Senin, 22 Maret 2021

Alamak! Pekan Lalu Naik, Harga Emas Antam Hari Ini Malah Drop

Petugas menunjukkan koin emas Dirham di Gerai Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Bank Indonesia (BI) mengajak masyarakat dan berbagai pihak untuk menjaga kedaulatan Rupiah sebagai mata uang NKRI.    (CNBC Indonesia/ Tri Susislo)
Foto: Koin Emas Dirham (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

PT Rifan Financindo - Harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam sepanjang pekan lalu membukukan penguatan 0,68%. Tetapi pada perdagangan hari ini, Senin (22/3/2021) emas Antam malah mengalami penurunan.

Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia,com, emas Antam satuan 1 gram hari ini dibanderol Rp 931.000/batang, turun 0,32% dibandingkan harga Sabtu pekan lalu.

Sementara satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan turun 0,34% ke Rp 87.612.000/batang atau Rp 873.120/gram.


Emas Batangan Harga per Batang Harga per Gram
0,5 Gram Rp 515.500 Rp 1.031.000
1 Gram Rp 931.000 Rp 931.000
2 Gram Rp 1.802.000 Rp 901.000
3 Gram Rp 2.678.000 Rp 892.667
5 Gram Rp 4.430.000 Rp 886.000
10 Gram Rp 8.805.000 Rp 880.500
25 Gram Rp 21.887.000 Rp 875.480
50 Gram Rp 43.695.000 Rp 873.900
100 Gram Rp 87.312.000 Rp 873.120
250 Gram Rp 218.015.000 Rp 872.060
500 Gram Rp 435.820.000 Rp 871.640
1000 Gram Rp 871.600.000 Rp 871.600

Meski melemah di awal pekan ini, tetapi minggu ini ada peluang emas Antam kembali membukukan penguatan. Sebab, harga emas dunia yang diprediksi akan kembali menguat.

Hasil survei yang dilakukan Kitco terhadap 13 analis di Wall Street menunjukkan 6 orang atau 46% memberikan outlook bullish (tren menguat), 4 orang memproyeksikan bearish (tren menurun) dan sisanya netral.

Sementara itu survei yang dilakukan terhadap pelaku pasar atau yang disebut Main Street, dari 1.698 partisipan sebanyak 65% memprediksi bullish, 21% bearish, dan 14% netral.

Sepanjang pekan lalu, harga emas dunia 1,06% ke US$ 1.744,74/troy ons di pasar spot. Dengan demikian, emas kini sudah membukukan penguatan 2 pekan beruntun.

Harga emas dunia sebenarnya bisa menguat lebih tinggi lagi, sebab bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed menegaskan tidak akan mengubah kebijakan moneternya dalam waktu dekat.

Tetapi sayangnya, kenaikan yield obligasi (Treasury) AS membuat penguatan emas tertahan. Sepanjang pekan lalu, yield Treasury AS tenor 10 tahun naik 9,7 basis poin ke 1,7320%. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Januari 2020 atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan The Fed belum membabat habis suku bunganya menjadi 0,25% dan program quantitative easing (QE) belum dijalankan.

Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil.

Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak, sebaliknya saat yield turun maka emas akan mendapat sentimen positif.

Pergerakan yield Treasury tersebut akan menjadi salah satu penentu kemana arah emas di pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Jumat, 19 Maret 2021

Emas vs Bitcoin vs Dolar AS, Mana yang Paling Cuan Bulan Ini?

foto ilustrasi dollar
Foto: Freepik

 

Rifan FinancindoDalam beberapa pekan terakhir, kenaikan yield (obligasi) Treasury Amerika Serikat (AS) yang mencapai level tertinggi dalam satu tahun terakhir menjadi isu pelaku pasar. Kenaikan yield Treasury tersebut tentunya mempengaruhi aset-aset lainnya.

Dolar AS menjadi salah satu yang diuntungkan, sebab kenaikan yield tersebut terjadi akibat ekspektasi pemulihan ekonomi serta kenaikan inflasi di Negeri Paman Sam.

Melansir data Refinitiv, sepanjang bulan Maret hingga Selasa (17/3/2021), dolar AS menguat 1,3% melawan rupiah. Sementara itu, emas menjadi aset yang terpukul di bulan ini. Pada 8 Maret lalu emas dunia sempat merosot ke US$ 1.681,24/troy ons, merosot 3%. Level tersebut merupakan yang terendah dalam 9 bulan terakhir.

Tetapi setelahnya, meski setelahnya perlahan mulai rebound. Pada periode 1 - 17 Maret, emas dunia menguat tipis 0,63%. Sementara itu harga emas Antam pada periode tersebut menguat lebih dari 1%.

Kenaikan harga emas Antam lebih tinggi dari emas dunia, sebab terbantu pelemahan rupiah.

Emas dunia merupakan acuan emas Antam. Emas dunia dibanderol dengan dolar AS, ketika rupiah melemah maka harganya akan lebih mahal ketika dikonversi. Oleh karena itu, harga emas Antam kenaikannya lebih tinggi ketimbang emas dunia.

Sementara itu, bitcoin yang digadang-gadang sebagai emas digital justru melesat di bulan ini, bahkan sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di US$ 61.780,63/BTC yang dicapai pada Sabtu 13 Maret lalu. Sementara pada periode 1 - 17 Maret, bitcoin meroket lebih dari 33%.

Di sisa bulan ini, penguatan bitcoin masih berpotensi berlanjut, sebab sedang mendapat angin segar yang bisa membuatnya diterima semakin luas. Salah satu bank raksasa Amerika Serikat (AS), Morgan Stanley, dalam layanan wealth management, menawarkan akses ke bitcoin kepada para nasabah yang kaya raya.

Kabar tersebut dilaporkan CNBC International Rabu (17/3/2021) yang mengutip dari seorang sumber yang menolak untuk dipublikasikan indentitasnya.

Meroketnya harga bitcoin memang menarik perhatian bank-bank besar di Negeri Paman Sam. Apalagi setelah investor institusional hingga perusahaan besar semacam Tesla mulai masuk pasar bitcoin.

Namun, Morgan Stanley menjadi bank besar pertama di AS yang memberikan layanan bitcoin ke nasabahnya. Meski tidak semua nasabah, bahkan yang kaya, bisa mendapatkan layanan tersebut. Morgan Stanley baru akan memberikan akses kepada nasabah dengan "toleransi risiko yang agresif" yang memiliki dana yang dikelola perusahaan minimal US$ 2 juta.

Selain itu, Morgan Stanley juga menerapkan aturan yang ketat, investasi di bitcoin dibatasi maksimal 2,5% dari dana yang dimiliki.

Sementara itu, baik dolar AS dan emas pergerakannya masih akan dipengaruhi arah yield Treasury.

The Fed Tak Permasalahkan Kenaikan Yield Treasury

Bank sentral AS (The Fed) pada Kamis (18/3/2021) dini hari waktu Indonesia menegaskan belum akan merubah kebijakannya dalam waktu dekat, artinya QE senilai US$ 120 miliar masih dipertahankan, dan suku bunga tidak akan dinaikkan hingga tahun 2023.

Dalam konferensi pers, ketua The Fed, Jerome Powell, mengakui perekonomian Amerika Serikat sudah membaik, bahkan proyeksi produk domestik bruto (PDB) dinaikkan cukup signifikan.

Di tahun ini, PDB Paman Saham diperkirakan tumbuh 6,5%, jauh lebih tinggi ketimbang proyeksi yang diberikan bulan Desember lalu 4,2%. Sementara di tahun 2022, diprediksi tumbuh 3,3% naik dari sebelumnya 3,2%.

Sementara itu, The Fed sebelumnya diperkirakan akan menjalankan Operation Twist guna meredam kenaikan yield tersebut. Nyatanya, The Fed malah tidak mempermasalahkan kenaikan yield Treasury tersebut.

The Fed masih cukup nyaman dengan kenaikan yield Treasury, selama itu merupakan respon dari membaiknya perekonomian.

Kenaikan tersebut membuat selisih yield Treasury dengan Surat Berharga Negara (SBN) akan menyempit, dan berisiko memicu capital outflow.

Melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) pada periode 1 sampai 15 Maret, investor asing melepas kepemilikan SBN nyaris Rp 20 triliun. Capital outflow tersebut lebih besar ketimbang sepanjang bulan Februari Rp 15 triliun.

Selain itu, lelang obligasi yang dilakukan pemerintah juga tidak mencapai target belakangan ini, menjadi indikasi kurang menariknya yield yang diberikan.

Terbaru, Selasa lalu pemerintah melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan target indikatif Rp 30 triliun, tetapi yang dimenangkan hanya Rp 19 triliun.

Selain itu, penawaran yang masuk juga terbilang rendah, hanya Rp 40,1 triliun, turun dari lelang sebelumnnya Rp 49,7 triliun.

Jika capital outflow terus terjadi di pasar obligasi, maka nilai tukar rupiah sulit untuk menguat, artinya dolar AS masih akan perkasa.

Sementara kenaikan yield Treasury juga akan menekan emas. Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil.

Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan 

Kamis, 18 Maret 2021

Tak Ada Tapering The Fed, Rupiah Bisa ke Bawah Rp 14.400/US$

Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Dollar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

 

PT RifanNilai tukar rupiah melemah 0,17% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.425/US$ pada perdagangan Rabu kemarin. Rupiah kini sudah melemah sejak awal pekan ini.

Kenaikan yield obligasi (Treasury) AS terus menekan rupiah. Yield Terasury AS yang berada di level tertinggi sejak Februari 2020 lalu, atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan bank sentral AS (The Fed) belum membabat habis suku bunganya menjadi 0,25%.

Kenaikan yield Treasury memicu capital outflow di pasar obligasi Indonesia, sebab selisih dengan yield Surat Berharga Negara (SBN) menjadi menyempit. Alhasil rupiah menjadi tertekan.

Capital outflow di bulan ini cukup besar, yang membuat rupiah sulit menguat. Melansir data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) pada periode 1 sampai 15 Maret, investor asing melepas kepemilikan SBN nyaris Rp 20 triliun. Capital outflow tersebut lebih besar ketimbang sepanjang bulan Februari Rp 15 triliun.

Capital outflow juga kemungkinan terjadi kemarin melihat yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun yang naik 1,4 basis poin ke 6,761%.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Saat harga turun maka yield akan naik, dan sebaliknya. Saat harga turun, artinya sedang ada aksi jual.

Sementara pada perdagangan hari ini, yield Treasury AS mulai menurun setelah bank sentral AS (The Fed) menegaskan belum akan merubah kebijakannya dalam waktu dekat.
Dalam pidatonya, ketua The Fed, Jerome Powell, mengakui bahwa inflasi tahun ini bisa menyentuh angka 2,2%, di atas rerata patokan yang biasa mereka pakai untuk mencegah mesin ekonomi terlalu panas (overheated).

Namun, secara bersamaan bank sentral paling powerful di dunia ini menegaskan akan tetap mempertahankan kebijakan moneter longgarnya tersebut demi pasar tenaga kerja dan ekonomi yang membaik. Artinya, The Fed belum akan mengurangi nilai pembelian aset (quantitative easing/QE) atau yang dikenal dengan istilah tapering dalam waktu dekat. Tapering menjadi isu yang selama ini ditakutkan pelaku pasar, sebab pengalaman pada 2013 lalu menyebabkan gejolak di pasar finansial global yang disebut taper tantrum

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan moneter mulai pukul 14:00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%.

Secara teknikal, rupiah meski melemah 3 hari beruntun, tetapi masih tertekan di resisten Rp 14.425/US$.

Rupiah kini berada di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 200, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.

Meski demikian, Selasa (9/3/2021) rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Potensi penguatan rupiah diperbesar oleh indikator stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought).

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic yang sudah berada di wilayah overbought dalam waktu yang cukup lama membuka ruang bangkitnya rupiah.

Seperti disebutkan sebelumnya, rupiah kini berada di resisten Rp 14.425/US$. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.400/US$ sebelum menuju support yang berada di kisaran Rp 14.350 - 14.340/US$ (kisaran MA 200).

Sementara jika bergerak konsisten di atas resisten, maka rupiah berisiko jeblok menuju Rp 14.500/US$. Resisten selanjutnya berada di kisaran Rp 14.550/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Rabu, 17 Maret 2021

Ada RDG The Fed, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?

FILE - In this Nov. 25, 2019, file photo Federal Reserve Board Chair Jerome Powell addresses a round table discussion during a visit to Silver Lane Elementary School, in East Hartford, Conn. On Wednesday, Dec. 11, the Federal Reserve issues a statement and economic projections, followed by a news conference with Powell. (AP Photo/Steven Senne)
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (AP Photo/Steven Senne)

 

PT Rifan Financindo BerjangkaNilai tukar rupiah melemah tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.400/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Padahal, sepanjang perdagangan Mata Uang Garuda berada di zona hijau, sebelum berbalik melemah di menit-menit akhir perdagangan.

Yield obligasi (Treasury) AS yang berbalik naik membuat rupiah masuk ke zona merah. Pergerakan tersebut menunjukkan besarnya pengaruh yield Treasury ke rupiah.

Kenaikan yield Treasury selain membuat dolar AS perkasa juga berisiko menaikkan biaya pinjaman, yang berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi AS. Oleh karena itu, bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan mengambil langkah guna meredam kenaikan yield Treasury.

The Fed pada rapat dewan gubernur (RDG) 16 - 17 Maret waktu setempat diperkirakan akan mengaktifkan kembali Operation Twist yang pernah dilakukan 10 tahun yang lalu, saat terjadi krisis utang di Eropa.

Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.

Hasil rapat kebijakan moneter tersebut baru akan diumumkan pada Kamis dini hari waktu Indonesia, sehingga pergerakan besar baru akan terjadi besok, tetapi tidak menutup kemungkinan juga akan terjadi pada hari ini, Rabu (17/3/2021).

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan, sebab rupiah yang disimbolkan USD/IDR bergerak tipis-tipis sejak awal pekan.

Rupiah kini berada di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 200, sebelumnya juga sudah melewati MA 50 (garis hijau), dan MA 100 (garis oranye). Artinya rupiah kini bergerak di atas 3 MA sehingga tekanan menjadi semakin besar.

Meski demikian, Selasa (9/3/2021) rupiah yang disimbolkan USD/IDR membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal pembalikan arah, artinya USD/IDR berpotensi bergerak turun dengan kata lain rupiah berpeluang menguat.

Potensi penguatan rupiah diperbesar oleh indikator stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

idr 
Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Stochastic yang sudah berada di wilayah overbought dalam waktu yang cukup lama membuka ruang bangkitnya rupiah.

Resisten masih berada di kisaran kini berada di kisaran Rp 14.400 - 14.425/US$. Selama tertahan di bawahnya, rupiah berpeluang menguat ke support yang berada di kisaran Rp 14.330 - 14.280/US$ (kisaran MA 200).

Sementara jika resisten ditembus, maka rupiah berisiko jeblok menuju Rp 14.500/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan

Selasa, 16 Maret 2021

Harga Emas Antam Naik Hari Ini, Sinyal Mau Melesat Tinggi?

Petugas menunjukkan koin emas Dirham di Gerai Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Bank Indonesia (BI) mengajak masyarakat dan berbagai pihak untuk menjaga kedaulatan Rupiah sebagai mata uang NKRI.    (CNBC Indonesia/ Tri Susislo)
Foto: Koin Emas Dirham (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

 

PT Rifan FinancindoHarga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. atau yang dikenal dengan emas Antam naik pada perdagangan Selasa (16/3/2021), mengikuti pergerakan harga emas dunia. Di pekan ini, harga emas dunia memang diprediksi akan menanjak, jika prediksi tersebut tepat maka emas Antam tentunya akan terkerek naik.

Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, emas satuan 1 gram dibanderol Rp 927.000/batang, naik Rp 3.000 atau 0,32%. Sementara satuan 100 gram yang biasa menjadi acuan naik 0,35% ke Rp 86.912.000/batang atau Rp 869.120/gram.


Emas Batangan Harga per Batang Harga per Gram
0,5 Gram Rp 513.500 Rp 1.027.000
1 Gram Rp 927.000 Rp 927.000
2 Gram Rp 1.794.000 Rp 897.000
3 Gram Rp 2.666.000 Rp 888.667
5 Gram Rp 4.410.000 Rp 882.000
10 Gram Rp 8.765.000 Rp 876.500
25 Gram Rp 21.787.000 Rp 871.480
50 Gram Rp 43.495.000 Rp 869.900
100 Gram Rp 86.912.000 Rp 869.120
250 Gram Rp 217.015.000 Rp 868.060
500 Gram Rp 433.820.000 Rp 867.640
1000 Gram Rp 867.600.000 Rp 867.600

Harga emas dunia pada perdagangan awal pekan kemarin menguat 0,31% ke US$ 1.731,83/troy ons.

Survei yang dilakukan Kitco terhadap 16 analis di Wall Street yang disurvei Kitco menunjukkan sebanyak 38% memberikan outlook bullish (tren naik) untuk emas, artinya akan kembali menguat pekan ini. Sebanyak 31% memberikan proyeksi bearish (tren turun) dan 31% netral.

Sementara itu survei yang dilakukan terhadap pelaku pasar lebih optimistis lagi. Dari 1.611 partisipan, sebanyak 62% memberikan proyeksi bullish, 23% bearish, dan sisanya netral.

Baik para analis maupun pelaku pasar kompak melihat emas dunia akan menguat di pekan ini. Salah satu penyebabnya ada bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang akan mengumumkan kebijakan moneter.

The Fed diperkirakan akan bertindak guna meredam kenaikan yield obligasi (Treasury) AS.

Pada pekan lalu, yield Treasury tenor 10 tahun naik 8,1 basis poin ke 1,635%, level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2020 lalu, sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan The Fed belum membabat habis suku bunganya menjadi 0.25%.

Kenaikan yield Treasury tersebut dapat menaikkan biaya pinjaman, yang berisiko menghambat laju pemulihan ekonomi AS.

Jelang pengumuman kebijakan moneter tersebut, yield Treasury AS kini sudah menurun sejak awal pekan kemarin. Pada perdagangan Senin, yield tersebut turun turun 2,8 basis poin, dan pagi ini turun lagi 1,37 basis poin.

Treasury sama dengan emas merupakan aset aman (safe haven). Bedanya Treasury memberikan imbal hasil (yield) sementara emas tanpa imbal hasil. Dengan kondisi tersebut, saat yield Treasury terus menanjak maka akan menjadi lebih menarik ketimbang emas. Sehingga emas menjadi kurang diuntungkan ketika yield Treasury menanjak, sebaliknya saat yield turun maka emas akan mendapat sentimen positif.

TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)

Sumber : CNBC Indonesia
Baca Juga :

Info Lowongan Kerja

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo
PT Rifan