Rabu, 08 April 2020

Stimulus Jepang Tak Mampu Angkat Bursa Asia, Mayoritas Merah

Stimulus Jepang Tak Mampu Angkat Bursa Asia, Mayoritas Merah
Foto: ist
PT Rifan Financindo - Bursa saham di kawasan Asia pada perdagangan Rabu ini (8/4/2020) sebagian besar terkoreksi karena kekhawatiran atas dampak virus corona (coronavirus disease 2019/Covid-19) belum sepenuhnya pulih.

Data perdagangan mencatat, di Jepang, indeks Nikkei 225 naik 0,16%, sedangkan indeks Topix di Tokyo juga menguat 0,37%. Penguatan bursa saham Jepang terjadi setelah Perdana Menteri Negeri Sakura Shinzo Abe mengatakan akan menggelontorkan stimulus fiskal untuk menahan dampak dari wabah covid-19, jumlahnya akan mencapai 39 triliun yen (US$ 357 miliar), menurut laporan Reuters, mengutip kantor berita lokal Jiji.

Adapun di China, hari ini pasar saham China daratan terkoreksi di awal perdagangan, dengan indeks Shanghai Composite turun 0,52%, sementara Shenzhen ambles 0,29%. Indeks Hang Seng Hong Kong juga melemah 0,84%.

Bursa saham di Australia, Indeks acuan S&P/ASX 200 merosot 0,6%, sementara di Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,2%, sedangkan indeks Kosdaq naik 0,28%.

Sentimen negatif muncul dari bursa saham Amerika Serikat (AS) kontrak berjangka (futures) pada perdagangan pagi hari ini waktu Indonesia yang mengalami koreksi, Dow Jones Industrial Average (DJIA) kontrak berjangka (futures) turun 0,8% menjadi 22.317, sedangkan indeks S&P 500 melemah 0,6% pada 2.626 dan indeks Nasdaq 100 anjlok 0,5% menjadi 7.972.

Kepala strategi ekuitas Goldman Sachs David Kostin memperingatkan tentang "bear market rally (tren penurunan/bearish)," yang tampak seperti pasar telah mencapai titik terendah tetapi ternyata terlalu dini. Mengutip dari CNBC Internasional.

"Risiko untuk downside lebih besar daripada peluang ke atas dari titik ini di mana kita berdiri hari ini," kata Kostin di CNBC's "Squawk on the Street" pada hari Selasa.

Dari bursa Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pagi ini pukul 10:00 WIB kembali tertekan yang turun 2,42% pada 4.662,98, dengan nilai transaksi tercatat Rp 1,98 triliun. 
TIM RISET CNBC INDONESIA (har/hps)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Selasa, 07 April 2020

Sebaran Covid-19 Melambat, Bursa Asia Kompak Menghijau

Sebaran Covid-19 Melambat, Bursa Asia Kompak Menghijau
Foto: ist
Rifan Financindo - Bursa saham di kawasan Asia pada perdagangan Selasa ini (7/4/2020) melanjutkan penguatan karena ditopang data perlambatan dalam jumlah kasus virus corona (coronavirus disease 2019/Covid-19) dalam sepekan terakhir secara harian di Amerika Serikat (AS).
Meskipun masih terlalu dini untuk menentukan tren ini bakal bertahan lama, tapi korban jiwa di beberapa titik panas (hot spot) Covid-19 dunia, termasuk Spanyol dan Italia, juga menunjukkan tanda-tanda berkurang.

Data perdagangan mencatat, di Jepang, indeks Nikkei 225 melonjak 2,19% pada perdagangan pagi karena saham blue chip yakni Softbank Group melonjak 4,56%, sedangkan indeks Topix juga di Tokyo naik 2,3%.

Penguatan bursa saham Jepang terjadi setelah Perdana Menteri Negeri Sakura Shinzo Abe mengatakan akan menggelontorkan stimulus fiskal untuk menahan dampak dari wabah covid-19, jumlahnya akan mencapai 39 triliun yen (US$ 357 miliar), menurut laporan Reuters, mengutip kantor berita lokal Jiji.

Adapun di China, setelah ditutup saat perayaan libur kemarin, hari ini pasar saham China daratan juga naik di awal perdagangan, dengan indeks Shanghai Composite naik 1,5%, sementara Shenzhen naik 1,837%. Indeks Hang Seng Hong Kong juga naik 0,84%.

Bursa saham di Australia, Indeks acuan S&P/ASX 200 sempat naik 0,79% menjelang pengumuman bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) tentang keputusan tingkat suku bunga, yang diperkirakan sekitar pukul 11:30 WIB.

Investor saat ini menantikan keputusan RBA tentang suku bunga setelah pertemuan kebijakan moneter hari ini. RBA diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada level terendah 0,25%. Bank sentral juga akan mempertimbangkan apakah program pembelian obligasi membutuhkan penyesuaian.

Sementara di Korea Selatan, indeks Kospi naik 1,1% karena saham blue chip Samsung Electronics melonjak lebih dari 1% setelah perusahaan mengatakan laba kuartal pertama kemungkinan mencapai US$ 5,2 miliar, sedikit di atas ekspektasi.

Sentimen positif juga muncul dari bursa saham Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Selasa dini hari tadi (tadi pagi waktu Indonesia) yang mengalami penguatan karena sentimen investor tumbuh di tengah harapan penanganan virus corona.
Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 1.627,46 poin atau 7,7% menjadi 22.679,99, Nasdaq melonjak 540,15 poin atau 7,3% pada 7.913,24 dan S&P 500 naik 175,03 poin atau 7% menjadi 2.663,68.

Di tengah reli Wall Street, indeks volatilitas Cboe atau yang lebih dikenal dengan indeks ketakutan (fear index) atau VIX turun 3,3% menjadi 45,24, level terendah dalam sekitar 2 minggu. Pada 3 minggu lalu, VIX mencapai rekor tertinggi 82,69, melampaui level puncak selama krisis keuangan. Ini menandakan volatilitas pasar mulai mereda.

Dari bursa Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pagi ini pukul 09:35 WIB kembali menguat 1,85% pada 4.900,69, dengan nilai transaksi tercatat Rp 1,19 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA(har/har)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 06 April 2020

Corona Dekat dengan Resesi, Rupiah Melemah Pagi Ini

Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
PT Rifan - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Investor bingung karena pandemi virus corona memberi tantangan yang belum pernah ada sebelumnya.

Pada Senin (6/4/2020), US$ 1 setara dengan Rp 16.400 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu atau stagnan.

Seiring perjalanan pasar, rupiah masuk jalur merah. Pada pukul 09:08 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 16.450 di mana rupiah melemah 0,3%.

Sepanjang minggu kemarin, rupiah melemah 1,86% di hadapan dolar AS. Mayoritas mata uang utama Asia juga terdepresiasi terhadap greenback, tetapi rupiah menjadi terlemah kedua. Rupiah hanya lebih baik dari won Korea Selatan uang melemah nyaris 2%.

Mengawali pekan yang baru, tren pelemahan rupiah masih terjadi. Penyebabnya apa lagi kalau bukan penyebaran virus corona alias Coronavirus Desease-2019 (Covid-19).

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 06:13 WIB, jumlah kasus corona di seluruh dunia mencapai 1.272.115. Dari jumlah tersebut, 69.374 orang meninggal dunia.

Virus yang bermula dari Kota Wuhan Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu menyebar dengan sangat cepat. Dalam waktu kurang dari tiga bulan, virus menyebar ke lebih dari 200 negara. Hampir tidak ada tempat yang aman.

Gara-gara penyebaran virus corona yang sangat cepat dan masif ini, berbagai negara menerapkan kebijakan pembatasan aktivitas publik. Kantor dan pabrik ditutup, sekolah diliburkan, tempat wisata ditutup, konser dibatalkan, pertandingan olahraga ditiadakan, semua demi mencegah terjadinya kerumunan manusia yang meningkatkan risiko penularan.

Upaya ini ditempuh untuk mempersempit ruang gerak virus corona yang menyebar sering intensitas kontak dan interaksi antar-manusia. Namun upaya untuk menyelamatkan nyawa tersebut harus dibayar dengan harga yang tidak murah. 

Perlambatan Ekonomi Sudah Basi, Resesi Kian Pasti
Pembatasan aktivitas masyarakat sama dengan mengerem laju perekonomian. Perlambatan ekonomi sudah basi, sekarang sepertinya risiko resesi sudah semakin tinggi.

"Ini adalah krisis yang berbeda dari sebelumnya. Kita sudah lihat perekonomian dunia tidak bergerak, dan sekarang sudah resesi. Ini lebih parah dibandingkan 2008-2009. Sepanjang hidup saya, inilah kegelapan terbesar bagi umat manusia, ancaman bagi seluruh dunia," tegas Kristalina Geogieva, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional, juga dikutip dari Reuters.

Masalahnya, belum ada yang tahu sampai kapan ini terjadi. Sampai kapan aktivitas masyarakat akan dibatasi demi mencegah penularan virus, sampai kapan dunia harus menunggu ada vaksin pembunuh virus corona, sampai kapan perekonomian mati suri. Tidak ada yang bisa memberikan jawaban pasti.

"Sepertinya kita tidak akan melihat pola V-Shaped (kontraksi dalam kemudian pulih dengan cepat) karena benar-benar belum ada langkah signifikan untuk mengatasi penyebab dari semua masalah ini. Proses akan terus berlangsung dan memakan waktu," kata Mike Turvey, Institutional Senior Trading Strategist di TD Ameritrade, seperti dikutip dari Reuters.

Semakin social distancing dilakukan maka tingkat keparahan terhadap ekonomi akan semakin dalam. Misalnya, Bank Sentral Uni Eropa (ECB) memperkirakan setiap karantina wilayah alias lockdown berlaku selama empat minggu maka pertumbuhan ekonomi akan menurun 2%.

Tekanan besar terhadap perekonomian memang sudah beberapa kali terjadi. Ada krisis Asia 1997-1998, dotcom bubble pada awal dekade 2000-an, krisis keuangan global 2008-2009, hingga ancaman perang dagang AS-China 2018-2019.

Namun semua itu terjadi akibat ulah manusia, sehingga bisa dikalkulasi dampak dan seberapa lama tekanan bakal terjadi. Kita bisa tahu apa yang kira-kira akan terjadi esok hari.

Virus corona berbeda. Ini bukan pekerjaan manusia, tetapi virus yang belum ada obatnya. Setiap hari virus corona selalu memberi kejutan baru, tidak ada yang tahu apa yang bakal kejadian besok.
TIM RISET CNBC INDONESIA(aji/aji)

Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 03 April 2020

Goks! Harga Emas Antam Hari Ini Meroket Rp 26.000/Gram

Goks! Harga Emas Antam Hari Ini Meroket Rp 26.000/Gram
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
PT Rifan Financindo Berjangka - Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) hari Jumat (3/4/2020) melesat 2,99sebesar Rp 26.000 menjadi Rp 895.000/gram, dari hari sebelumnya Rp 869.000/gram.
Harga emas Antam mengalami kenaikan, seiring dengan harga emas dunia yang kembali naik ke atas level psikologis US$ 1.600 per troy ons pada hari Kamis.

Kenaikan harga emas global karena investor beralih ke aset safe haven setelah
laporan data klaim pengangguran AS mencapai rekor tertinggi untuk minggu kedua berturut-turut di tengah pandemi virus corona. Ini mencerminkan dampak corona yang melemahkan negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan, jumlah klaim pengangguran di Negeri Paman Sam meroket menjadi 6,648 juta klaim, meningkat 3,341 juta dari jumlah revisian pekan sebelumnya yakni di angka 3,307 juta.

Harga emas berjangka di Bursa COMEX di New York juga ditutup naik US$ 46,30, atau 3%, pada US$ 1.637,70 per troy ons.

Berdasarkan pencatatan data harga Logam Mulia di gerai Jakarta Gedung Antam di situs logammulia milik Antam hari ini (3/4/2020), harga tiap gram emas Antam ukuran 100 gram menguat 2,99% berada di Rp 89,5 juta dari harga kemarin Rp 86,9 juta per batang.


Emas Antam kepingan 100 gram lumrah dijadikan acuan transaksi emas secara umum, tidak hanya emas Antam. Harga emas Antam di gerai penjualan lain bisa berbeda.

Adapun khusus harga 1 gram emas Antam juga naik Rp 26.000 menjadi Rp 944.000/gram.

Di sisi lain, harga beli kembali (buyback) emas Antam hari ini naik 2,8% atau Rp 23.000 ditetapkan pada Rp 845.000/gram, dari posisi kemarin Rp 822.000/gram. Harga itu menunjukkan harga beli yang harus dibayar Antam jika pemilik batang emas bersertifikat ingin menjual kembali investasi tersebut.

Untuk jenis lain, Antam juga menawarkan emas batik dan emas tematik serta menampilkan harga hariannya di situs yang sama.

Di sisi lain, Antam juga menjual emas batangan dengan dasar ukuran mulai 1 gram hingga 500 gram di berbagai gerai yang tersedia di berbagai kota, dari Medan hingga Makassar.

Harga dan ketersediaan emas di tiap gerai bisa berbeda. Harga emas tersebut sudah termasuk PPh 22 0,9%. Masyarakat bisa menyertakan NPWP untuk memperoleh potongan pajak lebih rendah yaitu 0,45%.

Beberapa faktor yang mempengaruhi harga emas adalah nilai tukar rupiah, penawaran-permintaan, permintaan industri emas, isu global, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.

Penguatan harga emas Antam biasanya mencerminkan kecenderungan masyarakat untuk memburu emas ritel ketika kondisi tidak kondusif, sehingga mencerminkan fungsi logam mulia sebagai instrumen yang dinilai lebih aman (safe haven) untuk masyarakat di dalam negeri.

TIM RISET CNBC INDONESIA (har/tas)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 02 April 2020

AS Bisa Depresi (Bukan Resesi), Bursa Saham Asia Merah Lagi

AS Bisa Depresi (Bukan Resesi), Bursa Saham Asia Merah Lagi
Ilustrasi Bursa Saam Tokyo (REUTERS/Issei Kato)
PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia bergerak melemah di perdagangan pagi ini. Kondisi ini searah dengan bursa saham New York yang terjerembap.

Pada Kamis (2/4/2020) pukul 08:50 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Asia: 

Dini hari tadi waktu Indonesia, Wall Street melemah dalam. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ambles 4,44%, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite sama-sama anjlok 4,41%.

Kejatuhan Wall Street menandakan investor sedang tidak mau mengambil risiko dan memilih bermain aman. Penyebabnya apa lagi kalau bukan penyebaran virus corona yang semakin ngeri tidak ada sedap-sedapnya.

Mengutip data satelit pemetaan ArcGis per pukul 05:04 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia sudah mencapai 932.605 orang. Dari jumlah tersebut, 46.809 orang meninggal dunia.

Amerika Serikat (AS) kini menjadi episentrum pandemi corona dunia menggantikan China. Jumlah pasien corona di Negeri Paman Sam tercatat 213.372 orang di mana 4.757 orang tutup usia.

Dampak penyebaran virus corona yang semakin luas sudah berdampak ke kinerja perekonomian AS. ISM melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS periode Maret 2020 adalah 49,1. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,1.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Di bawah 50 berarti industriawan sedang tidak ekspansif, yang ada malah kontraktif.

"Sektor manufaktur kembali resesi, bergabung dengan sektor-sektor lainnya. Ini menunjukkan sepertinya yang terjadi adalah depresi, bukan sekadar resesi," tegas Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, seperti diberitakan Reuters.

Almarhum Harry S Truman, mantan presiden AS, punya gambaran yang menarik soal perbedaan resesi dan depresi. Resesi adalah ketika tetangga Anda kehilangan pekerja. Jika Anda juga kehilangan pekerjaan, itu namanya depresi.

Amit-amit, tetapi risiko resesi di AS mungkin memang sudah 'naik kelas' menjadi depresi. Economist Intelligence Unit dalam proyeksi terbarunya memperkirakan ekonomi AS akan terkontraksi (tumbuh negatif) -2,8% tahun ini. Kalau ini terwujud, maka akan menjadi pencapaian terburuk sejak 1946!

Masalahnya, AS adalah perekonomian terbesar di dunia. Kala sang jawara ciut, maka yang di belakangnya juga ikut mengkerut. Jadilah ekonomi dunia ikut terancam resesi.

Dihantui risiko resesi yang semakin nyata dari hari ke hari, investor memilih undur diri. Lebih baik bermain sangat aman dengan memegang uang tunai. Cash is king, lebih baik pegang uang untuk jaga-jaga jika kondisi memburuk.

Bahkan emas pun tidak laku. Pada pukul 08:36 WIB, harga emas dunia di pasar spot turun 0,52% ke US$ 1.585,35/troy ons.

Well, kalau emas saja sudah tidak dipercaya oleh investor apalagi saham? 
TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)
Sumber : CNBC
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan