Jumat, 20 November 2020

Xi Jinping Kasih Kode, China Janji Pangkas Tarif

Chinese President Xi Jinping applauds after the parliament passed a constitutional amendment lifting presidential term limits, at the third plenary session of the National People's Congress (NPC) at the Great Hall of the People in Beijing, China March 11, 2018.  REUTERS/Jason Lee
Foto: REUTERS/Jason Lee

 

PT Rifan Financindo Berjangka - Presiden Xi Jinping menyatakan China akan terus bekerja sama dengan negara lain, termasuk Amerika Serikat. Xi mengatakan hal tersebut pada pertemuan virtual para pemimpin pemerintah dan bisnis, Asia-Pacific Economic Cooperation CEO Dialogues pada Kamis (19/11/2020).

"Kami pasti tidak akan menempuh jalan pembalikan sejarah, tidak akan berusaha untuk 'memisahkan (ecouple)' atau menciptakan 'lingkaran kecil' yang tertutup dan eksklusif," kata Xi, menurut terjemahan CNBC dari pernyataan yang diterbitkan di media pemerintah China.

Xi juga mengatakan China akan memotong tarif dan menandatangani lebih banyak perjanjian perdagangan bebas. Namun dalam pernyataan ini, Xi tidak secara spesifik menyebut nama AS.

Menjaga hubungan bisnis yang baik dengan negara lain adalah penting bagi China, meskipun telah tumbuh menjadi kekuatan ekonomi. Selain itu, ekspor masih menyumbang porsi yang signifikan dari perekonomian China, meskipun pihak berwenang telah berupaya untuk meningkatkan konsumsi domestik.

Pemerintah China juga mendorong investasi asing langsung, yang membantu menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan pendapatan lokal. Sementara itu, perusahaan multinasional juga tertarik dengan pasar China karena ukurannya yang besar dan pertumbuhan yang cepat.

Meski ada beberapa bisnis asing mengeluhkan kebijakan China yang dianggap dapat memberikan perlakuan istimewa kepada para pemain domestik, Negeri Tirai Bambu bersikeras bahwa hal ini akan memungkinkan akses yang lebih besar ke pasar China.

"Saya ingin tegaskan, China tidak akan goyah dalam tekadnya untuk membuka diri, dan pintu besar untuk keterbukaan hanya akan terbuka semakin lebar," ujar Xi.

"Kami akan terus mendorong liberalisasi dan meningkatkan kenyamanan perdagangan dan investasi, bernegosiasi dan menandatangani perjanjian perdagangan bebas berstandar tinggi dengan lebih banyak negara."

Xi menambahkan negaranya akan secara aktif berpartisipasi dalam perdagangan dan kerjasama multilateral dan bilateral, dan menciptakan ekonomi terbuka dengan kualitas tinggi.

Pidato Xi pada Kamis dilakukan setelah China menandatangani kesepakatan perdagangan besar-besaran, yakni Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) dengan 14 negara lain di Asia-Pasifik, yakni 10 negara ASEAN, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.

RCEP sendiri adalah kesepakatan perdagangan terbesar di dunia hingga saat ini, yang mencakup hampir sepertiga dari populasi global sekitar 30%. Menurut analis Morgan Stanley, kawasan itu menggantikan AS dan Uni Eropa sebagai mitra dagang terbesar China.

Meski dijalankan dengan negosiasi yang lambat, Uni Eropa dan China telah mengerjakan perjanjian investasi mereka sendiri. Namun, dalam pidatonya di awal November, Xi mengatakan China akan mempercepat negosiasi perdagangan China-UE, serta perjanjian perdagangan bebas China-Jepang-ROK (Republik Korea).

Sementara ketegangan perdagangan antara China dan AS masih meningkat dalam dua tahun terakhir. Meski kedua negara mencapai perjanjian perdagangan fase satu pada Januari 2020, tetapi munculnya perbedaan dalam ruang teknologi dan keuangan malah menciptakan kekhawatiran akan terpecahnya kedua negara ekonomi terbesar di dunia ini.

China dan AS juga mengenakan tarif atas barang bernilai miliaran dolar dari negara lain karena ketegangan perdagangan tumbuh di bawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump.

Tidak jelas apakah Presiden terpilih Joe Biden akan menurunkan tarif, tetapi analis mengatakan AS kemungkinan akan terus mengambil sikap keras terhadap China di bawah pemerintahan baru. (sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Kamis, 19 November 2020

Pengumuman Gaes! Harga CPO Meroket Lagi Tembus RM 3.400 nih

Kelapa sawit (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Kelapa sawit (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

 

PT Rifan FinancindoHarga kontrak minyak sawit mentah (CPO) Malaysia masih lanjut reli. Pada perdagangan pagi hari ini Kamis (19/11/2020) harga komoditas ini sudah tembus level psikologis RM 3.400/ton.

Harga kontrak pengiriman Februari di Bursa Malaysia Derivatif Exchange menguat 1,4% ke level RM 3.410/ton pada 10.15 WIB. Harga CPO kini sudah berada di level tertingginya dalam delapan tahun setengah terakhir. 

Sentimen yang beredar di pasar adalah kecemasan soal pasokan yang menipis akibat Covid-19 dan memasuki periode produksi musiman yang rendah akhir tahun baik di Indonesia dan Malaysia.

Harga CPO yang lebih rendah, kekeringan panjang hingga penggunaan pupuk yang lebih rendah membuat output di Indonesia sebagai produsen sawit terbesar di dunia drop dibanding tahun-tahun sebelumnya. 

Sementara itu di Malaysia prospek produksi juga negatif lantaran kekurangan tenaga kerja panen akibat pembatasan mobilitas publik semasa pandemi Covid-19 merebak. 

Fenomena perubahan iklim La Nina yang melanda kawasan tropis pasifik juga semakin mengukuhkan kecemasan akan pasokan minyak nabati ini. La Nina memiliki konsekuensi hujan yang lebih lebat dari normal dan bisa memicu banjir dan tanah longsor. 

Bencana hidrometeorologis tersebut biasanya menjadi ancaman komoditas pertanian dan membuat harga berbagai komoditas pangan berbasis agrikultur meroket, tak terkecuali CPO. 

Secara historis, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir adanya La Nina cenderung membuat harga CPO tertekan ke atas. La Nina yang terjadi tahun ini diperkirakan bersifat moderat dan akan berlangsung sampai akhir tahun. 

Departemen Meteorologi Malaysia mengatakan hujan lebat, badai dan angin kencang diperkirakan akan terus berlanjut di seluruh negeri hingga akhir Desember sebagaimana diberitakan oleh media pemerintah Bernama.

Reuters melaporkan FGV Holdings Bhd sebagai produsen minyak sawit mentah terbesar dunia memperingatkan bahwa produksi kuartal keempatnya akan terpukul oleh ketidakpastian cuaca dan pengendalian wabah Covid-19.

"Namun, kemungkinan penurunan permintaan bahan bakar di Indonesia, dan premi minyak sawit yang sangat tinggi dibandingkan minyak gas dapat mengakibatkan ditundanya mandat biodiesel B40, kemungkinan akan mempengaruhi tren naik minyak sawit," Anilkumar Bagani, kepala penelitian Mumbai broker minyak nabati Sunvin Group.

Harga CPO yang terus naik sementara jauh melampaui kenaikan harga minyak dan gas pada akhirnya membuat penggunaan CPO untuk biodiesel menjadi tidak ekonomis. Akhirnya permintaan CPO untuk sektor bahan bakar pun menurun dan ini akan menjadi salah satu penghambat kenaikan harga lebih lanjut.

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 18 November 2020

Duh! Bursa Asia Tak Kompak, IHSG Bisa Goyang Nih

Passersby are reflected on an electronic board showing the exchange rates between the Japanese yen and the U.S. dollar, the yen against the euro, the yen against the Australian dollar, Dow Jones Industrial Average and other market indices outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

 

Rifan Financindo - Bursa saham Asia dibuka bervariasi namun cenderung melemah pada perdagangan Rabu (18/11/2020), merespons pelemahan bursa saham acuan global, Wall Street Amerika Serikat (AS) pada Selasa (17/11/2020) waktu AS.

Tercatat indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,59%, Straits Times Index (STI) di Singapura terpangkas 0,1% dan Shanghai Composite China turun tipis 0,08%.

Sedangkan indeks KOSPI Korea Selatan dibuka menguat 0,46% dan Hang Seng di Hong Kong naik tipis 0,07%.

Beralih ke barat, bursa saham AS, Wall Street ditutup memerah pada perdagangan Selasa (17/11/2020) waktu setempat (AS).

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 167,09 poin atau 0,56% menjadi 29.783,35, diikuti S&P 500 turun 17,38 poin atau 0,48% menjadi 3.609,53 dan Nasdaq Composite turun 24,79 poin atau 0,21% menjadi 11.899,34.

Penurunan bursa saham acuan global tersebut disebabkan karena adanya lonjakan kasus terjangkit virus corona (Covid-19) di Negeri Paman Sam, di tengah kabar positif dari beberapa kandidat vaksin virus Covid-19.

Bos The Fed, Jerome Powell menyoroti perlunya kehati-hatian, mencatat "tantangan dan ketidakpastian yang signifikan" tentang waktu, produksi, distribusi, dan kemanjuran vaksin, meski sudah dianggap berhasil.

"Dengan virus sekarang menyebar dengan kecepatan tinggi, beberapa bulan ke depan mungkin sangat menantang. Jadi mungkin terlalu dini untuk mengatakan dengan keyakinan apapun dampak dari vaksin terhadap jalur ekonomi," kata Powell dalam sebuah diskusi, dikutip dari AFP.

Data Departemen Perdagangan menunjukkan penjualan ritel pada Oktober meningkat namun tetap mengecewakan dengan 0,3% dari September sebelumnya.

Data tersebut menunjukkan perlambatan pertumbuhan di sektor yang mulai bangkit kembali berkat bantuan besar-besaran dari pemerintah, membuat konsumen kembali berdatangan untuk berbelanja.

Analis juga mencatat bahwa saham telah meningkat secara signifikan bulan ini, dan dijadwalkan untuk jeda atau mundur.

"Tampaknya pasar tidak benar-benar dalam bahaya untuk mengembalikan keuntungan serius," kata Peter Cardillo dari Spartan Capital.

Data penjualan ritel tersebut juga jauh berbalik dari proyeksi analis dalam polling Dow Jones yang memperkirakan pertumbuhan 0,5%.

"Wajar jika pasar perlu tarik nafas terlebih dahulu, dan rilis penjulan ritel yang cukup mengecewakan memfasilitasi itu," tutur Chris Larkin, Direktur Pelaksana E-Trade, sebagaimana dikutip CNBC International.

Sementara itu, di kawasan Asia sendiri, data ekonomi yang telah dirilis hari ini adalah data neraca perdagangan Jepang dan data ekspor-impor Jepang untuk periode Oktober 2020.

Melansir data dari Trading Economics, ekspor Negeri Sakura tersebut mulai tumbuh menjadi -0,2%. Walaupun masih di zona negatif, namun angka ini lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya yang berada di angka -4,9%.

Sedangkan impor Negeri Sakura juga tumbuh di zona negatif, yakni menjadi -13,3% dari sebelumnya -17,4%.

Adapun neraca perdagangan Jepang mengalami surplus, yakni menjadi ¥ 872,9 miliar dari sebelumnya sebesar ¥ 687,8 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA (chd/chd) 

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 17 November 2020

Makin Banyak Vaksin Corona, Rupiah Bakal Makin Perkasa!

Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT RifanNilai tukar rupiah menguat 0,35% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.100/US$ pada perdagangan Senin kemarin (16/11), setelah mencatat penguatan dalam 6 pekan beruntun.

Rupiah sedang dinaungi sentimen positif, aliran investasi masuk deras ke dalam negeri.

Hal tersebut terjadi setelah Joseph 'Joe' Biden memenangi pemilihan presiden AS melawan petahana Donald Trump, serta kabar vaksin corona dari Pfizer. Kemenangan Biden dianggap menguntungkan bagi negara emerging market seperti Indonesia, sebab perang dagang AS-China kemungkinan akan berakhir, atau setidaknya tidak memburuk.

Kemudian vaksin dari Pfizer memberikan harapan hidup akan normal kembali, roda bisnis berputar, dan perekonomian dunia bangkit.

Dua faktor tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, dan mengalirkan investasinya ke Indonesia, rupiah pun perkasa. 

Setelah Pfizer, kini giliran perusahaan farmasi AS lainnya, Moderna, yang memberikan kabar gembira dan berpeluang membawa rupiah melesat ke bawah Rp 14.000/US$.
CEO Moderna, Stephane Bancel, kemarin mengatakan hasil sementara uji coba tahap III vaksin miliknya efektif mencegah Covid-19 hingga lebih dari 94%.

"Ini merupakan momentum perbaikan dalam perkembangan kandidat vaksin Covid-19 milik kami. Sejak awal Januari kami mengejar virus ini dengan intens untuk melindungi manusia di seluruh dunia sebisa mungkin. Analisis positif dari studi fase III memberikan validasi klinis awal bahwa vaksin bisa mencegah Covid-19," ujarnya.

Semakin banyak vaksin tentunya semakin memperbesar peluang hidup normal kembali, sentimen pelaku pasar semakin membaik, dan rupiah berpotensi menguat kembali.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini bergerak jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average/MA 50), 100 hari (MA 100), dan 200 hari (MA 200), sehingga memberikan momentum penguatan.

Sementara itu, indikator stochastic pada grafik harian berada di wilayah jenuh jual (oversold).

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya ada risiko rupiah akan terkoreksi akibat aksi ambil untung (profit taking), dengan resisten berada di kisaran Rp 14.150/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah lebih jauh ke Rp 14.190/US$, sebelum menuju Rp 14.235/US$.

Sementara itu support terdekat berada di kisaran 14.080/US$, penembusan di bawah level tersebut akan membuka peluang menuju Rp 14.050/US$ hingga level "angker" Rp 14.000/US$.

Rupiah berpeluang menuju 13.810/US$ di pekan ini jika mampu menembus dan mengakhiri perdagangan hari ini di bawah level "angker" tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Senin, 16 November 2020

Top! Jepang Keluar dari Resesi, PDB Q3 Positif

Keberangkatan PM Jepang Yoshihide dan Ibu Mariko Suga menuju Jepang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang  pada Rabu, 21 Oktober 2020 (Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris)
Foto: Keberangkatan PM Jepang Yoshihide dan Ibu Mariko Suga menuju Jepang di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang pada Rabu, 21 Oktober 2020 (Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris)

PT Rifan Financindo Berjangka - Ekonomi Jepang keluar dari resesi di kuartal III (Q3) 2020. Dari data pemerintah yang diumumkan Senin (16/11/2020), Negeri Matahari Terbit mencatat PDB tumbuh 5%, lebih baik dari perkiraan analis sebesar 4,4%.

Kenaikan permintaan domestik serta ekspor membantu mendorong pertumbuhan secara basis kuartalan (qtq). Sebelumnya ekonomi terpukul karena corona (Covid-19) dan kenaikan pajak konsumsi.

Angka positif ini juga muncul setelah kontraksi beruntun dari Q4 2019 hingga kuartal Q2 2020. Di kuartal sebelumnya April hingga Juni, ekonomi -8,2%, rekor dari kemerosotan yang pernah ada.

Sejumlah pengamat menilai pemulihan akan terus berlanjut. Setidaknya hingga kuartal terakhir tahun ini.

"Antara Juli dan September, kegiatan ekonomi di Jepang mengalami kembali ke status yang agak normal karena pemerintah mencabut keadaan darurat di negara itu," kata Naoya Oshikubo, ekonom senior di Sumitomo Mitsui Trust, dikutip dari AFP.

"Ke depan, kami percaya bahwa angka PDB pada kuartal berikutnya akan terus menunjukkan tanda-tanda pemulihan, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat."

Jepang sudah berjuang dengan ekonomi yang stagnan dan dampak dari kenaikan pajak konsumsi yang diterapkan tahun lalu sebelum pandemi melanda. Sementara itu corona di negara ini lebih terkendali dibanding sejumlah negara maju lain, dengan infeksi mendekati 120.000 dan kematian di bawah 2.000.

Secara tahunan ekonomi tumbuh pada rekor ekspansi 21,4% di Q3. Setelah sebelumnya ekonomi berada di rekor penurunan 28,8% di Q2. (sef/sef)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan