Jumat, 06 September 2019

Rifanfinancindo - Ini Dia Pemenang Perang Dagang AS vs China

Rifanfinancindo - Pada hari September Amerika Serikat (AS) resmi memberlakukan tahap pertama kenaikan tarif 15% pada US$ 300 miliar barang asal China.

Sementara China juga mulai memberlakukan tarif tambahan pada beberapa barang AS senilai US$75 miliar. Tarif tambahan senilai 5% dan 10% dikenakan pada 1.717 barang dari total 5.078 produk yang berasal dari AS.

AS juga berencana untuk menaikkan tarif masuk menjadi 30% dari 25% yang sudah diberlakukan pada impor China senilai US$ 250 miliar mulai 1 Oktober.

Akibat serangkaian peningkatan dalam perang dagang dua ekonomi terbesar dunia ini, pasar saham telah mengalami pergerakan yang brutal sepanjang tahun ini.

Oleh karenanya, banyak investor yang mulai ragu pada prospek pengembalian dari investasi di sektor ini. Sebagai hasilnya, aset aman (safe haven) lainnya seperti emas menjadi banyak diincar.

Selain itu, perang dagang yang sudah berlangsung sejak awal 2018 ini telah membuat berbagai perusahaan yang beroperasi di kedua negara kalang kabut.

Ancaman tarif telah membuat mereka terpaksa melakukan berbagai upaya untuk melindungi keuntungan, di antaranya seperti melakukan efisiensi bisnis dan menaikkan harga produk. Bahkan, cukup banyak juga perusahaan yang memutuskan untuk memindahkan operasinya keluar AS dan China.

Di benua Amerika, negara yang umumnya dijadikan tempat pelarian dari tarif China adalah Brazil. Sementara di Asia, ada beberapa negara yang menjadi tujuan utama kepindahan perusahaan asal China, yaitu Vietnam, Malaysia dan India.

Seberapa banyak negara-negara asia ini diuntungkan perang dagang? Berikut rinciannya. (sef/sef)
Sumber : CNBC

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
Rifanfinancindo 

Rifanfinancindo - Harga Emas Hari Ini Naik Tapi Tipis Banget

Rifanfinancindo - Harga Emas Hari Ini Naik Tapi Tipis Banget: Rifanfinancindo - Harga emas dunia naik tipis di perdagangan pasar spot hari ini. Situasi global yang kondusif membatasi kenaikan harga sang logam mulia.

Kamis, 05 September 2019

Rifan Financindo - Bumi Makin Tua, Komplikasi Penyakit Ekonomi Berujung Resesi

Foto: Arie Pratama
Rifan Financindo - 5,45 miliar tahun, itulah usia bumi saat ini, berdasarkan data dari space.com. Ketika peradaban manusia mulai menguasai bumi yang tua ini, masalah-masalah yang dihadapi semakin kompleks. Scarcity atau kelangkaan adalah masalah utama yang bagi umat manusia. Kebutuhan manusia yang tidak terbatas dihadapkan dengan terbatasnya alat pemuas kebutuhan.

Semakin tua usia bumi, peradaban semakin maju, roda perekonomian di masing-masing negara berputar untuk memenuhi kebutuhan manusia. Negara-negara berlomba-lomba meningkatkan aktivitas ekonomi untuk menyejahterakan warganya, menjadi negara maju atau menjadi negara kaya di bumi ini.

Perputaran roda perekonomian tentunya tidak selalu berjalan mulus, ada "penyakit-penyakit" yang dihadapi, misalnya tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, inflasi dan lain-lain.

Layaknya penyakit pada manusia, penyakit perekonomian bisa diobati oleh pemerintah negara masing-masing.

Tetapi kini penyakit ekonomi di bumi ini sepertinya semakin berkomplikasi, ujungnya bisa membawa resesi berjamaah. Resesi merupakan penyakit perekonomian yang paling ditakuti.

Suatu perekonomian dianggap mengalami resesi  ketika tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negatif atau berkontraksi untuk dua kuartal berturut-turut secara tahunan (year-on-year/YoY) atau lebih.

Resesi bisa dikatakan ujung dari penyakit-penyakit ekonomi. Resesi terjadi di kala semua sendi-sendi perekonomian mengalami kemerosotan. National Bureau of Economic Research, lembaga non-profit yang melakukan riset ekonomi, menggunakan lima indikator yang bisa menunjukkan resesi, yakni penurunan pendapatan riil, pasar tenaga kerja yang memburuk, kesehatan sektor manufaktur, penurunan penjualan grosir dan ritel, serta estimasi PDB bulanan.

Ketika resesi terjadi, pada akhirnya akan memberikan dampak buruk yang lebih besar lagi jika tidak segera diatasi. Tingkat kepercayaan investor bisa menurun, investasi Macet. Tanpa investasi, dunia usaha tidak bisa berekspansi, adanya pemutusan hubungan kerja, tingkat pengangguran akan meningkat, daya beli masyarakat turun, dan seterusnya hingga menimbulkan keruntuhan perekonomian. (pap/dru)

Sumber : CNBC

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
Rifanfinancindo

Rifan Financindo - Jokowi Bicara Resesi, Amit-amit RI Kena

Rifan Financindo - Jokowi Bicara Resesi, Amit-amit RI Kena: Rifan Financindo - Perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China mulai berdampak pada perlambatan perekonomian global.

Rabu, 04 September 2019

PT Rifan Financindo - Hati-Hati, The Fed Indikasikan Enggan Pangkas Suku Bunga

Hati-Hati, The Fed Indikasikan Enggan Pangkas Suku Bunga
Foto: BOE Tahan Suku Bunga Acuan (CNBC Indonesia TV)
PT Rifan Financindo - Bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserves (The Fed) sepertinya tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Apalagi melihat kondisi ekonomi AS yang cukup solid seperti saat ini.

Hal ini diutarakan salah satu pejabat The Fed, Presiden Federal reserve of Boston Eric Rosengren. Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi AS masih stabil, pengeluaran konsumen juga masih kuat. Apalagi, indikator inflasi juga masih rendah dan kenaikan upah tetap ada.

"Maka dalam pandangan saya tidak diperlukan tindakan kebijakan segera," kata Rosengren sebagaimana dilansir CNBC Indonesia dari AFP, Rabu (4/9/2019). 
Komentar pejabat The Fed ini dikeluarkan menjelang 2 minggu sebelum pertemuan pembahasan penentuan tingkat suku bunga. Pada tanggal 17-18 September mendatang, The Fed akan menggelar pertemuan guna menentukan tingkat suku bunga acuan terbarunya.

Sebagian pelaku pasar begitu yakin The Fed akan mengambil sikap dovish. Mengutip situs CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 3 September 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan bulan ini berada di level 97,3%.

Sementara itu, probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas sebesar 50 bps berada di level 2,7%. Pernyataan pejabat the Fed ini kemungkinan disambut negatif pasar.

Sebelumnya, dalam simposium tahunan di Jackson Hole, Wyoming, Gubernur The Fed Jerome Powell sempat mengeluarkan pernyataan yang mengindikasikan pemangkasan suku bunga. The Fed akan melakukan apa yang mereka bisa untuk mempertahankan ekspansi ekonomi yang saat ini tengah dirasakan di AS.

"Tantangan bagi kita sekarang adalah untuk mengeksekusi kebijakan moneter yang bisa mempertahankan ekspansi (ekonomi) sehingga manfaat dari kuatnya pasar tenaga kerja bisa dirasakan oleh mereka yang belum merasakannya, dan sehingga tingkat inflasi bergerak dengan stabil di kisaran dua persen," kata Powell, dilansir dari CNBC International.

Namun kemudian, nada hawkish keluar dari mulut Powell. Dirinya menyebut bahwa melihat perkembangan sekarang The Fed tidak akan terlalu agresif. (sef/sef)