Rabu, 30 September 2020

Mantap, Rupiah Kayaknya Mau Menguat!

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT Rifan Financindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tampaknya akan menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Tanda-tanda apresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF).

Berikut kurs dolar AS di pasar NDF beberapa saat usai penutupan perdagangan spot kemarin lalu dibandingkan hari ini, Rabu (30/9/2020), mengutip data Refinitiv:

Periode

Kurs 29 September (15:02 WIB)

Kurs 30 September (07:32 WIB)

1 Pekan

Rp 14.924

Rp 14.862,5

1 Bulan

Rp 14.976,1

Rp 14.882

2 Bulan

Rp 15.030,6

Rp 14.966

3 Bulan

Rp 15.104,6

Rp 15.033

6 Bulan

Rp 15.287,5

Rp 15.210,25

9 Bulan

Rp 15.454,6

Rp 15.390,25

1 Tahun

Rp 15.659,1

Rp 15.578,25

2 Tahun

Rp 16.372

Rp 16.372

 

Berikut kurs Domestic NDF (DNDF) yang kali terakhir diperbarui pada 29 September pukul 14:53 WIB:

Periode

Kurs

1 Bulan

Rp 14.960

3 Bulan

Rp 14.967

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London. 

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.

Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.

Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu selalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 29 September 2020

Bursa Wall Street Ngamuk! Siap-siap IHSG 'Kesetanan'

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

 

Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (28/9/2020) ditutup anjlok 0,79% ke 4.906,54.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 673 miliar di pasar reguler dengan nilai transaksi menyentuh Rp 6,3 triliun.

Pada perdagangan hari ini, Selasa (29/9/2020), pasar saham dalam negeri diharapkan mendapatkan sentimen positif dari penguatan bursa saham Wall Street AS Senin kemarin (Selasa pagi waktu Indonesia).

Analis MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan kondisi perdagangan di bursa Indonesia Selasa ini diperkirakan lebih kondusif menyusul kembali menguatnya DJIA sebesar 410.1 poin 1.51%.

Dengan demikian selama 2 hari DJIA (Dow Jones Industrial Average) menguat 651.4 poin (2.85%), didorong penguatan saham sektor teknologi dan pariwisata.

Selain DJIA, Indeks S&P juga 1,62%, dan Nasdaq juga melesat 1,87%.

Tak hanya itu, sentimen positif untuk IHSG juga datang dari harapan akan adanya 10 juta vaksin Covid19 di akhir tahun 2020.

Dari Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) tengah berdiskusi terkait dengan keputusan mereka apakah akan memberikan stimulus kembali untuk mendorong perekonomian atau menunggu beberapa data ekonomi untuk menguatkan keputusan tersebut.

Salah satu pejabat bank sentral Eropa, Fabio Panetta mengatakan bahwa ada potensi untuk memberikan stimulus terlebih dahulu, dibandingkan terlambat memberikan stimulus.

Hal tersebut juga didorong oleh Kepala Ekonomi Philip Lane yang mengatakan bahwa kita harus memberikan lebih banyak stimulus untuk mendorong perekonomian dan menghidupkan kembali inflasi, sehingga stimulus masih sangat diperlukan untuk menopang perekonomian.

Sejauh ini sekuritas ini menilai Christine Lagarde, Presiden ECB, masih sangat berhati hati dalam membuat keputusan, karena harus menghitung dan mengevaluasi setiap data yang masuk.

Dari segi teknikal, Artha Sekuritas memprediksi IHSG diprediksi melemah.

Secara teknikal IHSG masih bergerak pada trend bearish jangka menengah yang cukup kuat.

Pergerakan masih akan dibayangi kecemasan akan tingginya kasus Covid-19 secara harian yang semakin tinggi. Investor akan mengantisipasi rilis beberapa data perekonomian Amerika Serikat.

MNC Sekuritas menyebutkan support (batas bawah) terdekat IHSG berada pada area 4.850 dan berikutnya di 4.753, diperkirakan selama IHSG masih mampu bertahan di atas 4.850 maka diperkirakan IHSG berpeluang mengarah ke area 5.000-5.100 untuk membentuk wave B.

Namun sebaliknya, apabila ternyata IHSG terkoreksi agresif ke bawah 4.753, maka IHSG terkonfirmasi membentuk wave [v] ke arah 4.500-4.650.

Untuk itu, pada perdagangan hari ini IHSG bakal bergerak di kisaran support 4.850 dan 4.753 serta resisten (batas atas) di 4.950 dan 5.187. (tas/tas)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Senin, 28 September 2020

Gelombang 2 Corona 'Mengerikan', Harga Minyak Bisa Drop Lagi

Minyak Bumi
Foto: Reuters

 

PT Rifan - Gelombang kedua pandemi corona (Covid-19) menghantui pasar komoditas, termasuk minyak. Senior Analyst Price Futures Group Phil Flynn, yang berbasis di Chicago, mengatakan konsumsi minyak dunia masih rendah karena gelombang kedua ini, seperti diwartakan Reuters.

Saat dunia dilanda tren pembukaan kembali aktivitas publik (reopening), kasus corona di berbagai negara meningkat tajam. Harga minyak dunia sepanjang pekan kemarin merosot lumayan tajam. Permintaan diperkirakan anjlok sementara pasokan masih melimpah, yang menyebabkan harga terhempas ke bawah.

"Ada ketakutan gelombang kedua yang ada di pasar minyak pada saat ini dan itu menahan kami," kata Phil.

Sepanjang minggu kemarin, harga minyak jenis brent anjlok 2,85%. Sementara yang jenis light sweet ambrol 2,33%.

Reuters mencatat jumlah pasien positif Covid-19 di seluruh negara per 26 September 2020 adalah 32.623.378 orang. Bertambah 121.002 orang (0,37%) dibandingkan sehari sebelumnya.

Dalam 14 hari terakhir (13-26 September), rata-rata jumlah pasien baru bertambah 275.961 orang per hari. Naik dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 268.811 orang per hari.

Sementara Amerika Serikat (AS) jadi negara dengan kasus Covid-19 terbanyak di dunia. Jumlah pasien positif Covid-19 di Negeri Paman Sam sudah hampir menyentuh 7 juta orang.

AS adalah negara konsumen minyak terbesar di dunia. Jika virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini terus menghantui kehidupan warga AS, maka aktivitas mereka menjadi terbatas. Selain pemerintah lokal yang mulai kembali mengetatkan pembatasan sosial (social distancing), warga sendiri juga ragu untuk berkegiatan di luar rumah karena khawatir tertular virus.

Penurunan aktivitas berarti mobilitas berkurang. Ketika mobilitas turun, maka permintaan energi pun ikut tertekan.
US Energy Information Adminstration meramal rata-rata permintaan produk minyak pada tahun ini adalah 18,42 juta barel/hari. Turun 10,32% dibandingkan 2019.

Pada saat yang sama, pasokan masih berlimpah. Fasilitas pengeboran (rig) migas di AS bertambah enam menjadi 261 unit per 25 September. Sementara Libya menggenjot pengiriman setelah tidak ada lagi hambatan di pelabuhan.

Iran pun mulai mengekspor minyak meski dalam bayang-bayang sanksi AS. Data TankerTrackers menyebutkan ekspor minyak Negeri Persia pada September bisa mendekati 1,5 juta barel/hari.

"Ekspor (Iran) sedang meningkat, kami melihat bisa mendekati 1,5 juta barel/hari. Ini adalah level yang belum pernah terjadi dalam 1,5 tahun terakhir," ungkap Samir Madani, Co-founder TankerTrackers, seperti dikutip dari Reuters.

Pasokan yang naik sementara permintaan turun tentu berdampak pada penurunan harga. Sebelum pandemi Covid-19 berlalu, sepertinya harga minyak masih akan tertekan. (*) (hps/hps)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 25 September 2020

Pakai B30, Konsumsi BBM Diklaim Lebih Boros, Gimana B100 Ya?

Menteri ESDM Ignasius Jonan melepas road test B30 di gedung KESDM, Jakarta, Kamis (13/6). B30 akan menggantikan pemakaian BBM impor sebesar 55 juta barel. B30 akan menggantikan pemakaian BBM impor sebesar 55 juta barel. Menteri ESDM Ignasius Jonan didampingi Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, me-launching Road Test Penggunaan Bahan Bakar B30 (campuran biodiesel 30% pada bahan bakar solar) pada kendaraan bermesin diesel. Launching Road Test B30 ditandai dengan pelepasan keberangkatan 3 unit truk dan 8 unit kendaraan penumpang berbahan bakar B30 yang masing-masing akan menempuh jarak 40 ribu dan 50 ribu kilometer. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Launching Bahan Bakar B 30 (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

PT Rifan Financindo Berjangka - Program mandatori biodiesel 30% (B30) yang sudah berjalan tahun ini bukan tanpa kendala. Konsumsi B30 ini dianggap menimbulkan banyak dampak negatif terutama kepada mesin kendaraan.

Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (Aspindo) Bambang Tjahjono dalam sebuah diskusi daring pada Kamis (24/09/2020).

Bambang mengatakan penggunaan B30 menimbulkan konsumsi bahan bakar yang lebih tinggi daripada penggunaan solar fosil (diesel fuel) biasa. Menurutnya, penggunaan B30 untuk otomotif bisa lebih boros sekitar 1-3% dibandingkan penggunaan diesel biasa tanpa campuran Fatty Acid Methyl Esters (FAME) tersebut. Untuk menghasilkan energi yang sama, dibutuhkan pedal gas yang lebih dalam, alhasil, imbuhnya, bahan bakar yang dibutuhkan lebih tinggi.

Seperti diketahui, B30 yaitu biodiesel yang setiap satu liter solarnya telah dicampur dengan 30% FAME.

"Lalu uji coba untuk B100, ternyata lebih boros 7-10%, dan di alat berat lebih boros 2-5%. Lebih boros karena tenaga yang dihasilkan lebih rendah daripada bahan bakar dari fosil," tuturnya dalam diskusi daring tersebut.

Selain itu, sifat dari biodiesel yang mudah menyerap air dari udara bebas, menurutnya ini nantinya akan berdampak pada jangka panjang yang akan menghasilkan mikroba dan gel. Oleh karena itu, dibutuhkan perawatan tangki mesin yang lebih intens.

Dia mengatakan, oksidan itu mudah menghasilkan endapan, dan bila terjadi di tangki bahan bakar, maka mudah terserap oleh filter. Akibatnya, umur filternya pendek, pada umumnya hanya setengahnya. Biasanya berlaku empat sampai lima kali periode penggantian filter, namun setelah itu akan normal kembali.

"Ini tidak terjadi seterusnya, hanya untuk periode pendek. Tidak terjadi pada mobil dan alat baru," ujarnya.

Bambang pun menyarankan untuk sistem penyimpanan biodiesel tidak direkomendasikan lebih dari tiga bulan. Kecuali, penyimpanan di dalam tangki yang dilengkapi dengan N2 blanketing ataupun filter udara atau biodiesel yang dibubuhkan sejumlah sejumlah antioksidan. Penyimpanan biodiesel pun disarankan tidak dilakukan dalam tangki bawah tanah.

Melihat ke belakang, FAME dari minyak sawit (CPO) yang saat ini dipakai untuk biodiesel dulunya adalah komoditas andalan ekspor. Namun dalam perjalanannya mendapatkan black campaign dari Eropa.

"Karena murah, sementara Eropa ada bunga matahari dan lainnya yang biayanya lebih mahal. Itulah salah satu sebab penyerapan biodiesel di dalam negeri dipercepat, supaya menolong sawit. Keuntungan FAME ini mengurangi polusi karena ini kadar karbon tidak ada ya," jelasnya. (wia) 

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Kamis, 24 September 2020

Duh! Asia Merah Semua, Bursa RI Bisa Babak Belur Nih

Laju bursa saham domestik langsung tertekan dalam pada perdagangan hari ini, Kamis (10/9/2020) usai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengumumkan akan memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai Senin pekan depan.

Sontak, investor di pasar saham bereaksi negatif. Indeks Harga Saham Gabungan anjlok lebih dari 4% ke level 4.920,61 poin. Investor asing mencatatkan aksi jual bersih Rp 430,47 miliar sampai dengan pukul 10.18 WIB.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

PT Rifan Financindo - Bursa saham Asia pada pembukaan Kamis (24/9/2020) dibuka di zona merah seiring dari bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street yang kembali melemah pada penutupan Rabu (23/9/2020).

Tercatat indeks Nikkei Jepang pada pagi hari ini dibuka melemah 0,56%, indeks Hang Seng di Hong Kong melemah 0,86%, Shanghai di China naik 0,51%, indeks STI Singapura terdepresiasi 0,61% dan KOSPI Korea Selatan yang terperosok 1,61%.

Bursa saham Asia kembali dibuka memerah pada pagi hari ini karena minimnya sentimen positif di pasar global. Bursa Asia sendiri juga mengikuti penutupan Bursa Wall Street yang kembali melemah pada penutupan kemarin.

Di Amerika Serikat, bursa saham Wall Street pada perdagangan kemarin kembali mengalami pelemahan.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup 525,05 poin lebih rendah atau turun 1,9% menjadi 26.763,13. Di awal sesi, Dow naik 176 poin. Sementara itu, S&P 500 anjlok 2,4% menjadi 3.236,92 dan Nasdaq Composite merosot tajam sebesar 3% untuk ditutup menjadi 10.632,99.

"Investor dicambuk oleh berita utama Covid-19 yang bertentangan dan debat pertumbuhan vs. siklus," kata Adam Crisafulli dari Vital Knowledge dalam sebuah catatan. "Hasilnya adalah sentimen yang memburuk pada pertumbuhan dan siklus untuk saat ini (yang jelas berarti saham akan dijual secara luas)."

Wabah virus corona (Covid-19) di seluruh dunia memang belum terkendali. Bahkan beberapa negara, termasuk AS, terus melaporkan pertumbuhan jumlah kasus baru harian yang pesat.

Saat ini AS masih memiliki kasus corona terbanyak dibandingkan negara manapun. Ada 7.135.588 kasus corona di AS, di mana 206.482 orang meninggal dunia dan 4.384.267 orang sembuh.

TIM RISET CNBC INDONESIA (chd/chd)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan