk mengakuisisi platform pengembang perangkat lunak GitHub senilai USD7,5 miliar.

Kenaikan indeks-indeks utama mengikuti sesi yang kuat pada Jumat (1/6) ketika Dow ditutup 0,90% lebih tinggi, S&P 500 naik 1,08% dan Nasdaq menguat 1,51%, setelah rilis laporan pekerjaan Amerika Serikat.

Sumber : CNN Indonesia

Lihat : Info Lowongan 
       
Baca Juga :

Senin, 04 Juni 2018

Utang BUMN Penugasan Terpantau Meningkat Drastis | RIFAN FINANCINDO

Foto: Tim Infografis, Andhika Akbarayansyah

RIFAN FINANCINDO - Keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) khususnya di bidang konstruksi yang mendapat tugas dari pemerintah untuk membangun infrastruktur kembali menarik perhatian, setelah menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku menaruh perhatian pada perusahaan-perusahaan tersebut.

Apa lagi, beberapa waktu yang lalu lembaga pemeringkat Standard & Poors juga menyoroti utang dari empat BUMN konstruksi terbesar yang meningkat drastis.

Dengan melihat laporan keuangan keempat BUMN konstruksi tersebut dari sisi utangnya. Rata-rata total kewajiban atau liabilitas keempat BUMN konstruksi yang tercatat di pasar modal memang meningkat cukup drastis. 
Pertama, PT Waskita Karya Tbk (WSKT), pada 2014 jumlah liabilitas perusahaan sebesar Rp 9,77 triliun yang terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 7,7 triliun dan jangka panjang Rp 2,05 triliun. Di 2015, jumlah liabilitas WSKT naik menjadi Rp 20,6 triliun, terdiri dari jangka pendek Rp 13,6 triliun dan jangka panjang Rp 6,9 triliun.

Lalu pada 2016 jumlah liabilitas WSKT kembali meningkat menjadi Rp 44,69 triliun, terdiri dari jangka pendek Rp 31,28 triliun dan jangka panjang Rp 13,37 triliun. Kemudian di 2017 jumlah liabilitasnya kembali meningkat menjadi Rp 75,14 triliun, terdiri dari Rp 52,3 triliun liabilitas jangka pendek dan Rp 22,8 triliun jangka panjang. Jika dihitung dari 2014 hingga 2017 jumlah liabilitas WSKT naik 669%.

Kedua, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) pada 2014 jumlah liabilitasnya mencapai Rp 11,03 triliun yang terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 8,47 triliun dan jangka panjang Rp 2,55 triliun. Pada 2015 jumlah liabilitasnya naik menjadi Rp 14,16 triliun, terdiri dari Rp 10,59 jangka pendek dan Rp 3,5 triliun jangka panjang.

Lalu pada 2016 jumlah liabilitas WIKA naik lagi menjadi Rp 18,6 triliun yang terdiri dari liabilitas janga pendek Rp 14,9 triliun dan jangka panjang Rp 3,7 triliun. Sementara di 2017 naik menjadi Rp 31,05 triliun, terdiri dari Rp 25,9 triliun jangka pendek dan Rp 5 triliun jangka panjang. Jika dihitung jumlah liabilitas WIKA selama 3 tahun naik 181,5%.

Ketiga, PT Adhi Karya Tbk (ADHI), pada 2014 jumlah liabilitas perusahaan sebesar Rp 8,8 triliun yang terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 7,04 triliun dan jangka panjang Rp 1,77 triliun. Di 2015 jumlah liabilitas ADHI naik menjadi Rp 11,59 triliun, terdiri dari jangka pendek Rp 9,4 triliun dan jangka panjang Rp 2,18 triliun.

Lalu pada 2016 jumlah liabilitas PTPP kembali meningkat menjadi Rp 20,43 triliun, terdiri dari jangka pendek Rp 15,8 triliun dan jangka panjang Rp 4,55 triliun. Kemudian di 2017 jumlah liabilitasnya kembali meningkat menjadi Rp 27,53 triliun, terdiri dari Rp 20,6 triliun liabilitas jangka pendek dan Rp 6,83 triliun jangka panjang. Jika dihitung kenaikan jumlah liabilitas PTPP dari 2014 ke 2017 sebesar 124,9% .

Sumber: Detik

Info Lowongan Kerja

Baca Juga :