Kamis, 02 Juli 2020

Harga Emas Antam Meroket Rp 147.120 di Semester I, Beli Gak?

Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Emas Antam (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
PT Rifan Financindo - Harga emas Antam pada semester I-2020 naik signifikan sebesar Rp 147.120 atau 20,63% dari level Rp 713.000/gram di penghujung tahun 2019 ke level Rp 860.120 pada perdagangan akhir semester I (30/6/2020).

Bahkan harga emas Antam sempat menyentuh harga tertingginya di Rp 914.000/gram pada 7 April 2020 lalu.

Apresiasi harga emas Antam seiring dengan meningkatnya kekhawatiran yang ditimbulkan oleh penyebaran virus corona (Covid-19) terhadap pertumbuhan ekonomi global termasuk Indonesia yang dapat berujung pada resesi.

Sejak munculnya wabah virus corona banyak investor merasa khawatir akan terjadinya resesi, sehingga banyak aset-aset berisiko dan aset pendapatan tetap (fixed income) seperti obligasi ikut mengalami tekanan jual.  

Investor pun berburu aset safe haven seperti emas Antam sebagai lindung nilai yang berujung pada lonjakan permintaan yang sekaligus mengangkat harga emas Antam tersebut.

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dalam rilis terbarunya yang berjudul A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global.

"Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang negatif pada paruh pertama 2020 daripada yang diperkirakan," tulis lembaga itu, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (25/6/2020).

Dalam rilis tersebut, IMF memprediksi perekonomian global di tahun ini akan berkontraksi atau minus 4,9% lebih dalam ketimbang proyeksi yang diberikan pada bulan April lalu minus 3%. Itu artinya, resesi perekonomian global di tahun ini bisa semakin dalam.

Nyaris semua negara, dari negara maju hingga negara berkembang diramal akan mengalami kontraksi ekonomi. Secara umum, perekonomian negara maju akan minus 8%.

Amerika Serikat (AS), negara dengan nilai ekonomi terbesar di dunia diprediksi mengalami kontraksi 8%, kemudian ekonomi zona euro -10,2%. Jepang, negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di dunia diprediksi -5,8%.

Sementara itu, dari negara berkembang secara umum diramal minus 3%, tetapi perekonomian China diprediksi masih bisa tumbuh 1%.

Sentimen positif harga emas Antam juga didukung oleh rencana stimulus besar-besaran sejumlah negara dan pelonggaran moneter lebih lanjut oleh beberapa bank sentral di seluruh dunia.

Laporan terbaru menunjukkan bahwa bank sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan menambah paket stimulus untuk memerangi pandemi Covid-19 yang mengguncang pasar keuangan global.

Awal pekan ini ECB menambah dana sebesar 600 miliar euro untuk membeli aset-aset keuangan melalui Pandemic Emergency Purchase Programme (PEPP). Sehingga secara total ECB menggelontorkan uang senilai 1,35 triliun euro jika ditambah dengan nominal sebelumnya di 750 milia euro. 

Langkah-langkah stimulus besar-besaran inilah yang cenderung mendukung harga emas karena dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang. Emas adalah investasi yang menarik selama periode ketidakpastian politik dan ekonomi.

TIM RISET CNBC INDONESIA (har/har)

Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Rabu, 01 Juli 2020

Naik Sendirian, Juara Bursa Asia Pasifik Tahun Ini Adalah...

An investor looks at an electronic board showing stock information at a brokerage house in Shanghai, China July 6, 2018. REUTERS/Aly Song
Foto: REUTERS/Aly Song
Rifan Financindo - Hanya satu indeks utama di bursa wilayah Asia Pasifik yang mengakhiri paruh pertama tahun 2020 di wilayah positif di tengah tekanan sentimen negatif pandemi Covid-19 dari Wuhan China ini.

Berdasarkan data CNBC, indeks saham dengan catatan impresif dalam 6 bulan pertama tahun ini adalah China CSI 300. Indeks berisi konstituen saham-saham terbesar yang terdaftar di bursa China daratan ini naik 1,64% dalam 6 bulan terakhir.

CSI 300 adalah indeks saham yang dirancang untuk mereplikasi kinerja 300 saham teratas yang diperdagangkan di bursa Shanghai Stock Exchange dan Shenzhen Stock Exchange. Ada dua sub-indeks yakni Indeks CSI 100 dan Indeks CSI 200. Indeks ini dibuat oleh China Securities Index Company Ltd.

Sementara itu, indeks acuan saham utama di Asia lainnya terjerembab, seiring dengan gambaran suram dari pandemi coronavirus. Meskipun banyak negara di Asia Pasifik yang berupaya mengatasi Covid-19 dan mendapatkan pujian internasional atas upaya mereka dalam mengekang penyebaran virus, tapi bursanya juga 'keok'

Di Selandia Baru, negara yang bisa dibilang memiliki keberhasilan terbesar dalam mengendalikan wabah coronavirus di dalam negeri, tapi indeks NZX 50 masih minus sekitar 0,4%, lebih rendah tahun ini. Ekonomi Taiwan juga dipuji mampu mengatasi Covid-19 dengan "sangat baik," tetapi Indeks Taiex masih jatuh lebih dari 3% pada tahun 2020.

Pasar dengan kinerja terbaik di Asia Tenggara adalah Indeks KLCI FTSE Bursa Malaysia Malaysia, tetapi itu 5% lebih rendah tahun ini. Di Vietnam, negara yang sering dipuji karena keberhasilannya mengatasi virus, VN-Index juga masih turun 14% lebih rendah tahun ini.

Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, yang pada perdagangan Selasa (30/6/20) ditutup terapresiasi tipis sebesar 0,07% di level 4.905,39, secara 6 bulan terakhir minus 22,13%.

Berikut adalah kinerja pasar utama Asia Pasifik lainnya sejauh ini pada 2020, berdasarkan data dari Refinitiv Eikon serta perhitungan CNBC pada penutupan hari Selasa (30/6/2020):

- S&P/ASX 200 Australia: -11,76%
- Komposit Shanghai China: -2.15%
- Indeks Hang Seng Hong Kong: -13,35%
- India Nifty 50: -15,34%
- Nikkei 225 Jepang: -5,78%
- Indeks Straits Times Singapura: -19,64%
- Kospi Korea Selatan: -4,07%
- Indeks Komposit SET SET Thailand: -15,24%
- IHSG Indonesia: -22,13

Dalam catatan pada Jumat pekan lalu, Shane Oliver, Kepala Strategi Investasi dan Kepala Ekonom AMP Capital, menyoroti "tiga risiko besar" di depan untuk diantisipasi oleh pasar.

Pertama, kekhawatiran gelombang kedua dari kasus coronavirus yang bisa memicu penurunan jauh lebih dalam di pasar saham. Kedua, pemulihan ekonomi dan ketiga ketegangan AS dan China.

Pemilihan presiden AS pada November mendatang juga menjadi sentimen, di mana petahana Presiden AS Donald Trump masih menjadi sentimen utama apalagi terjadi peningkatan ketegangan dengan China, dan kemungkinan Eropa.

"Setelah reli kuat dari posisi terendah Maret, bursa saham tetap rentan terhadap penurunan jangka pendek mengingat ketidakpastian seputar coronavirus, pemulihan ekonomi, dan ketegangan AS/China," katanya, dilansir CNBC, Rabu (1/7/2020).

"Tetapi pada horizon periode 6 hingga 12 bulan ke depan, saham diharapkan bisa balik arah secara total, baik karena dibantu oleh peningkatan dalam kegiatan ekonomi dan stimulus kebijakan besar-besaran [dari bank sentral, "kata Oliver. (tas/sef)
Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 30 Juni 2020

Sentimen Ekonomi Eropa Membaik, Kurs Euro Dekati Rp 16.000

FILE PHOTO: A money changer counts Euro banknotes at a currency exchange office in Nice, France November 17, 2017. REUTERS/Eric Gaillard
Foto: Mata uang Euro (REUTERS/Eric Gaillard)
PT RifanNilai tukar euro menguat melawan rupiah dan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (29/6/2020). Membaiknya sentimen ekonomi di zona euro turut mengerek naik nilai tukar mata uang negara blok Uni Eropa tersebut.

Pada pukul 18:25 WIB, euro diperdagangkan di level Rp 15.978,09/EUR, menguat 0,67% di pasar spot melansir data Refinitiv. Melawan dolar AS, euro menguat 0,53% ke US$ 1.1277.

Data dari Komisi Eropa hari ini menunjukkan sentimen ekonomi di bulan Juni naik menjadi 75,7 dari bulan Mei 67,5, meski cukup jauh dari rata-rata 100 sejak tahun 2000, sebagaimana dilansir Reuters.

Pada bulan Mei, kenaikan sentimen dipicu oleh sektor industri dan konsumen. Sementara di bulan Juni, kenaikan sentimen ekonomi terjadi di semua sektor, yang tertinggi pada sektor ritel dan jasa. Para raksasa ekonomi Eropa, Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Belanda, semuanya mencatat kenaikan sentimen ekonomi.

Naiknya sentimen tersebut artinya ada optimisme perekonomian akan bangkit. Di bulan April, sentimen ekonomi tersebut ambrol ke level terendah sejak pencatatan dimulai tahun 1985. Sebabnya, tentu saja kebijakan karantina wilayah (lockdown) di negara-negara Benua Biru guna meredam penyebaran virus corona.

Pekan lalu, aktivitas bisnis terindikasi bangkit pada Juni. Markit pada Selasa (23/6/2020) melaporkan Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) menunjukkan peningkatan lebih besar dari prediksi. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawah 50 berarti kontraksi, sementara di atas 50 berarti ekspansi.

Prancis menjadi negara yang paling mengejutkan, PMI manufaktur dan jasa kembali menunjukkan ekspansi. PMI manufaktur dirilis sebesar 52,1 di bulan ini, dari bulan Mei 40,6.

Rilis tersebut lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 46,1, dan menjadi ekspansi pertama dalam 5 bulan terakhir. PMI sektor jasa dilaporkan sebesar 50,3 lebih tinggi dari prediksi 44,9.

Jerman, negara dengan nilai ekonomi terbesar di Eropa juga membukukan kenaikan PMI manufaktur dan jasa masing-masing menjadi 44,6 dan 45,8, meski masih berkontraksi tetapi lebih tinggi dari prediksi 41,5 dan 41,7.

Kemudian zona euro secara keseluruhan, PMI manufaktur dilaporkan sebesar 46,9 lebih tinggi dari prediksi 43,8, dan PMI jasa sebesar 47,3 jauh lebih tinggi dari prediksi 40,5. Data tersebut memunculkan harapan jika perekonomian zona euro akan segera bangkit setelah merosot tajam akibat pandemi Covid-19, atau membentuk kurva v-shape.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 29 Juni 2020

Dear Investor, 'Cuaca' Sepertinya Tak Bersahabat, Sudah Siap?

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
PT Rifan Financindo BerjangkaGempuran sentimen negatif telah membuat pasar keuangan Tanah Air mencatatkan kinerja yang kurang baik. Asing melepas kepemilikan sahamnya di bursa RI dan 'rupiah' pun mulai dibuang oleh investor.

Sepekan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,77%. Asing membukukan aksi jual bersih sebesar Rp 2,2 triliun di seluruh pasar dan IHSG gagal sentuh level psikologis 5.000. Namun koreksi IHSG tak terlalu buruk jika dibandingkan dengan indeks saham utama negeri tetangga (ASEAN).

Senada dengan IHSG, nilai tukar rupiah juga terdepresiasi terhadap dolar greenback 0,71% di sepanjang minggu kemarin. Di akhir perdagangan rupiah harus ditutup melemah ke Rp 14.150/US$ dan menjadi mata uang Asia dengan kinerja terburuk.


Rupiah yang terus menguat setelah menyentuh level penutupan terendah di pasar spot pada 23 Maret 2020 di Rp 16.550/US$, membuat investor tergoda untuk mencairkan keuntungannya.

Investor yang tadinya memborong (long) rupiah kini beralih untuk menjualnya (short). Berdasarkan survei dua mingguan Reuters, investor sudah mulai 'membuang' rupiah terindikasi dari angka yang berada di teritori negatif yang berarti investor mengambil posisi short terhadap mata uang RI.


Sementara di pasar surat utang negara (SUN), imbal hasil (yield) obligasi rupiah pemerintah Indonesia cenderung stabil dan ditutup di 7,194%.

Anjloknya harga aset-aset berisiko di dalam negeri tak terlepas dari berbagai berita buruk seperti lonjakan kasus infeksi virus corona (Covid-19) di berbagai negara, hingga ramalan Dana Moneter Internasional (IMF) yang suram terkait perekonomian global dan Tanah Air.

Jumlah kasus di Indonesia telah mencapai angka 51.427 hingga Jumat (26/6/2020). Kini Indonesia menjadi pemimpin klasemen negara dengan jumlah kasus infeksi Covid-19 terbanyak di Asia Tenggara dan telah menyalip Singapura.

Di Indonesia jumlah kasus per hari yang dilaporkan mengalami fluktuasi cenderung meningkat dengan laju rata-rata kasus per harinya sepekan terakhir mencapai angka 1.000 kasus/hari.

Tidak dapat diketahui dengan pasti kapan pandemi ini akan berakhir. Bagi negara-negara yang kurva epidemiologinya telah melengkung ke bawah kini harus waspada akan risiko gelombang kedua wabah seiring dengan relaksasi lockdown dan pembukaan ekonomi yang dilakukan.

Melihat berbagai realita yang ada, lembaga keuangan global IMF memangkas proyeksi pertumbuhan output global April lalu sebesar 1,9 poin persentase (pp) menjadi minus 4,9% pada 2020.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi RI pun dipangkas 1,8 pp menjadi -0,3% dari sebelumnya masih tumbuh minimalis di angka 1,5%.

Tidak hanya IMF saja yang memproyeksi ekonomi RI bisa minus tahun ini, bank terbesar di ASEAN yakni DBS juga 'meramalkan' hal yang sama. Dalam laporan terbarunya DBS memperkirakan ekonomi RI tahun 2020 bisa minus 1%.

Sementara itu jika mengacu pada proyeksi Bank Dunia, ekonomi Tanah Air tidak akan mencatatkan pertumbuhan tahun ini. Berbeda dengan Bank Dunia, BI memandang ekonomi RI bisa tumbuh di 0,9% - 1,9% tahun ini.

Berbeda lagi dengan proyeksi Menteri Keuangan yang memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2020 berpotensi mengalami kontraksi minus 0,14% pada skenario terburuk dan tumbuh 1% jika melihat skenario terbaiknya.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Sumber : CBNC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 26 Juni 2020

Tak Diduga, IHSG Dibuka Menguat ke 4.932

Pengunjung berada di sekitar layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Kamis (13/2). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini pukul 12.00 menurun-0,67% ke posisi 5,873,30. Pergerakan IHSG ini masih dipengaruhi oleh sentimen atas ketakutan pasar akan penyebaran wabah virus corona.
Ilustrasi/Foto: Pradita Utama
PT Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini dibuka positif. IHSG dibuka menguat 35,171 poin (-0,70%) ke 4.932.

Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi ini ada di level Rp 14.210.

Pada Jumat (25/6) pukul 09.03 waktu JATS, IHSG masih menguat 42 poin (0,85%) ke 4.938. Sedangkan indeks LQ45 juga ikut menguat 8 poin (1%) ke 769.

Sementara itu, Bursa Amerika Serikat (AS) ditutup menguat. Dow Jones ditutup 25.745,60 (+1,18%), NASDAQ ditutup 10.017,00 (+1,11%), S&P 500 ditutup 3.083,76 (+1.10%).

Kekhawatiran akan semakin naiknya kasus di AS tertutup dengan pengumuman The Federal Deposit Insurance Commission yang melonggarkan aturan The Volcker. Aturan ini diberlakukan sejak krisis 2008 yang membatasi perdagangan spekulatif. Di mana bank akan dimudahkan untuk melakukan investasi besar seperti ke modal ventura.

Bank juga tak perlu menyisihkan uang tunai untuk pedagang derivatif antara afiliasi yang berbeda dari perusahaan yang sama, yang berpotensi membebaskan lebih banyak modal.

Mayoritas bursa Asia pagi ini bergerak positif. Berikut pergerakannya:
  • Indeks Nikkei 225 naik 251 poin ke 22.511
  • Indeks Hang Seng melemah 78 poin ke 24.703
  • Indeks Shanghai libur
  • Indeks Strait Times bertambah 23 poin ke 2.613
(ara/ara)

Sumber : Detik
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan