Senin, 11 Februari 2019

Harga Emas Dunia Lanjut di Jalur Pendakian - PT Rifan Financindo

Harga Emas Dunia Lanjut di Jalur Pendakian
PT Rifan Financindo - Harga emas dunia melanjutkan tren kenaikan di perdagangan hari ini. Sejak awal tahun, harga sang logam mulia sudah melonjak lumayan tajam.

Pada Senin (11/2/2019) pukul 08:26 WIB, harga emas dunia naik 0,03%. Dalam sepekan terakhir, harga komoditas ini sudah naik 0,27%.

Sedangkan sejak awal tahun, harga emas melesat dengan penguatan 2,47%. Namun dibandingkan posisi setahun lalu, harga masih terkoreksi 0,57%.

Berikut perkembangan harga emas dunia:  

(aji/aji)


Kamis, 07 Februari 2019

Aduh, Rupiah Kini Terlemah di Asia... | Rifanfinancindo

Aduh, Rupiah Kini Terlemah di Asia... 
Rifanfinancindo - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan pasar spot hari ini semakin menjadi. Minimnya sentimen positif membuat mata uang Tanah Air tidak bisa berbuat banyak. 

Pada Kamis (7/2/2019) pukul 09:02 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 13.975. Rupiah sudah melemah 0,42% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Padahal kala pembukaan pasar, depresiasi rupiah tipis saja di 0,06%. Seiring perjalanan pasar, rupiah terus melemah seolah tanpa rem. 

Sesaat setelah pembukaan pasar, rupiah berada di urutan kedua terbawah klasemen mata uang Asia. Namun dengan pelemahan 0,42%, mau tidak mau posisi rupiah melorot menjadi juru kunci. 

Memang yuan China mencatatkan depresiasi lebih dalam. Namun pasar keuangan Negeri Tirai Bambu masih tutup memperingati Tahun Baru Imlek, sehingga kurs yuan masih mencerminkan posisi akhir pekan lalu. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 09:04 WIB:

Mata UangKursPerubahan (%)
 USD/HKD 7.85-0.01
 USD/IDR 13,975.000.42
 USD/INR 71.620.11
 USD/JPY 109.78-0.16
 USD/KRW 1,122.770.20
 USD/MYR 4.09-0.07
 USD/PHP 52.330.08
 USD/SGD 1.360.01
 USD/THB 31.290.13
 USD/TWD 30.790.03
 USD/CNY 6.740.70



 
Dari dalam negeri, sentimen negatif buat rupiah adalah penantian investor terhadap data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang rencananya dirilis esok hari. Bank Indonesia (BI) memperkirakan NPI kuartal IV-2018 bisa surplus, tetapi defisit di transaksi berjalan (current account) masih cukup lebar di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).  

Artinya, pasokan devisa yang berjangka panjang dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa masih seret. Padahal ini adalah fundamental penting yang menyokong rupiah, dibandingkan arus modal portofolio alias hot money yang bisa datang dan pergi sesuka hati. 

Dengan kondisi fundamental yang agak rentan, rupiah pun ikut rawan terdepresiasi. Investor tentu menjadi berpikir ulang untuk mengoleksi rupiah, karena nilainya berisiko turun pada kemudian hari. 

Selain itu, harus diakui bahwa penguatan rupiah beberapa waktu terakhir sedikit 'keterlaluan'. Rupiah menguat hingga 3% terhadap dolar AS sejak awal tahun. Di hadapan mata uang lain di dunia, rupiah juga menguat signifikan.

Ini membuat rupiah sangat mungkin terserang koreksi teknikal. Sebab investor yang sudah menang banyak tentu akan tergoda untuk mencairkan keuntungan. Rupiah pun rawan terkena ambil untung (profit taking).

Sementara dari faktor eksternal, dolar AS sendiri memang sedang menguat secara global. Pada pukul 09:13 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini melesat 0,88%.

Menurut survei Reuters, ternyata dolar AS belum kehilangan pesonanya. Dalam jajak pendapat yang hasilnya dirilis 2 Februari lalu, investor justru menambah posisi jangka panjang mereka di mata uang Negeri Paman Sam. Artinya, pelaku pasar masih percaya terhadap dolar AS.

Pada pekan terakhir 2018, posisi jangka panjang di dolar AS mencapai US$ 32,48 miliar. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu US$ 29,72 miliar.

Sepertinya investor masih ragu terhadap prospek perekonomian di Asia, Eropa, dan wilayah lainnya. Potensi perlambatan ekonomi di China dan Zona Euro membuat pemilik modal masih berhasrat untuk memegang dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)




Rabu, 06 Februari 2019

Awas, RI & Swiss Punya Senjata Baru Berantas Kejahatan Pajak | Rifan Financindo

Awas, RI & Swiss Punya Senjata Baru Berantas Kejahatan Pajak
Foto: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) RI Yasonna Hamonangan Laoly menandatangani Perjanjian Mutual Legal Assistance (MLA) dengan Menteri Kehakiman Swiss Karin Keller-Sutter di Bernerhof Bern, Swiss, Senin (4/2/2019). (Foto: ist)
Rifan Financindo - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) RI Yasonna Hamonangan Laoly menandatangani Perjanjian Mutual Legal Assistance (MLA) dengan Menteri Kehakiman Swiss Karin Keller-Sutter di Bernerhof Bern, Swiss, Senin (4/2/2019).

Perjanjian yang terdiri dari 39 pasal ini antara lain mengatur bantuan hukum mengenai pelacakan, pembekuan, penyitaan hingga perampasan aset hasil tindak kejahatan. Kesepakatan itu juga dapat digunakan untuk memerangi kejahatan perpajakan.

Perjanjian ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia untuk memastikan warga negara atau badan hukum Indonesia mematuhi peraturan perpajakan Indonesia dan tidak melakukan kejahatan penggelapan pajak atau kejahatan perpajakan lainnya", ungkap Yasonna, sebagaimana dikutip dari siaran pers Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bern yang diterima CNBC Indonesia, Selasa.

Perjanjian tersebut menganut prinsip retroaktif yang memungkinkannya menjangkau tindak pidana yang telah dilakukan sebelum berlakunya perjanjian sepanjang putusan pengadilannya belum dilaksanakan.


Awas, RI & Swiss Punya Senjata Baru Berantas Kejahatan Pajak
Foto: Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) RI Yasonna Hamonangan Laoly menandatangani Perjanjian Mutual Legal Assistance (MLA) dengan Menteri Kehakiman Swiss Karin Keller-Sutter di Bernerhof Bern, Swiss, Senin (4/2/2019). (Foto: ist)



Duta Besar RI di Bern Muliaman D. Hadad yang ikut hadir dalam kesempatan itu mengatakan perjanjian MLA RI-Swiss tersebut merupakan capaian kerja sama bantuan timbal balik pidana yang luar biasa dan menggenapi kerja sama kedua negara di bidang ekonomi, sosial, dan budaya yang telah terjalin baik.

Perjanjian MLA RI-Swiss ini merupakan perjanjian MLA yang ke-10 yang telah ditandatangani oleh Indonesia setelah dengan ASEAN, Australia, Hong Kong, China, Korsel, India, Vietnam, UEA, dan Iran. 

Sebaliknya, ini adalah perjanjian MLA yang ke-14 bagi Swiss dengan negara non-Eropa.(prm)



Senin, 04 Februari 2019

Sambut Imlek, IHSG Dibuka Stagnan | PT Rifan Financindo

Foto: Rachman Haryanto 
PT Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka stagnan pada pembukaan perdagangan pagi ini. Menjelang hari libur tahun baru China atau Imlek besok, IHSG pagi ini hanya sanggup naik tipis 2,13 poin (0,03%) ke posisi 6.540.

Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi ini berada di level Rp 13.970.

Pada perdagangan pre opening, IHSG naik 2,13 poin (0,03%) ke level 6.540,77. Indeks LQ45 juga bertambah 0,53 poin (0,05%) ke 1.042,214.

Membuka perdagangan, Senin (4/2/2019), IHSG melanjutkan penguatan 9,95 poin (0,15%) ke level 6.548,592. Indeks LQ45 stagnan 0,18 poin (0,00%) tetap di level 1.041,887.

Pada pukul 09.05 waktu JHTS, IHSG naik 6,18 poin (0,09%) ke level 6.544,823. Sedangkan indeks LQ45 turun 0,22 (0,02%) ke level 1.041,305.

Bursa Amerika Serikat ditutup bercampur. Dow Jones ditutup 25,063.89 (+0.26%), NASDAQ ditutup7,263.87 (-0.25%), S&P 500 ditutup 2,706.53 (+0.09%).

Data pekerjaan US menunjukkan 304,000 pekerjaan baru muncul sepanjang Januari 2019 jauh di atas ekspektasi analis pada 170,000 pekerjaan baru. Namun, Investor memantau pertumbuhan gaji yang lebih kecil dari ekspektasi, sehingga investor mulai ada kecurigaan pada kondisi ekonomi US.

Bursa Asia masih cukup menguat siring dengan data pertumbuhan service sector yang masih menguat menunjukkan perlambatan China belum terjadi secara menyeluruh, namun investor masih tetap berhati-hati atas melambatnya ekonomi China.

Perdagangan bursa saham Asia mayoritas bergerak positif pagi ini. Berikut pergerakannya:

  • Indeks Nikkei 225 naik 0,41% ke 20.872,93
  • Indeks Hang Seng bertambah 0,16% ke 27.975,98
  • Indeks Komposit Shanghai libur
  • Indeks Strait Times menguat 0,2% ke 3.195,17



Jumat, 01 Februari 2019

Setelah 5 Hari Menguat, Harga Emas Akhirnya Terkoreksi | Rifanfinancindo

Setelah 5 Hari Menguat, Harga Emas Akhirnya Terkoreksi
Rifanfinancindo - Pagi hari ini (1/2/2019), harga emas dunia akhirnya melemah setelah menguat 5 hari berturut-turut.

Hingga pukul 08:45 WIB, harga emas kontrak April di pasar COMEX turun sebesar 0,1% ke posisi US$ 1.323/troy ounce, setelah sebelumnya ditutup menguat 0,74% kemarin (31/1/2019).

Secara mingguan harga emas menguat 1,99% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun harga komoditas ini tercatat naik 3,32%


Selain karena harganya yang sudah terlampau tinggi, turunnya harga emas juga dipengaruhi oleh perkembangan yang positif dari damai dagang AS-China.

Menjelang akhir pertemuan antara perwakilan dagang kedua negara kemarin, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa aka nada pertemuan lanjutan dengan Presiden China, Xi Jinping untuk mengukuhkan kesepakatan. (taa/hps)