Rabu, 02 Oktober 2019

PT Rifan Financindo - Twitter Diminta Suspend Akun Trump

Twitter Diminta Suspend Akun Trump
Foto: Infografis/ Ini Bukti "Dahsyatnya" Twitter Trump Bagi Pasar Keuangan/Aristya Rahadian Krisabella
PT Rifan Financindo - Twitter diminta menangguhkan akun Presiden AS Donald Trump. Hal ini dipicu rentetan tweet Trump terkait whistleblower yang mengadukan skandalnya dengan Presiden Ukraina, yang dianggap mengancam si pelapor.

"Kicauan Presiden dan perilakunya tentang hal ini adalah bukti dari fakta, bahwa dia menggunakan kekuatannya untuk menjatuhkan orang, bukannya mengangkat orang," kata kandidat presiden dari Partai Demokrat California tahun itu Kamala Harris, dilansir dari CNN Internasional, Rabu (02/10/2019).

"Bahwa sejujurnya akun Twitter-nya harus ditangguhkan. Saya pikir ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa dia tidak bertanggung jawab atas kata-katanya yang akhirnya dapat melukai perasaan orang lain. Dan hak istimewa menggunakan kata-kata dengan cara seperti itu mungkin harus dicabut,".

Ia menolak hal ini adalah upaya mengekang kebebasan berekspresi Trump. Ia pun membantah ini upaya membungkam Trump. Tapi, ia memang merasa perlu ada yang harus disepakati terkait cuitan Trump di Twitter.

"Jika dia tidak menahan diri, maka, mungkin, harus ada mekanisme lain untuk memastikan bahwa kata-katanya tidak melukai siapa pun," katanya.

Sebelumnya, Trump telah menegur whistleblower skandalnya. Dalam serangkaian tweetnya, postingannya pada Senin (30/9/2019) yang menggunakan tagar "#FakeWhistleblower," telah berulang kali menyebut keluhan pelapor sebagai pelapor "palsu."

Bahkan sehari sebelumnya, presiden kontroversial ini mengatakan dia pantas bertemu "penuduhnya". Ia bahkan menuduh siapa pun yang memberikan informasi kepada si pengungkap informasi tentang panggilan teleponnya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky merupakan "mata-mata."

Komentar itu mendorong sejumlah pejabat parlemen meminta Trump agar dapat menghentikan "intimidasi saksi". Politisi Partai Republik, Adam Kinzinger juga mengatakan dalam tweet bahwa kata-kata presiden "sangat menjijikkan".

Trump pun dikecam karena mengatakan bakal ada perang saudara bila dia lengser dari Presiden. Ini ditegaskannya dalam Twitter @realDonaldTrump seraya mengutip pembawa acara Fox News Pastor Robert Jeffress, yang menilai pemakzulan pada Trump bisa mengarah pada perang saudara.

"Jika Demokrat berhasil mengeluarkan Presiden dari jabatannya (yang tidak akan pernah terjadi), itu akan menyebabkan pecahnya Perang Sipil di negara ini dari mana Negara kita tidak akan pernah sembuh," kata Mr Trump, mengaitkan kutipan itu dengan Jeffress, sebagaimana dikutip dari CBSNews.

Upaya pemakzulan Trump ditegaskan Kongres AS pada pekan lalu. Skandal Trump dengan pemimpin Ukraina menjadi pemicu.

Skandal Trump dengan pemimpin Ukraina ini terungkap awal pertengahan September lalu. Trump menahan dana bantuan militer untuk Ukraina sebesar US$ 400 juta dan menekan Zelensky menyelidiki Hunter Biden, putra Joe Biden yang akan menjadi pesaing Trump dalam Pemilu Presiden AS 2020. (sef/sef)

Selasa, 01 Oktober 2019

Rifan Financindo - Delisting Perusahaan China Hoaks, Wall Street Semringah

Delisting Perusahaan China Hoaks, Wall Street Semringah
Foto: REUTERS/Andrew Kelly
Rifan Financindo - Saham Wall Street naik pada penutupan perdagangan Senin (30/9/2019). Data China yang baik dan pembicaraan damai perdagangan AS-China yang positif memberi optimisme pada pasar.

Dow Jones naik 0,4% ke 29.916,69. Sedangkan indeks S&P 500 naik 0,5% ke 2.976,71 sementara Nasdaq naik 0,8% ke 7.999,34.

Baik Dow Jones dan S&P 500 berakhir dengan kenaikan moderat sementara Nasdaq sedikit lebih rendah.

Sentimen Wall Street membaik setelah Penasehat Perdagangan AS Peter Navarro membantah laporan bahwa administrasi Trump mempertimbangkan penghapusan China dari bursa saham AS.

"Berita palsu," katanya sebagaimana dilansir dari Reuters.

Kekhawatiran akan delisting perusahaan China dan boikot investasi AS di perusahaan China sempat membuat S&P 500 dan Nasdaq tersungkur di Jumat pekan lalu.

"Gagasan penggunaan banyak ide untuk melihat dampak pada perdagangan adalah sesuatu yang biasa kita terima," kata analis Ladenburg Thalmann Asset Management yang berbasis di New York Phil Blancato. (sef/sef)
Sumber : CNBC

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
Rifanfinancindo

Senin, 30 September 2019

PT Rifan Financindo - Perang Dagang AS vs Uni Eropa di Depan Mata, Kok Bisa?

Perang Dagang AS vs Uni Eropa di Depan Mata, Kok Bisa?
Foto: Reuters
PT Rifan Financindo - Perang dagang sebenarnya bukan hanya terjadi antara Amerika Serikat dan China saja. Ketegangan perdagangan juga terjadi antara AS dan sejumlah negara.

Kali ini, sebagaimana dikutip dari CNBC International, ketegangan AS dan Uni Eropa diprediksi akan meningkat. Ini terkait hasil keputusan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) soal gugatan AS ke perusahaan pembuat pesawat Eropa, Airbus yang rencananya diumumkan di Jenewa, Senin (30/9/2019).

Pemerintah AS menuntut pemerintah Uni Eropa melakukan tindakan curang dengan memberikan subsidi pada Airbus. AS pun memiliki perusahaan pembuat penerbangan, Boeing. 

Jika keputusan WTO tidak mengguntungkan AS, negara adi kuasa itu kemungkinan akan membalas dengan kenaikan tarif. Jika kalah, AS diprediksi akan menaikkan tarif bea masuk hingga 100% pada US$ 7,5 miliar barang Eropa.

Diperkirakan selain pesawat dan suku cadangnya, barang asal Eropa lain seperti sepeda, motor, makanan, minuman, pakaian, logam, dan perhiasan akan terkena imbas. Nilai perdagangan tahunan AS dan Uni Eropa sekitar US$ 11,2 miliar per tahun. 

Permasalahan keduanya sudah berlangsung 15 tahun. Sebelum AS membawa ke WTO, Uni Eropa telah lebih dulu menuduh pemerintah AS memberi subsidi ilegal pada perusahaan pembuat pesawat Boeing.

Kepala Pemasaran atau Comercial Officer Airbus, Christian Scherer mengatakan, aksi saling menggugat itu tidak akan menguntungkan kedua negara.

"Saya tidak berpikir bahwa komunitas kerdigantaraan atau ekosistem di dua negara [AS-Eropa] saling menguntungkan satu sama lain," katanya.

Sementara itu, Eropa kini juga tengah menggodok kenaikkan tarif untuk US$ 20 miliar produk AS. Termasuk pesawat terbang, bahan kimia, produk makanan beku serta buah. (sef/sef)
Sumber : CNBC

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
Rifanfinancindo

Jumat, 27 September 2019

Rifanfinancindo - Makin Cerah, Hasil Nego Perang Dagang Diketok 10 Oktober

Foto: Infografis/ Kronologi perang dagang AS-China belum temukan titik terang/Aristya Rahadian Krisabella
Rifanfinancindo - Negosiasi perang dagang antara AS dan China bakal memasuki babak baru. Setelah dua bulan pasar dihantui peningkatan eskalasi ketegangan perdagangan keduanya akibat saling menaikkan tarif, kali ini upaya damai kedua negara sepertinya akan berbuah manis.

Bahkan, para pejabat yang turut dalam negosiasi perdagangan menegaskan akan ada kesepakatan baru yang dicapai. "Pembicaraan dagang antara China dan AS akan disimpulkan pada 10-11 Oktober nanti di Washington," tulis CNBC International sebagaimana dikutip CNBC Indonesia, Jumat (27/9/2019).

China bakal diwakili Wakil Perdana Menteri Liu He. Liu memang ditunjuk khusus oleh Presiden China Xi jinping untuk berdiskusi dengan AS, termasuk pembelian kedelai dari negara Paman Sam di kantor Presiden AS Donald Trump.

Namun sayangnya, belum ada komentar pasti dari AS. Gedung Putih hanya menegaskan kesepakatan baru akan muncul bulan depan. 

Makin Cerah, Hasil Nego Perang Dagang Diketok 10 Oktober
Foto: Infografis/Saling balas serangan AS VS CHINA/Aristya Rahadian krisabella
 
Sementara itu, Trump dalam pertemuan dengan pemimpin dunia di PBB mengatakan bahwa China memang sangat ini membuat kesepakatan dengan AS. "Bisa saja terjadi, bisa saja terjadi bahkan lebih cepat dari yang kalian pikirkan," katanya kepada reporter.
 
Salah satu pejabat dari Kementerian Perdagangan China menegaskan Beijing tengah mempertimbangkan untuk membeli kedelai dan daging babi AS. Sebelumnya, di Agustus lalu, Beijing sempat menolak masuknya produk pertanian AS ke China. (sef/sef)

Kamis, 26 September 2019

Rifan Financindo - Harga Minyak Bisa di Atas US$ 75/barel, Berapa Idealnya?

PT Rifan Financindo - Harga mentah dunia diprediksi bisa meloncat di atas US$ 75 per barel jika kekurangan pasokan minyak dunia tidak segera dipenuhi oleh produsen, usai serangan pesawat nirawak (drone) yang menyebabkan kebakaran pada dua fasilitas perusahaan minyak Arab Saudi, Saudi Aramco.

Ari Kuncoro, Guru Besar dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, mengatakan, serangan drone pada Sabtu (14/9) dini hari itu menghilangkan produksi minyak sekitar 5,7 juta barrel per hari dari pasar dunia.

Hal ini, jika tidak dikompensasikan, akan meningkatkan harga minyak, baik melalui jalur selisih permintaan dengan pasokan maupun melalui ekspektasi perdagangan instrumen derivatif keuangan berjangka.

Ari yang baru terpilih menjadi Rektor UI periode 2019-2024 pada Rabu (25/9) ini mengatakan serangan ke fasilitas Aramco itu membuat perekonomian dunia yang sudah tidak menentu akibat perang dagang Amerika Serikat-China menjadi semakin tak menentu.

"Serangan itu sempat membangkitkan kepanikan di pasar minyak dunia yang tercermin dari kenaikan harga minyak, segera setelah serangan itu. Kualitas minyak mentah standar diwakili WTI [West Texas Intermediate], sementara kualitas premium diwakili Brent. Ada selisih harga kurang lebih US$ 10 per barel di antara dua kualitas tersebut," kata Ari kepada CNBC Indonesia, Selasa (24/9/2019).

Dia mengatakan, harga minyak Brent (untuk patokan Eropa dan Asia) sudah naik saat ini hampir 20% ke US$ 72 per barel atau kenaikan tertinggi sejak 14 Januari 1991 pada saat Perang Teluk pecah.

Sementara itu, harga minyak jenis WTI (untuk patokan Amerika) juga naik menjadi sekitar US$ 65 per barel.

"Situasi ini sempat menimbulkan kepanikan sehingga terjadi spekulasi harga minyak akan naik ke US$ 100 per barel, bahkan lebih. Hal ini mendorong anggaran bahwa resesi dunia yang belum pasti kapan terjadinya, akan menjadi kenyataan dalam waktu dekat," jelas Ari yang juga dikenal sebagai ekonom ini.


PAGI-Harga Minyak Bisa di Atas US$ 75/barel, Berapa Idealnya?
Foto: Kondisi fasilitas minyak Aramco usai serangan drone (REUTERS/Hamad l Mohammed)
Harga minyak berpotensi rekor

Dia menganalisis, jika kekurangan pasokan minyak sekitar 5,7 juta barel per hari dari pasar dunia itu tidak dikompensasi, maka ada beberapa skenario kenaikan harga minyak dunia.

Bila dalam 6 pekan situasi kekurangan pasokan itu tidak bisa diatasi, harga minyak Brent bisa meloncat sampai US$ 9 per barel menjadi US$ 75 per barel.

Skenario lain, jika kekurangan suplai ini tidal kunjung diatasi, maka harga minyak dunia akan melesat di atas US$ 75 per barel. "AS mungkin akan mengeluarkan cadangan strategisnya untuk mencegah harga mendekati US$ 100 per barel," jelasnya.

Menurut Ari, pasar minyak saat ini sudah berbeda dengan periode tahun 1980-an dan 1900-an karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak atau OPEC tidak lagi menjadi pemain dominan.

Ekspor minyak negara-negara anggota OPEC saat ini Hanya meliputi 60% dari ekspor minyak dunia sehingga lebih mirip model oligopoli Cournot (biasa disebut duopoli) yang contestable (persaingan). Lazimnya, pasar duopoli hanya terdapat dua perusahaan yang menjual produk yang homogen, dengan demikian hanya terdapat satu harga pasar. (tas/sef)
Sumber : CNBC

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
Rifanfinancindo