Tampilkan postingan dengan label rifanfinancindo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rifanfinancindo. Tampilkan semua postingan

Senin, 18 Maret 2019

Damai Dagang Kian Dekat, Bursa Saham Asia Dibuka Menguat - Rifanfinancindo

Damai Dagang Kian Dekat, Bursa Saham Asia Dibuka Menguat
Foto: Ilustrasi Bursa Hong Kong (REUTERS/Bobby Yip)
Rifanfinancindo - Bursa saham utama kawasan Asia kompak dibuka di zona hijau pada perdagangan pertama di pekan ini: indeks Nikkei naik 0,59%, indeks Shanghai naik 0,2%, indeks Hang Seng naik 0,35%, indeks Straits Times naik 0,32%, dan indeks Kospi naik 0,16%.

Membuncah-nya optimisme terkait damai dagang AS-China membuat instrumen berisiko seperti saham menjadi incaran investor. Xinhua News Agency pada hari Jumat (15/3/2019) melaporkan bahwa AS dan China telah membuat perkembangan yang konkret terkait penulisan kesepakatan dagang kedua negara, seperti dilansir dari South China Morning Post.

Xinhua yang merupakan media milik pemerintah China tersebut juga menyebut bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He berbicara dengan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pada hari Kamis (14/3/2019) melalui sambungan telepon.


Dalam pidato di sidang tahunan parlemen China, Perdana Menteri Li Keqiang juga telah menegaskan bahwa pemerintah akan menerapkan aturan baru mengenai investasi.

Dalam aturan tersebut, China berkomitmen untuk melindungi investasi (termasuk asing) dan tidak akan mewajibkan transfer teknologi. Proses dan pelaksanaan investasi akan dibuat transparan sehingga menciptakan iklim yang nyaman bagi dunia usaha. Aturan ini sudah disahkan oleh parlemen dan akan mulai berlaku pada 1 Januari 2020.

Isu mengenai pemaksaan transfer teknologi ini sering dikeluhkan oleh Presiden AS Donald Trump. Bahkan, Trump menyebutnya sebagai pelanggaran atas hak kekayaan intelektual.

Sejauh ini, perang dagang yang berkecamuk antar kedua negara terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing. Di China misalnya, belum lama ini ekspor periode Februari 2019 diumumkan terkontraksi sebesar 20,7% secara tahunan, jauh lebih dalam dibandingkan konsensus yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 4,8% YoY, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor turun hingga 5,2%, juga lebih dalam dari ekspektasi yakni penurunan sebesar 1,4%.

Jika kesepakatan dagang benar bisa dicapai nantinya, tentu perekonomian kedua negara, berikut perekonomian dunia, bisa dipacu untuk melaju lebih kencang.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/hps)


Rabu, 13 Maret 2019

Dolar AS Masih Lemas, Rupiah Lanjutkan Penetrasi | Rifanfinancindo


Rifanfinancindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Apakah rupiah tengah bersiap menuju penguatan selama 3 hari beruntun?

Pada Rabu (13/3/2019), US$ 1 dihargai Rp 14.240 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Namun seiring perjalanan pasar, apresiasi rupiah terus menipis. Pada pukul 08:09 WIB, US$ 1 ditransaksikan Rp 14.250 di mana rupiah masih menguat tetapi tinggal 0,07%.

Kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,18% terhadap dolar AS. Sehari sebelumnya rupiah juga mampu menguat 0,14%.

Jadi kalau hari ini rupiah kembali finis di jalur hijau, maka akan menjadi penguatan selama 3 hari beruntun. Sesuatu yang kali terakhir terjadi pada 22-26 Februari.

Seperti halnya rupiah, mayoritas mata uang utama juga mampu menguat di hadapan dolar AS. Peso Filpina menjadi mata uang dengan penguatan paling tajam, disusul oleh yuan China dan yen Jepang.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:14 WIB: 


(aji/aji)


 

Selasa, 12 Maret 2019

Wall Street & Brexit Bikin Bursa Saham Tokyo Dibuka Menguat | Rifan Financindo

Wall Street & Brexit Bikin Bursa Saham Tokyo Dibuka Menguat
Foto: Bursa Tokyo ((AP Photo/Koji Sasahara))
Rifan Financindo - Bursa Saham Tokyo pada perdagangan Selasa (12/3/2019) dibuka menguat. Ada sejumlah faktor yang mendorong penguatan tersebut.

Seperti dikutip dari AFP, indeks Nikkei 225 naik 1,11% atau 234,57 poin ke level 21.359,66. Sedangkan indeks Topix menguat 0,97% atau 15,29 poin ke level 1.596,73.

Penguatan Bursa Saham Tokyo didorong oleh kinerja apik Wall Street. CNBC International melaporkan, Dow Jones Industrial ditutup pada level 25.650,88 atau 200,64 poin lebih tinggi ketimbang sehari sebelumnya.

Kemudian S&P 500 naik 1,47% ke level 2.783,30, didorong oleh lonjakan 2,17% di sektor teknologi. Sementara Nasdaq Composite menguat 2,02% ke level 7.558,06. Indeks pun mengakhiri penurunan beruntun selama lima hari perdagangan. 

Faktor lain adalah stabilnya nilai tukar yen terhadap dolar AS. Kemudian adalah sentimen positif jelang pemungutan suara krusial di Parlemen Inggris terkait kesepakatan Brexit yang diusung PM Inggris Theresa May.(miq/miq)


Jumat, 08 Maret 2019

Kabar Buruk dari Eropa Bikin Bursa Jepang Dibuka Melemah - Rifanfinancindo

Kabar Buruk dari Eropa Bikin Bursa Jepang Dibuka Melemah
Foto: Bursa Tokyo ((AP Photo/Koji Sasahara))
Rifanfinancindo - Bursa saham Tokyo dibuka melemah pada perdagangan Jumat (8/3/2019). Ini setelah investor enggan mengambil risiko selepas sejumlah pengumuman Bank Sentral Eropa (ECB).

Dilansir AFP, Indeks Nikkei anjlok 0,88% atau 188,41 poin ke level 21.267,60. Sedangkan Indeks Topix turun 0,99% atau 15,84 poin menjadi 1.585,82. 

Dalam konferensi pers seusai rapat, Kamis (7/3/2019) waktu setempat, Presiden ECB Mario Draghi memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan ECB.

"Kami juga memperkirakan suku bunga acuan tidak berubah setidaknya sampai akhir 2019 dan bahkan selama yang dibutuhkan untuk memastikan inflasi berada di kisaran 2% dalam jangka menengah," kata Draghi seperti dikutip Reuters. 

ECB pun memangkas pertumbuhan ekonomi Zona Euro 2019 dari 1,7% menjadi 1,1%. ECB juga mengumumkan program stimulus jangka panjang (TLTRO-III) pada September 2019 dan direncanakan tuntas Maret 2021.

TLTRO merupakan pinjaman yang diberikan ECB kepada bank-bank Eropa pada tingkat suku bunga yang rendah. Hal itu diyakini akan memudahkan bank-bank tersebut meminjamkan uang kepada konsumen yang pada muaranya dapat membantu merangsang perekonomian. Ini adalah suntikan stimulus ketiga dari ECB sejak 2014.(miq/miq)


Senin, 04 Maret 2019

Harapan Menjauh, Rupiah Kini Terlemah di Asia - Rifanfinancindo

Harapan Menjauh, Rupiah Kini Terlemah di Asia
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Rifanfinancindo - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Laju dolar AS semakin mulus karena perbedaan kebijakan moneter bank sentral sejumlah negara. 

Pada Senin (4/3/2019) pukul 08:37 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.145. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Padahal kala pembukaan pasar, rupiah hanya melemah 0,04%. Pelemahan yang sangat tipis ini memunculkan harapan bahwa rupiah bisa menyeberang ke zona hijau.

Namun yang ada sekarang malah depresiasi rupiah semakin dalam. Kini rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia. Malang betul nasib rupiah.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 08:37 WIB:



Dolar AS mendapat suntikan tenaga setelah muncul pernyataan dari Haruhiko Kuroda, Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ). Dalam paparan di parlemen, Kuroda menyatakan BoJ akan bersabar dalam menerapkan kebijakan moneter longgar sampai perekonomian Negeri Matahari Terbit benar-benar stabil.

"BoJ akan tertap bersabar mempertahankan stimulus moneter untuk mencapai target inflasi. Saat ini, perekonomian berjalan di jalur yang benar untuk mencapai target tersebut. Namun sampai tahun fiskal 2020, sepertinya masih sulit mencapai inflasi yang telah ditargetkan," jelas Kuroda, mengutip Reuters.

BoJ sampai saat ini masih mempertahankan target inflasi 2%. Pada Januari, inflasi masih adem-ayem di 0,2% year-on-year (YoY). Jauh dari target 2%.



Dengan begitu, semakin jelas bahwa The Federal Reserve/The Fed (Bank Sentral AS) tidak akan punya lawan sepadan. Jepang (dan Uni Eropa) kemungkinan masih akan menerapkan kebijakan moneter longgar, dengan kenaikan suku bunga acuan yang masih jauh dari horizon.

Begitu pula dengan di Indonesia. Perry Warijyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), mengisyaratkan membuka peluang untuk menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate jika situasi memungkinkan.

"Ke depan arah suku bunga akan lebih turun, kalau stabilitas ini kita jaga. Suku bunga sudah hampir mencapai puncaknya," kata Perry dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2019, pekan lalu.

Sementara The Fed, walau tidak seagresif tahun lalu, masih dalam jalur menaikkan suku bunga acuan. Tahun ini, kemungkinan masih ada dua kali lagi kenaikan karena target median Federal Funds Rate pada akhir 2019 adalah 2,8% sementara sekarang di 2,375%.

Oleh karena itu, dolar AS sepertinya memang masih sulit ditandingi. Berbekal potensi kenaikan Federal Funds Rate (meski tidak dalam waktu dekat), berinvestasi di dolar AS lebih menjanjikan cuan.

Akibatnya, preferensi investor masih ke arah mata uang Negeri Paman Sam. Ruang penguatan rupiah menjadi semakin terbatas.


TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)

Kamis, 21 Februari 2019

The Fed Galau, Harga Emas Turun Tipis - Rifanfinancindo

The Fed Galau, Harga Emas Turun Tipis
Foto: Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat, Senin (17/9/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Rifan Financindo - Harga emas pagi hari ini (21/2) kembali terjerumus di zona merah. Hingga pukul 08:45 WIB, harga emas kontrak April di pasar COMEX turun 0,5% ke posisi US$ 1.341,2/troy ounce, setelah menguat 0,23% pada perdagangan kemarin (20/2).

Selama sepekan, harga emas sudah terkerek naik 2,08% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga logam mulia ini tercatat menguat 4,67%.

Meski melemah, namun pergerakan harga emas masih terbatas.

Tafsiran atas notulensi rapat The Fed edisi Januari membuat investor masih galau untuk menentukan langkah.

Pasalnya The Fed kembali menegaskan akan lebih bersabar dalam mengeksekusi kenaikan suku bunga yang selanjutnya.

Namun juga ada pernyataan bank sentral yang siap mengubah stance saat derajat ketidakpastian ekonomi menurun.

Sikap The Fed yang masih tak jelas arahnya ini ikut membuat emas masih cenderung ditahan. Akan tetapi karena harganya yang sudah naik banyak sejak awal tahun, maka ruang untuk mengambil keuntungan juga terbuka lebar. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)


Kamis, 14 Februari 2019

Perjanjian Dagang AS-China Dinantikan, Ini Bocoran Isinya

Perjanjian Dagang AS-China Dinantikan, Ini Bocoran Isinya
Foto: Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping menghadiri jamuan makan malam setelah pertemuan pemimpin G20 di Buenos Aires, Argentina 1 Desember 2018. REUTERS / Kevin Lamarque
Rifanfinancindo - Tim perunding Amerika Serikat (AS) berupaya untuk memperkuat posisinya bila China melanggar janji-janji perdagangannya sebagaimana yang terjadi di masa lalu, The New York Times melaporkan.

Prioritas tertinggi bagi Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Perwakilan Dagang Robert Lighthizer adalah menetapkan mekanisme pengenaan kenaikan bea impor otomatis terhadap produk China bila ekspornya ke AS terus meningkat, tulis surat kabar tersebut, Selasa (13/2/2019), dengan mengutip tiga orang yang mengetahui hal tersebut.

Kedua pejabat tinggi AS itu sedang berada di China untuk melakukan perundingan dagang dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He Kamis dan Jumat ini.


China memiliki sejarah panjang pelanggaran kesepakatan dagang.

Perjanjian Dagang AS-China Dinantikan, Ini Bocoran Isinya
Foto: Presiden AS Donald Trump, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, penasehat keamanan nasional Presiden AS Donald Trump John Bolton, menghadiri jamuan makan malam dengan Presiden China Xi Jinping setelah KTT para pemimpin G20 di Buenos Aires, Argentina 1 Desember 2018. REUTERS / Kevin Lamarque

Ketika China bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di 2001, negara tersebut berjanji akan mengizinkan investor asing mengakses pasar perbankan dan telekomunikasinya. Faktanya, Negeri Tirai Bambu masih menutup pintu terhadap perusahaan asing masuk ke sektor itu hingga hari ini, dilansir dari CNBC International.

Delegasi AS ingin memastikan China akan mendapat hukuman bila mengulangi hal tersebut di masa depan.

Mekanisme seperti ini sebetulnya bukan hal yang baru. Cara serupa pernah diterapkan di 2001 ketika China bergabung dengan WTO dan mantan Presiden AS Barack Obama melakukannya di 2009 untuk mengenakan bea impor terhadap impor ban dari China ketika pasar AS terganggu.

Namun, China membalasnya dengan mengenakan bea masuk terhadap mobil dan produk unggas AS. Aturan itu kadaluwarsa di 2013.

Delegasi AS sekarang berupaya membuat China taat akan janjinya dan membuat kesepakatan terkait beberapa isu, seperti perlindungan kekayaan intelektual dan membatasi subsidi pemerintah.(prm)



Kamis, 07 Februari 2019

Aduh, Rupiah Kini Terlemah di Asia... | Rifanfinancindo

Aduh, Rupiah Kini Terlemah di Asia... 
Rifanfinancindo - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan pasar spot hari ini semakin menjadi. Minimnya sentimen positif membuat mata uang Tanah Air tidak bisa berbuat banyak. 

Pada Kamis (7/2/2019) pukul 09:02 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 13.975. Rupiah sudah melemah 0,42% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Padahal kala pembukaan pasar, depresiasi rupiah tipis saja di 0,06%. Seiring perjalanan pasar, rupiah terus melemah seolah tanpa rem. 

Sesaat setelah pembukaan pasar, rupiah berada di urutan kedua terbawah klasemen mata uang Asia. Namun dengan pelemahan 0,42%, mau tidak mau posisi rupiah melorot menjadi juru kunci. 

Memang yuan China mencatatkan depresiasi lebih dalam. Namun pasar keuangan Negeri Tirai Bambu masih tutup memperingati Tahun Baru Imlek, sehingga kurs yuan masih mencerminkan posisi akhir pekan lalu. 

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 09:04 WIB:

Mata UangKursPerubahan (%)
 USD/HKD 7.85-0.01
 USD/IDR 13,975.000.42
 USD/INR 71.620.11
 USD/JPY 109.78-0.16
 USD/KRW 1,122.770.20
 USD/MYR 4.09-0.07
 USD/PHP 52.330.08
 USD/SGD 1.360.01
 USD/THB 31.290.13
 USD/TWD 30.790.03
 USD/CNY 6.740.70



 
Dari dalam negeri, sentimen negatif buat rupiah adalah penantian investor terhadap data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang rencananya dirilis esok hari. Bank Indonesia (BI) memperkirakan NPI kuartal IV-2018 bisa surplus, tetapi defisit di transaksi berjalan (current account) masih cukup lebar di kisaran 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).  

Artinya, pasokan devisa yang berjangka panjang dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa masih seret. Padahal ini adalah fundamental penting yang menyokong rupiah, dibandingkan arus modal portofolio alias hot money yang bisa datang dan pergi sesuka hati. 

Dengan kondisi fundamental yang agak rentan, rupiah pun ikut rawan terdepresiasi. Investor tentu menjadi berpikir ulang untuk mengoleksi rupiah, karena nilainya berisiko turun pada kemudian hari. 

Selain itu, harus diakui bahwa penguatan rupiah beberapa waktu terakhir sedikit 'keterlaluan'. Rupiah menguat hingga 3% terhadap dolar AS sejak awal tahun. Di hadapan mata uang lain di dunia, rupiah juga menguat signifikan.

Ini membuat rupiah sangat mungkin terserang koreksi teknikal. Sebab investor yang sudah menang banyak tentu akan tergoda untuk mencairkan keuntungan. Rupiah pun rawan terkena ambil untung (profit taking).

Sementara dari faktor eksternal, dolar AS sendiri memang sedang menguat secara global. Pada pukul 09:13 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) menguat 0,03%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini melesat 0,88%.

Menurut survei Reuters, ternyata dolar AS belum kehilangan pesonanya. Dalam jajak pendapat yang hasilnya dirilis 2 Februari lalu, investor justru menambah posisi jangka panjang mereka di mata uang Negeri Paman Sam. Artinya, pelaku pasar masih percaya terhadap dolar AS.

Pada pekan terakhir 2018, posisi jangka panjang di dolar AS mencapai US$ 32,48 miliar. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu US$ 29,72 miliar.

Sepertinya investor masih ragu terhadap prospek perekonomian di Asia, Eropa, dan wilayah lainnya. Potensi perlambatan ekonomi di China dan Zona Euro membuat pemilik modal masih berhasrat untuk memegang dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA (aji/aji)




Jumat, 01 Februari 2019

Setelah 5 Hari Menguat, Harga Emas Akhirnya Terkoreksi | Rifanfinancindo

Setelah 5 Hari Menguat, Harga Emas Akhirnya Terkoreksi
Rifanfinancindo - Pagi hari ini (1/2/2019), harga emas dunia akhirnya melemah setelah menguat 5 hari berturut-turut.

Hingga pukul 08:45 WIB, harga emas kontrak April di pasar COMEX turun sebesar 0,1% ke posisi US$ 1.323/troy ounce, setelah sebelumnya ditutup menguat 0,74% kemarin (31/1/2019).

Secara mingguan harga emas menguat 1,99% secara point-to-point, sedangkan sejak awal tahun harga komoditas ini tercatat naik 3,32%


Selain karena harganya yang sudah terlampau tinggi, turunnya harga emas juga dipengaruhi oleh perkembangan yang positif dari damai dagang AS-China.

Menjelang akhir pertemuan antara perwakilan dagang kedua negara kemarin, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa aka nada pertemuan lanjutan dengan Presiden China, Xi Jinping untuk mengukuhkan kesepakatan. (taa/hps)


Selasa, 29 Januari 2019

Dolar AS Menguat Tipis ke Rp 14.080 Pagi Ini | Rifanfinancindo

Foto: Dolar AS/ Selfie Miftahul Jannah
Rifanfinancindo - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi ini mengalami penguatan meski berada dalam rentang yang sangat tipis. Dolar AS berada di level Rp 14.070 atau menjauhi Rp 14.000 pada pukul 09.15 WIB.

Mengutip Reuters, Selasa (29/1/2019), dolar AS berada di level tertingginya Rp 14.080. Dolar AS juga sempat berada di level terendahnya di Rp 14.070.

Nilai tukar mata uang Paman Sam lebih sedikit tinggi dibandingkan posisi Senin lalu yang berada di posisi Rp 14.165. Dolar menguat terhadap rupiah sejak akhir pekan lalu.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka merah pagi ini mengekor pelemahan yang terjadi pada mayoritas bursa saham asia.

Membuka perdagangan, Selasa (29/1/2019), IHSG melanjutkan pelemahan 6,857 poin (0,11%) ke level 6.451,855. Indeks LQ45 berkurang 1,984 poin (0,19%) ke 1.017,153.

Pada pukul 09.05 JATS, IHSG berbalik menguat namun sangat tipis, naik 0,610 poin (0,01%) ke 6.459,322. Indeks LQ45 naik 0,04 poin (0,00%) ke 1.019,178. (dna/dna)
 
 

Rabu, 23 Januari 2019

Minyak Dunia Tertekan Pemangkasan Proyeksi Pertumbuhan IMF | Rifanfinancindo

Minyak Dunia Tertekan Pemangkasan Proyeksi Pertumbuhan IMF
Rifanfinancindo -- Harga minyak mentah dunia merosot hampir 3 persen pada perdagangan Selasa (22/1), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan dipicu oleh kekhawatiran terhadap pelambatan laju pertumbuhan ekonomi global yang dapat menekan permintaan minyak mentah di tengah melesatnya produksi minyak mentah AS.

Dilansir dari Reuters, Rabu (23/1), harga minyak mentah berjangka Brent turun US$1,82 atau 2,9 persen menjadi US$60,92 per barel. Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$1,57 atau 2,9 persen menjadi US$52,23 per barel.

Pekan ini, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 dari proyeksi yang dibuat pada Oktober 2018 3,7 persen menjadi 3,5 persen. Salah satu pemicunya adalah hambatan pada perdagangan internasional.

Kemudian, awal pekan ini, pemerintah China juga merilis data pertumbuhan ekonomi China tahun lalu yang hanya 6,6 persen, terendah dalam 28 tahun terakhir. Kondisi tersebut menekan harga minyak mentah karena memberikan sinyal permintaan bakal melemah. 
Terlebih, pasokan minyak mentah global juga meningkat."Banyak kekhawatiran di pasar minyak terkait melemahnya data perekonomian China," ujar Ahli Strategi Pasar Senior RJO Futures Phillip Streible.

Pada Senin (21/1) lalu, Arab Saudi merilis data ekspor minyak mentah pada November 2018 naik dari 7,7 juta barel per hari (bph) pada Oktober 2018 menjadi 8,2 juta bph. Kenaikan tersebut terjadi seiring peningkatan produksi yang menyentuh 11,1 juta bph.

Di AS, Badan Administrasi Informasi Energi AS mencatat produksi minyak mentah terkerek menjadi 11,9 juta bph. Negeri Paman Sam telah menjadi produsen minyak mentah terbesar di dunia mengungguli Rusia dan Arab Saudi.

Selama tahun lalu, pertumbuhan produksinya mencapai 2,4 juta bph. "Mereka (AS) tidak memperkirakan itu (produksi minyak mentah hampir 12 juta bph) untuk beberapa bulan," ujar Managing Member Tyche Capital Tariq Zahir di New York.

Zahir mengungkapkan jumlah rig pengeboran di AS merosot pada Jumat lalu. Namun, pasar masih menanti apakah Arab Saudi akan melaksanakan kesepakatan pemangkasan produksi bersama anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia.

Sejumlah analis mengatakan kekhawatiran pelaku pasar terhadap realisasi pemangkasan produksi OPEC juga turut menekan harga minyak dunia. Menteri Energi Rusia Alexander Novak dikabarkan tidak jadi menghadiri World Economic Forum di Davos.

Tadinya, Novak berencana untuk bertemu dengan Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih di sela gelaran tersebut. Berdasarkan laporan Bloomberg yang dikutip Reuters, Al-Falih juga absen dalam acara tersebut.

Sebelumnya, Al-Falih sempat mengkritik lambatnya pamangkasan produksi minyak mentah yang dilakukan Rusia. Direktur Energi Berjangka Mizuho Robert Yawger menilai Rusia tidak seantusias Arab Saudi dalam memangkas produksinya.

"Ada spekulasi keduanya (Novak dan Al-Falih) tidak akan bertatap muka langsung," ujar Yawger di New York.

Sementara, survey DNV GL melaporkan 70 persen dari eksekutif senior di industri energi berencana mendongkrak atau menjaga belanja modalnya tahun lalu. Angka itu meningkat dari tahun lalu yang hanya sebesar 39 persen.

"Meski volatilitas harga minyak meningkat dalam beberapa bulan terakhir, riset kami menunjukkan sektor nampak percaya diri dengan kemampuannya untuk menghadapi ketidakstabilan pasar dan rendahnya harga minyak dan gas untuk jangka panjang," ujar Kepala Divisi Minyak dan Gas DNV Liv Holem. (sfr/agt)


Jumat, 18 Januari 2019

IHSG Dibuka Hijau di 6.447 | Rifanfinancindo

Foto: Ari Saputra
Rifanfinancindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka hijau pagi ini. IHSG membuka perdagangan saham pagi ini dengan naik 20,43 poin (0,32%) ke level 6.444,213.

Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi berada di level Rp 14.160.

Pada perdagangan pre opening, IHSG naik 20,43 poin (0,32%) ke level 6.444,213. Indeks LQ45 juga bertambah 5,109 poin (0,50%) ke 1.030,018.
Membuka perdagangan, Kamis (18/1/2019), IHSG melanjutkan penguatan 23,807 poin (0,37%) ke level 6.447,587. Indeks LQ45 juga naik 4,763 poin (0,46%) ke 1.029,672.

Pada pukul 09.05 JATS, IHSG masih bergerak positif, naik 20,583 poin (0,32%) ke 6.444,363. Indeks LQ45 juga naik 3,585 poin (0,35%) ke 1.028,494.

Penguatan yang terjadi pada indeks seiring dengan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang tetap mempertahankan BI 7-Days Repo Rate bulan Januari 2019 di level 6%, keputusan tersebut masih sesuai dengan ekspektasi para pelaku pasar sebelumnya yang menilai BI akan tetap menahan suku bunga acuannya.

Sementara itu, indeks utama bursa Wall St ditutup dalam teritori positif. Indeks Dow Jones naik 0.67%, S&P menguat 0.76% dan Nasdaq terangkat 0.71%.

Penguatan indeks inline dengan optimisme pasar menyikapi pejabat AS terkait pertimbangan beberapa tarif pada produk-produk Cina dalam upaya untuk memperoleh lebih banyak konsesi dari China terkait kesepakatan perdagangan bilateral dan untuk menstabilkan pasar keuangan.

Selain itu sentimen positif juga berasal dari rilisnya jumlah penganggur baru Amerika yang turun (pekan yang berakhir 12 Januari) menjadi 213.000 dari 216.000 di minggu sebelumnya.

Perdagangan bursa saham Asia mayoritas bergerak positif pagi ini. Berikut pergerakannya:
  • Indeks Nikkei 225 naik 1,29% ke 20.666,119
  • Indeks Hang Seng naik 1,15% ke 27.602,711
  • Indeks Komposit Shanghai naik 0,92% ke 2.583,110
  • Indeks Strait Times turun 0,52% ke 3.231,260 (fdl/fdl)

Selasa, 15 Januari 2019

Dolar AS Melemah Terbatas di Level Rp 14.070 | Rifanfinancindo

Foto: Ari Saputra
Rifanfinancindo - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah terpantau melemah pada pagi ini. Dolar AS dihargai Rp 14.070 atau turun 40 poin dari posisi penutupan perdagangan kemarin.

Dikutip dari data perdagangan Reuters, Selasa (15/1/2019), dolar AS bergerak melemah terbatas di kisaran Rp 14.070 hingga Rp 14.120. Jika ditarik dalam lima hari terakhir, dolar AS bergerak di kisaran Rp 14.020 hingga Rp 14.136.

Dari data RTI, rupiah tercatat menguat terhadap beberapa mata uang. Di antaranya dolar AS, swiss franc, dolar kanada, euro dan dolar singapura.

Sementara mata uang yang berhasil menekan rupiah di antaranya korean won, thailand baht, japanese yen hingga chinese yuan.

Adapun mata uang yang berhasil menekan paling dalam dolar AS pagi ini adalah rupiah, korean won dan thailand baht. Dan mata uang yang berhasil tunduk dolar AS adalah japanese yen, dolar hong kong, indian rupee hingga riyal.(eds/zlf)
 

Kamis, 10 Januari 2019

Laju Dolar AS Tertekan di Bawah Rp 14.100 | Rifanfinancindo

Foto: Fuad Hasim
Rifan Financindo - Dolar Amerika Serikat (AS) sempat melakukan perlawanan, namun rupiah berhasil menahan lajunya kembali ke bawah level Rp 14.100. Pagi ini bahkan dolar AS berada di Rp 14.080-an.

Mengutip Reuters perdagangan pagi ini, Kamis (10/1/2019), dolar AS dibuka di level Rp 14.095. Kemudian terus ditekan oleh rupiah hingga ke posisi Rp 14,080.

Kemarin pagi, dolar AS sempat melakukan perlawanan balik hingga mendesak naik ke posisi Rp 14.100. Selanjutnya dolar AS menyentuh posisi Rp 14.110.
Bahkan, hingga pukul 9.43 WIB kemarin, dolar AS betah bertengger di posisi Rp 14.115.

Senin, 07 Januari 2019

Rupiah Makin Perkasa, Dolar AS Ditekuk ke Rp 14.090 | Rifanfinancindo

Foto: Pradita Utama
Rifanfinancindo - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) pagi ini menunjukkan pelemahan terhadap rupiah. Rupiah berhasil menekuk mata uang Paman Sam tersebut hingga Rp 14.080.

Demikian dikutip dari data perdagangan Reuters, Senin (7/1/2018). Dolar AS tercatat bergerak pada rentang Rp 14.090 hingga Rp 14.080.

Posisi rupiah terhadap dolar AS tercatat menguat dibandingkan penutupan perdagangan Jumat (4/1) yang bergerak di angka Rp 14.225-an.

Sementara data RTI, rupiah menunjukkan penguatan terhadap mata uang negara utama dunia. British pound, dolar AS dan euro menjadi tiga mata uang terbesar yang berhasil ditekuk.

Sedangkan dolar AS sendiri, selain terhadap rupiah juga gagal menguat terhadap Thailand baht, chinese yuan, hingga malaysian ringgit. Dolar AS tercatat menguat terhadap mata uang korean won, japanese yen dan philippine peso. (dna/zlf)
 

Rabu, 02 Januari 2019

Harga Emas Loyo di Perdagangan Pertama 2019 | Rifanfinancindo

Harga Emas

Rifanfinancindo – Harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada hari ini dibanderol pada level Rp665 ribu per gram. Harga tersebut turun Rp2.000 per gram dibandingkan perdagangan terakhir 2018, pada Senin lalu. 
Dikutip dari data Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam, Rabu, 2 Desember 2018, pembelian kembali atau buyback ditetapkan seharga Rp593 ribu per gram atau turun Rp2.000 per gram dibanding periode yang sama.

Sementara itu, harga emas internasional dibanderol turun pagi ini. Emas di pasar spot internasional turun 0,2 persen menjadi US$1.279,3 per ons. Kemudian, emas berjangka AS sedikit berubah jadi US$1.281 per ons. (row)



Kamis, 27 Desember 2018

Dolar AS Melemah Tipis ke Rp 14.560 | Rifanfinancindo

Dolar AS/Foto: Pradita Utama
Rifanfinancindo - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pagi ini mereda. Dolar AS berada di level Rp 14.560.

Mengutip Reuters, Kamis (27/12/2018), dolar AS berada di level tertingginya di Rp 14.570 dan level terendahnya Rp 14.549.

Dibandingkan posisi pagi kemarin di level Rp 14.579, dolar AS sedikit mereda. Dolar AS pagi kemarin sempat menyentuh level tertingginya di Rp 14.605 dan terendahnya di Rp 14.570.

Meski mereda, tekanan dolar AS terhadap rupiah diprediksi akan terjadi menjelang tutup tahun 2018. Beragam sentimen perlu diwaspadai menjelang akhir tahun ini.

Sementara itu indeks utama bursa Wall St ditutup rebound pada perdagangan Rabu (26/12). Indeks Dow Jones naik 4,98%, S&P menguat 4,96% dan Nasdaq terangkat paling besar yakni 5,84%. Penguatan ini terjadi setelah meredanya kekhawatiran pelaku pasar atas perekonomian AS.

Hal tersebut dikarenakan laporan penjualan selama liburan Natal tahun ini merupakan yang terkuat dalam beberapa tahun terakhir membuktikan daya beli yang masih sehat. (ara/ara)

Jumat, 21 Desember 2018

51% Saham Freeport Dilunasi Inalum Hari Ini | Rifanfinancindo

Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin dan CEO Freeport McMoran Richard Adkerson/Foto: Ari Saputra
Rifanfinancindo - PT Inalum (Persero) membayar saham PT Freeport Indonesia (PTFI) hari ini, Jumat (21/12/2018). Dengan demikian, saham Indonesia atas PTFI menjadi 51%.

Deputi Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Fajar Harry Sampurno mengatakan, pagi ini tengah berlangsung pengecekan terakhir dokumen berkaitan dengan pengambilalihan saham tersebut.

"Semalam kejar penyelesaian dokumen CP (conditional precedence). Pagi ini last check by all parties. Moga-moga beres, doain dong," kata dia kepada detikFinance melalui pesan singkat, Jumat (21/12/2018).

"Conditional precendece yang sudah ditandatangani agreement terakhir itu lho," tambahnya.

Dia mengatakan, jika pengecekan telah rampung maka pembayaran bisa dilakukan. Ketika ditanya apakah pembayaran bisa dilakukan hari ini, Harry mengiyakan.

"Iya lah," ujarnya.

Untuk diketahui, Menteri BUMN Rini Soemarno sebelumnya mengatakan, pembayaran saham PTFI oleh Inalum akan rampung sebelum tanggal 15 Desember 2018. Rini mengatakan, pada saat yang bersamaan Kementerian Hukum dan HAM akan mencatat bahwa pemerintah telah menguasai 51% saham Freeport Indonesia.

"Jadi sekarang kita targetkan bisa sebelum tanggal 15 (Desember) kita melakukan pembayaran. Kalau waktu kita melakukan pembayaran pada hari yang sama itu Kementerian Kumham mencatat kita memiliki 51%," kata Rini di Komplek Istana, Jakarta Pusat, Rabu (5/12/2018).

Inalum sendiri sudah punya dana untuk mengeksekusi pembelian saham PTFI. Perusahaan mengantongi dana US$ 4 miliar dari penerbitan obligasi global. (ara/ara)

Selasa, 18 Desember 2018

Efek Defisit Dagang Reda, Rupiah Kokoh Rp14.580 per Dolar AS | Rifanfinancindo

Efek Defisit Dagang Reda, Rupiah Kokoh Rp14.580 per Dolar AS
Rifanfinancindo -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.558 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Selasa pagi (18/12). Posisi ini menguat 22 poin atau 0,15 persen dari Senin sore (17/12) di level Rp14.580 per dolar AS, karena sentimen defisit neraca perdagangan mereda.

Di kawasan Asia, rupiah berada di zona hijau bersama mayoritas mata uang lain, seperti peso Filipina yang menguat 0,2 persen, baht Thailand 0,15 persen, won Korea Selatan 0,14 persen, yen Jepang 0,04 persen, dan dolar Singapura 0,03 persen.

Hanya dolar Hong Kong yang melemah 0,03 persen dari dolar AS, sementara ringgit Malaysia stagnan dari mata uang Negeri Paman Sam. 

Sedangkan mata uang utama negara maju justru bergerak lebih variatif. Dolar Kanada melemah 0,06 persen dan poundsterling Inggris minus 0,05 persen. Namun, dolar Australia, rubel Rusia, dan euro Eropa bersandar di zona hijau dengan menguat masing-masing 0,17 persen, 0,16 persen, dan 0,01 persen. Hanya frans Swiss yang stagnan dari dolar AS.

Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan rupiah akan menguat lebih tinggi pada hari ini, karena sentimen positif dari eksternal yang melemahkan dolar AS diperkirakan masih akan berlanjut.

Sentimen tersebut, yaitu antisipasi pasar terhadap pengumuman hasil rapat dewan gubernur bank sentral AS, Federal Reserve pada Kamis mendatang (20/12). Selain itu, masih ada kekhawatiran dari pasar bahwa ekononi global akan melambat tahun depan. 

Sementara itu, sentimen negatif dari dalam negeri berupa buruknya rilis neraca perdagangan diperkirakan bakal mereda hari ini.

"Diharapkan kondisi ini membuat rupiah dapat mengambil kesempatan untuk kembali menguat," ujarnya, Selasa (18/12).

Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin melaporkan kinerja neraca perdagangan Indonesia kembali dirundung defisit sebesar US$2,05 miliar secara bulanan pada November 2018. Sementara secara tahun berjalan, defisit sudah mencapai US$7,52 miliar sejak Januari-November 2018.(uli/lav)

Sumber : CNN Indonesia
Rifanfinancindo

Kamis, 13 Desember 2018

Rupiah Menguat ke Rp14.545 per Dolar AS Meski Minim Sentimen | Rifanfinancindo

Rupiah Menguat ke Rp14.545 per Dolar AS Meski Minim Sentimen
Rifanfinancindo -- Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.545 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Kamis (13/12) pagi. Posisi ini menguat 52 poin atau 0,36 persen dibanding Rabu (12/12) yang di Rp14.598 per dolar AS.

Di kawasan Asia, beberapa mata uang masih berada di zona hijau bersama rupiah, seperti won Korea Selatan yang menguat 0,29 persen, peso Filipina 0,14 persen, baht Thailand 0 11 persen, dan dolar Singapura 0,01 persen.

Namun, ringgit Malaysia stagnan. Sedangkan dolar Hong Kong melemah 0,01 persen dan yen Jepang minus 0,09 persen.


Sementara beberapa mata uang utama negara maju yang kemarin menguat dari dolar AS, kini justru terperosok ke zona merah. Poundsterling Inggris melemah 0,09 persen, dolar Kanada minus 0,05 persen, dolar Australia minus 0,04 persen, dan euro Eropa minus 0,01 persen.


Meski begitu, franc Swiss dan rubel Rusia masih mampu bertahan di zona hijau, dengan menguat masing-masing 0,02 persen dan 0,03 persen. Meski menguat, Analis CSA Research Institute Reza Priyambada memperkirakan pergerakan rupiah masih akan dibayangi pelemahan.

Pasalnya, rupiah saat ini masih mendapatkan sentimen negatif, salah satunya dari sikap Presiden AS Donald Trump yang akan menuntut China atas tuduhan peretasan dan spionase ekonomi AS.

"Selain itu, pasar juga akan mengantisipasi rapat bank sentral AS, The Federal Reserve pekan depan," katanya, Kamis (13/12).

Dari dalam negeri rupiah juga tidak mendapatkan dukungan. Hal ini membuat penguatan rupiah terbatas dan masih renta terpengaruh sentimen negatif dari global.(uli/agt)

Sumber : CNN Indonesia
Rifanfinancindo