Jumat, 29 Juni 2018

Rupiah Rontok, Sri Mulyani Ingatkan Jaga Neraca Pembayaran | PT RIfan Financindo

Rupiah Rontok, Sri Mulyani Ingatkan Jaga Neraca Pembayaran


PT Rifan Financindo - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang melorot harus dimitigasi dengan perbaikan neraca pembayaran.

Ia menilai kebijakan penguatan neraca pembayaran sangat penting, meskipun upayanya memakan waktu dalam jangka menengah hingga jangka panjang.

Di samping itu, butuh koordinasi kebijakan fiskal dan moneter agar neraca pembayaran bisa positif, disertai dengan cadangan devisa yang tak terkuras cepat. 

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), cadangan devisa Indonesia sudah terkuras 6,89 persen dari US$132 miliar pada Januari menjadi US$122,9 miliar pada Mei. Hal itu dilakukan demi stabilisasi setelah rupiah rontok terhadap dolar AS sejak awal tahun ini.

"Sehingga kami akan terus bekerja sama dengan BI dan dari sisi external balance akan terus diperbaiki, meskipun (dalam waktu) jangka menengah panjang," jelas Sri Mulyani, Kamis (28/6).

Lebih lanjut ia mengatakan pelemahan rupiah perlu dicermati dengan seksama. Sejauh ini, gejolak ekonomi disebabkan oleh faktor eksternal, utamanya kebijakan Amerika Serikat yang memberi sinyal kenaikan suku bunga acuannya, Fed Rate lebih dari tiga kali pada tahun ini.  

Menurut dia, dampak tersebut memang tidak bisa dihilangkan seluruhnya, sehingga harus dimitigasi.

Sentimen eksternal juga bisa dilihat sebagai penyesuaian jika fundamental makroekonomi tidak bergerak negatif.

Sejauh ini, inflasi tahun kalender hingga Mei kemarin tercatat 1,3 persen dan masih dalam rentang 3,5 plus minus satu persen dan pertumbuhan ekonomi ku
artal I di kisaran 5,06 persen. Sementara dari sisi fiskal, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

"Jadi kami lihat dulu, selama ini (pergerakan nilai tukar) mencerminkan suatu fundamental dan kekuatan ekonomi yang tidak berubah atau bergerak jauh dari faktor positifnya, ya kami akan lihat ini sebagai adjusment yang normal," terang dia.

Nilai tukar rupiah menembus angka Rp14.387 per dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, Kamis (28/6). Pelemahan rupiah memang terus meningkat sejak pagi tadi. Padahal, pada akhir perdagangan kemarin saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2018 diselenggarakan, posisi rupiah masih bertengger di kisaran Rp14.200 per dolar AS.

Ibrahim, Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka menyebut pelemahan rupiah yang cukup dalam pada hari ini terjadi karena besarnya tekanan konflik global. Mulai dari perang dagang AS-China hingga konflik Iran dengan Arab Saudi.  

"Iran mengancam akan meluncurkan 1.000 rudal ke Riyadh, Ibu Kota Arab Saudi. Konflik geopolitik ini berpengaruh sekali kepada rupiah, yang dari sisi internal sudah kehabisan sentimen positif," imbuhnya kepada CNNIndonesia.com.

Sedangkan sentimen dari penyelenggaraan Pilkada yang relatif damai dan tertib rupanya tak lagi mempengaruhi pelaku pasar. Begitu pula dengan rencana kenaikan bunga acuan BI yang akan diumumkan pada esok hari, Jumat (29/6).

"Mungkin, besok pagi masih akan melemah pada pembukaan, tapi setelah BI mengumumkan hasil rapatnya, baru bisa terangkat sedikit rupiah," tandasnya.
 

 
 
Baca Juga :
Sumber: CNN Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar