Kamis, 21 Februari 2019

The Fed Galau, Harga Emas Turun Tipis - Rifanfinancindo

The Fed Galau, Harga Emas Turun Tipis
Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Rifan Financindo - Harga emas pagi hari ini (21/2) kembali terjerumus di zona merah. Hingga pukul 08:45 WIB, harga emas kontrak April di pasar COMEX turun 0,5% ke posisi US$ 1.341,2/troy ounce, setelah menguat 0,23% pada perdagangan kemarin (20/2).

Selama sepekan, harga emas sudah terkerek naik 2,08% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga logam mulia ini tercatat menguat 4,67%.

Meski melemah, namun pergerakan harga emas masih terbatas.

Tafsiran atas notulensi rapat The Fed edisi Januari membuat investor masih galau untuk menentukan langkah.

Pasalnya The Fed kembali menegaskan akan lebih bersabar dalam mengeksekusi kenaikan suku bunga yang selanjutnya.

Namun juga ada pernyataan bank sentral yang siap mengubah stance saat derajat ketidakpastian ekonomi menurun.

Sikap The Fed yang masih tak jelas arahnya ini ikut membuat emas masih cenderung ditahan. Akan tetapi karena harganya yang sudah naik banyak sejak awal tahun, maka ruang untuk mengambil keuntungan juga terbuka lebar. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)


Rabu, 20 Februari 2019

Diskusi Dagang AS-China Dimulai, Bursa Jepang Dibuka Positif | Rifan Financindo


Diskusi Dagang AS-China Dimulai, Bursa Jepang Dibuka Positif
Foto: REUTERS/Yuya Shino
Rifan Financindo - Bursa Jepang dibuka menguat, Rabu (20/2/2019), didorong oleh penguatan Wall Street dan harapan perundingan dagang Amerika Serikat (AS) dan China akan berlangsung lancar.

Indeks acuan Nikkei 225 naik 0,28% dan indeks Topix bertambah 0,23% di awal perdagangan, AFP melaporkan. Nikkei telah mencatatkan reli selama dua hari beruntun.

Pembicaraan perdagangan antara AS dan China dimulai lagi di Washington, Selasa waktu setempat.

Pembicaraan ini adalah lanjutan dari negosiasi serupa yang diadakan di Beijing pekan lalu dan berakhir tanpa kesepakatan. Namun, kedua negara mengatakan telah mencapai kemajuan dalam beberapa isu kunci.

Di saat yang sama, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump lagi-lagi mengisyaratkan kemungkinan perpanjangan tenggat waktu perundingan dagang pada 1 Maret mendatang, dilansir dari Reuters.

Ia mengatakan pada hari Selasa bahwa negosiasi dagang dengan China berjalan lancar dan mengindikasikan dirinya terbuka untuk memperpanjang deadline demi menyelesaikan perundingan tersebut. (prm)

Jumat, 15 Februari 2019

Karena OPEC, Harga Minyak Melonjak 20% Sejak Awal Tahun | PT Rifan Financindo

Karena OPEC, Harga Minyak Melonjak 20% Sejak Awal Tahun
PT Rifan Financindo - Harga minyak mentah dunia pada perdagangan Jumat ini (15/2) masih melanjutkan penguatan.

Hingga pukul 08:30 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak April naik sebesar 0,63% ke posisi US$ 64,98/barel, setelah kemarin juga menguat 1,51%.

Sementara harga minyak jenis lightsweet (WTI) kontrak Maret juga menguat sebesar 0,68% ke level US$ 54,78/barel, setelah ditutup naik 0,95% pada perdagangan kemarin.

Selama sepekan ini, harga minyak tercatat naik sekitar 4,28% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun, harga emas hitam masih tercatat naik sekitar 20%.


Harga minyak masih terus didorong oleh pengurangan pasokan minyak dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang sudah mulai dilakukan sejak Januari lalu.

Sebelumnya, OPEC bersama Rusia dan sekutunya yang lain juga sepakat untuk mengurangi pasokan minyak sebanyak 1,2 juta barel/hari.

Teranyar, Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih mengatakan bahwa Negeri Padang Pasir tersebut akan mengurangi pasokan minyak lebih banyak dari jumlah yang telah disepakati.

Selain itu, meskipun masih jauh dari target, Rusia juga telah mengurangi produksi minyak sekitar 80.000-90.000 barel/hari.

Namun demikian, stok minyak mentah Amerika Serikat yang meningkat pada minggu lalu ke level tertingginya sejak November 2017 membuat pelaku pasar masih khawatir keseimbangan fundamental di pasar minyak dunia tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/tas)


Kamis, 14 Februari 2019

Perjanjian Dagang AS-China Dinantikan, Ini Bocoran Isinya

Perjanjian Dagang AS-China Dinantikan, Ini Bocoran Isinya
Foto: Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping menghadiri jamuan makan malam setelah pertemuan pemimpin G20 di Buenos Aires, Argentina 1 Desember 2018. REUTERS / Kevin Lamarque
Rifanfinancindo - Tim perunding Amerika Serikat (AS) berupaya untuk memperkuat posisinya bila China melanggar janji-janji perdagangannya sebagaimana yang terjadi di masa lalu, The New York Times melaporkan.

Prioritas tertinggi bagi Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Perwakilan Dagang Robert Lighthizer adalah menetapkan mekanisme pengenaan kenaikan bea impor otomatis terhadap produk China bila ekspornya ke AS terus meningkat, tulis surat kabar tersebut, Selasa (13/2/2019), dengan mengutip tiga orang yang mengetahui hal tersebut.

Kedua pejabat tinggi AS itu sedang berada di China untuk melakukan perundingan dagang dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He Kamis dan Jumat ini.


China memiliki sejarah panjang pelanggaran kesepakatan dagang.

Perjanjian Dagang AS-China Dinantikan, Ini Bocoran Isinya
Foto: Presiden AS Donald Trump, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, penasehat keamanan nasional Presiden AS Donald Trump John Bolton, menghadiri jamuan makan malam dengan Presiden China Xi Jinping setelah KTT para pemimpin G20 di Buenos Aires, Argentina 1 Desember 2018. REUTERS / Kevin Lamarque

Ketika China bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di 2001, negara tersebut berjanji akan mengizinkan investor asing mengakses pasar perbankan dan telekomunikasinya. Faktanya, Negeri Tirai Bambu masih menutup pintu terhadap perusahaan asing masuk ke sektor itu hingga hari ini, dilansir dari CNBC International.

Delegasi AS ingin memastikan China akan mendapat hukuman bila mengulangi hal tersebut di masa depan.

Mekanisme seperti ini sebetulnya bukan hal yang baru. Cara serupa pernah diterapkan di 2001 ketika China bergabung dengan WTO dan mantan Presiden AS Barack Obama melakukannya di 2009 untuk mengenakan bea impor terhadap impor ban dari China ketika pasar AS terganggu.

Namun, China membalasnya dengan mengenakan bea masuk terhadap mobil dan produk unggas AS. Aturan itu kadaluwarsa di 2013.

Delegasi AS sekarang berupaya membuat China taat akan janjinya dan membuat kesepakatan terkait beberapa isu, seperti perlindungan kekayaan intelektual dan membatasi subsidi pemerintah.(prm)



Selasa, 12 Februari 2019

Bahas Damai Dagang, AS-China Sama-sama Semai Harapan - Rifan Financindo

Bahas Damai Dagang, AS-China Sama-sama Semai Harapan
Rifan Financindo - Amerika Serikat (AS) dan China sama-sama mengungkapkan harapannya bahwa perundingan dagang lanjutan antara kedua negara dapat meredakan ketegangan perang dagang.

Delegasi kedua negara kembali bertemu di Beijing dalam pertemuan tingkat wakil menteri, Senin (11/2/2019). Kedua negara diperkirakan membahas mengenai isu-isu terkait perlindungan hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi paksa yang disebut dilakukan China terhadap perusahaan AS yang berbisnis di negaranya.

AS dan China memiliki waktu hingga 1 Maret untuk mencapai kesepakatan sesuai dengan gencatan senjata 90 hari yang disepakati di Argentina awal Desember lalu. Bila masih buntu, AS akan menaikkan bea impor terhadap berbagai produk China menjadi 25% dari 10% saat ini.

Penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett mengatakan pemerintahan Presiden Donald Trump senang pembicaraan dagang berlanjut namun juga memperingatkan bahwa 1 Maret adalah benar-benar tenggat waktu terakhir untuk mencapai kesepakatan.

Bahas Damai Dagang, AS-China Sama-sama Semai Harapan
Foto: Presiden AS Donald Trump bertemu Wakil Perdana Menteri China Liu He (AP Photo/Susan Walsh)
Pertemuan tingkat wakil menteri di Beijing itu akan dilanjutkan dengan pertemuan tingkat tinggi setelah perundingan pekan lalu di Washington belum menelurkan perjanjian yang dinantikan itu.

"Pejabat junior sedang mengupayakan sesuatu saat ini yang akan mereka presentasikan kepada pejabat senior pekan ini," kata Hassett kepada Fox Business Network, dilansir dari Reuters.

"Dan, tentu saja, kami membahas semuanya, termasuk pencurian kekayaan intelektual dan transfer teknologi paksa dan seterusnya," tambahnya.

Ia juga mengatakan Gedung Putih sangat menantikan hasil apa yang disampaikan pejabat senior pekan ini.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying juga menyampaikan pernyataan bernada harapan.

"Kami, tentu saja, berharap untuk mendapatkan hasil yang baik, begitu juga masyarakat seluruh dunia," ujarnya dalam konferensi pers rutin, Senin.