Jumat, 21 Februari 2020

Gas Poll...! Emas Antam Dekati Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Gas Poll...! Emas Antam Dekati Rekor Tertinggi Sepanjang Masa
Foto: Ilustrasi Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo BerjangkaHarga emas acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam menguat mendekati rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat (21/2/2020). Harga emas dunia yang terus melesat naik mengerek harga emas Antam.

Berdasarkan harga Logam Mulia di gerai Butik Emas LM - Pulo Gadung di situs logammulia.com milik Antam, harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram naik menjadi Rp 74,4 juta juta per batang atau 744.000/gram, naik Rp 5.000/gram atau 0,68% dibandingkan Kamis kemarin.

Dua hari sebelumnya, harga emas Antam juga naik Rp 5.000/gram, sehingga total dalam 3 hari sudah naik Rp 15.000/gram.

Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, rekor harga tertinggi sepanjang dicapai pada 8 Januari lalu Rp 75 juta atau Rp 750.000/gram. Ini berarti harga emas Antam hari ini berjarak Rp 6.000/gram dari rekor tertinggi tersebut.

Harga emas dunia kembali menguat ke level tertinggi dalam tujuh tahun terakhir Kamis kemarin akibat kecemasan akan pelambatan ekonomi global yang dipicu oleh wabah virus corona di China.

Dalam tiga hari hingga Kamis kemarin, harga emas dunia sudah menguat 2,42% ke US$ 1.619,40/troy ons. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 15 Februari 2013.

Selain harga emas dunia beberapa faktor yang mempengaruhi harga emas Antam adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.

Nilai tukar rupiah juga sedang terus tertekan, hingga Kamis kemarin sudah melemah 3 hari beruntun dengan total 0,37% di Rp 13.700/US$. Ketika rupiah melemah, maka harga emas dunia yang dibanderol dolar AS akan menjadi lebih mahal, dan tentunya menaikkan harga emas di dalam negeri.

Pada perdagangan hari ini, rupiah kembali melemah dan diperdagangkan di atas Rp 13.700/US$, sementara harga emas dunia kembali menguat, sehingga harga emas Antam berpeluang naik lagi Sabtu besok.

Selain emas Antam biasa, PT Aneka Tambang juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama.

Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.

Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut sudah termasuk PPh 22 0,9%. Masyarakat bisa menyertakan NPWP untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah yaitu 0,45%. (pap/pap)

Kamis, 20 Februari 2020

'Obat Perangsang' dari China Bikin Bursa Saham Asia Bergairah

'Obat Perangsang' dari China Bikin Bursa Saham Asia Bergairah
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan Financindo - Bursa saham utama Asia bergerak menguat pada perdagangan pagi ini. Sepertinya investor bergairah menanti pengumuman dari China.

Pada Kamis (20/2/2020) pukul 08:15 WIB, indeks saham Topix di Jepang melonjak hampir 1% ke 1.688,39. Sementara Kospi (Korea Selatan) naik 0,08% menjadi 2.210.07 dan Straits Times terangkat 0,53% ke 3.213,71.

Hari ini, bank sentral China (PBoC) dijadwalkan mengumumkan panduan suku bunga pinjaman (Loan Prime Rate/LPR). Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan PBoC akan menurunkan LPR. Sebanyak 38 dari 51 institusi memperkirakan LPR tenor setahun dan lima tahun akan dipangkas masing-masing 10 basis poin (bps).

Awal pekan ini, PBoC telah menurunkan suku bunga Medium Term Lending Facility (MLF) dari 3,25% menjadi 3,15%. Penurunan LPR akan menjadi stimulus lanjutan dari PBoC untuk meredam dampak ekonomi akibat penyebaran virus Corona yang semakin mengkhawatirkan.

"Penurunan LPR akan sejalan dengan penurunan MLF yang dilakukan sebelumnya. Ke depan, sangat mungkin MLF diturunkan lagi," kata Aidan Yao, Senior Emerging Asia Economist di AXA Investment Management, sebagaimana diwartakan Reuters.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:43 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia mencapai 75.660 di mana 74.565 terjadi di China. Korban jiwa terus bertambah menjadi 2.124, hampir semuanya juga di Negeri Tirai Bambu.

Dalam laporan ekonomi kuartal IV-2019, PBoC memandang dampak ekonomi virus Corona pasti akan terasa tetapi relatif terbatas. Fundamental ekonomi China tidak berubah, tetap kuat.

"Namun, perekonomian China tetap menghadapi sejumlah tantangan. PBoC akan meredam seluruh risiko yang ada dan menggunakan berbagai instrumen moneter secara komprehensif. PBoC akan meningkatkan dukungan terhadap penyaluran kredit untuk mencecah dampak penyebaran virus Corona," tulis laporan PBoC.

'Obat perangsang' dari PBoC diharapkan membuat likuiditas di pasar keuangan dunia akan bertambah. Dengan begitu, pasar akan lebih bergairah dan memunculkan minat untuk kembali mengoleksi aset-aset berisiko.
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Rabu, 19 Februari 2020

Dolar AS Unjuk Gigi, Rupiah Melemah Lagi

Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)

Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah kompak melemah bersama mayoritas mata uang utama Asia lainnya.

Pada Rabu (19/2/2020), US$ 1 setara dengan Rp 13.690 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,22% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan pelemahan 0,07% di hadapan dolar AS. Sepertinya derita rupiah belum akan berakhir hari ini.

Sebab, gerak rupiah searah dengan mata uang utama Asia lainnya. Sejauh ini hanya peso Filipina yang mampu menguat, sisanya tidak selamat.

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:17 WIB:

Dolar AS Terlalu Kuat
Apa boleh buat, dolar AS memang terlalu kuat. Tidak hanya di Asia, mata uang Negeri Adidaya sedang digdaya di level global.

Pada pukul 08:22 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) naik 0,02%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini sudah menguat 1,85%. Secara year-to-date penguatannya lebih sangar lagi yaitu 3,14%.

Keperkasaan dolar AS disebabkan oleh rilis data teranyar di Jerman. Pada Februari, pembacaan awal sentimen investor berada di angka 8,7. Turun jauh dibandingkan Januari yang mencapai 26,7.

Penyebabnya apa lagi kalau bukan penyebaran virus Corona. Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 08:13 WIB, jumlah kasus Corona di seluruh dunia mencapai 75.188. Korban jiwa kian bertambah dan sudah menembus 2.000, tepatnya 2.008.

"Ketakutan terhadap dampak negatif dari penyebaran virus Corona di China dan seluruh dunia menyebabkan penurunan yang tajam dari sentimen investor. Ada ekspektasi kinerja sektor-sektor yang berorientasi ekspor akan menurun drastis," kata Achim Wambach, Presiden ZEW, seperti dikutip dari siaran tertulis.

Kekhawatiran bahwa virus Corona akan menggerogoti rantai pasok dunia memang semakin tinggi. Namun, investor meyakini bahwa perekonomian AS akan cukup kuat untuk menahan dampak negatif penyebaran virus tersebut.

"Hanya ketika virus sudah mati semua atau dampak dari stimulus di berbagai belahan dunia mulai terasa, kita baru bisa melihat pelemahan dolar AS," ujar Brad Bechtel, Direktur Pelaksana Jeffries yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.(aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Selasa, 18 Februari 2020

Resesi Ancam Raksasa Ekonomi, Pasar Keuangan RI Apa Kabar?

Foto: PBOC (REUTERS/Jason Lee)
PT RifanPasar finansial dalam negeri menguat pada perdagangan Senin (17/2/2020) kemarin, meski tipis. Nilai tukar rupiah menguat 0,15% di Rp 13.670/US$, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik tipis 0,01% ke 5.867,523.

Dari pasar obligasi, yield harga surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun turun 0,1 basis poin (bps) ke 6,574%.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Pergerakan rupiah, IHSG, dan SUN juga seirama, menghabiskan mayoritas perdagangan di zona merah, sebelum berhasil menguat beberapa menit sebelum perdagangan berakhir.

IHSG sebenarnya sempat menguat sebelum perdagangan sesi I berakhir, tetapi begitu masuk ke sesi II langsung kembali ke zona merah.

Tekanan bagi IHSG di sesi II terjadi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor pada Januari 2019 mencapai US$ 13,41 miliar. Sedangkan impor pada periode yang sama mencapai US$ 14,28 miliar.

Ekspor terkoreksi 3,71% sedangkan impor turun 4,78%. Sehingga berdasarkan hitungan, maka neraca dagang pada Januari 2020 mengalami defisit sebesar US$ 870 juta.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan nilai median pertumbuhan ekspor di 1,37% year-on-year (YoY). Sementara impor masih menunjukkan kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar 6,24% YoY. Lalu neraca perdagangan diperkirakan tekor US$ 152 juta.

Membengkaknya defisit perdagangan tersebut memberikan gambaran tantangan berat yang dihadapi perekonomian tahun ini, apalagi dengan adanya wabah virus corona di China.

Wabah virus corona atau yang disebut Covid-19 belum menunjukkan tanda-tanda mereda yang membuat sentimen pelaku pasar memburuk.

Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis dari John Hopkins CSSE, korban meninggal akibat virus corona atau yang disebut Covid-19 kini mencapai 1,775 orang dan telah menjangkiti lebih dari 71.000 orang di berbagai negara.

Masih belum diketahui seberapa besar dampak virus corona ke pertumbuhan ekonomi China dan global umumnya, yang pasti akan melambat.

Hasil riset S&P memprediksi produk domestic bruto (PDB) Negeri Tiongkok akan terpangkas hingga 1,2%. Kemudian, Reuters melakukan jajak pendapat terhadap 40 ekonom yang hasilnya pertumbuhan ekonomi China kuartal I-2019 diperkirakan sebesar 4,5%. Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 6%. Untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020, proyeksinya adalah 5,5%. Juga jauh melambat dibandingkan realisasi 2019 yang sebesar 6,1%.

Sementara itu Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menyatakan virus corona mungkin akan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini.

"Mungkin ada pemotongan yang kami masih harapkan akan berada dalam persentase 0,1-0,2," kata direktur pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, dikutip dari AFP akhir pekan kemarin.

Pelambatan ekonomi global menjadi kabar buruk bagi rupiah. Di awal tahun ini, rupiah menunjukkan keperkasaan, bahkan sempat menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia. Salah satu sebabnya adalah pertumbuhan ekonomi global yang diprediksi bangkit di tahun ini, sehingga aliran modal deras masuk ke Indonesia, di mana aset-aset memberikan imbal hasil tinggi.

Dengan perekonomian global yang diprediksi melambat, tentunya sentimen pelaku pasar memburuk dan lebih berhati-hati. Apalagi Indonesia tidak lepas dari pelambatan ekonomi juga.

Bank Dunia mengatakan pelambatan ekonomi China sebesar 1% dapat membuat ekonomi Indonesia melambat 0,3%. Itu artinya, perekonomian Indonesia bisa melambat lebih dari 0,3% di kuartal I-2020, dampaknya pasar finansial dalam negeri mendapat tekanan.

Tetapi dibalik semua sentimen negatif tersebut, terselip satu hal positif. Bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) sekali lagi bertindak guna meredam dampak wabah Covid-19 ke perekonomian.

PBoC mengumumkan penurunan suku bunga Medium-term Lending Facility (MLF) tenor setahun dari 3,25% menjadi 3,15%. Selain itu PBoC juga akan menggelontorkan dana senilai US$ 29 miliar dalam bentuk pinjaman jangka menengah.

Penurunan tersebut dimaksudkan untuk menambah likuiditas di pasar, sehingga roda perekonomian bisa berputar. Penurunan MLF hari ini diyakini pelaku pasar sebagai pembuka jalan pemangkasan Loan Prime Rate (LPF) yang akan diumumkan Kamis pekan ini.

Bukan kali ini saja PBoC menggelontorkan stimulus, di awal bulan lalu suku bunga reverse repo tenor 7 hari diturunkan menjadi menjadi 2,4%, sementara tenor 14 hari diturunkan menjadi 2,55% guna meredam gejolak finansial akibat virus corona. Selain itu PBoC menyuntikkan likuiditas senilai 1,7 triliun yuan (US$ 242,74 miliar) melalui operasi pasar terbuka.

Berkat kebijakan tersebut, sentimen pelaku pasar sedikit terangkat, meski belum benar-benar bagus. Terbukti bursa utama Asia belum kompak Senin kemarin, indeks Shanghai Composite melesat lebih dari 2% sementara Nikkei Jepang dan Kospi Korea Selatan masih melemah. Hal tersebut mengindikasikan pelaku pasar masih berhati-hati, dan belum agresif masuk ke aset berisiko, dan IHSG hanya mampu menguat tipis. (pap)

Senin, 17 Februari 2020

IMF: Corona Merusak Pertumbuhan Global 2020

IMF: Corona Merusak Pertumbuhan Global 2020
Foto: CNBC
PT Rifan Financindo Berjangka - Epidemi penyakit COVID-19 atau virus corona dikabarkan dapat merusak pertumbuhan ekonomi global tahun ini. Namun dalam Global Women's Forum di Dubai, kepala International Monetary Fund (IMF) mengatakan rebound ekonomi yang tajam dan cepat dapat terjadi.

"Mungkin ada pemotongan yang kami masih harapkan akan berada dalam persentase 0,1-0,2," kata direktur pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, dikutip dari AFP akhir pekan kemarin.

"Saya menyarankan semua orang untuk tidak langsung mengambil kesimpulan prematur. Masih ada banyak ketidakpastian. Kami beroperasi dengan skenario, belum dengan proyeksi, tanya saya dalam 10 hari."

Dalam pembaruan Januari untuk World Economic Outlook, IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2020 dengan 0,1 poin persentase menjadi 3,3 persen, mengikuti pertumbuhan 2,9 persen tahun sebelumnya. Angka ini menjadi terendah dalam satu dekade.

Georgieva mengatakan terlalu dini untuk menilai dampak penuh dari epidemi. Namun di sisi lain, ia mengakui bahwa epidemi ini sudah mempengaruhi sektor-sektor seperti pariwisata dan transportasi.

"Masih terlalu dini untuk mengatakan karena kami belum cukup tahu apa sifat virus ini. Kami tidak tahu seberapa cepat China akan dapat menahannya. Kami tidak tahu apakah virus akan menyebar ke seluruh dunia," ungkapnya.

Dibandingkan dengan dampak Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) pada 2002, Georgieva mengatakan ekonomi China kemudian hanya membuat 8,0 persen dari ekonomi global. Sekarang, angka itu mencapai 19 persen.

"(Pada virus corona) mereka bekerja sangat keras untuk menahan epidemi, mereka telah membawa likuiditas setara 115 miliar dolar sehingga mereka dapat meningkatkan perekonomian," ujarnya, menambahkan jika dunia khawatir mengenai pertumbuhan lamban yang dipengaruhi oleh ketidakpastian.

Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa para ahli internasional mulai bertemu dengan rekan-rekan mereka di China untuk membahas epidemi virus corona baru, yang dikatakan agak sulit untuk diprediksi.

"Para pakar internasional yang berpartisipasi dalam misi bersama yang dipimpin oleh WHO (China) telah tiba di Beijing & telah mengadakan pertemuan pertama mereka dengan rekan-rekan China hari ini," cuit ketua WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus di Twitter.

"Kami menantikan kolaborasi yang sangat penting ini berkontribusi pada pengetahuan global tentang wabah # COVID19." lanjut cuit tersebut.

Menurut data, jumlah kasus baru dari epidemi virus korona China turun selama hari ketiga berturut-turut. Namun soal penyebarannya, kekhawatiran global tetap tinggi. Apalagi ketika AS mengatakan lebih dari tiga lusin orang Amerika terinfeksi dari kapal pesiar yang dikarantina di Jepang.

Corona kini telah menewaskan 1.700 lebih orang. Berdasarkan data pemerintah Provinsi Hubei yang dipublikasi Senin (17/2/2020) pagi, ada tambahan 100 kematian baru di provinsi episentrum corona itu.

Bukan hanya itu, pemerintah China juga melaporkan ada 1.933 kasus baru. Ini menjadikan total pasien terinfeksi corona di seluruh dunia menjadi 70.400 orang. (sef/sef)