Selasa, 03 Juli 2018

Simpanan di Bank Umum Capai Rp 5.414 T di Mei | Rifanfinancindo


Ilustrasi Tumpukan Uang/Foto: Rachman Haryanto 

Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening dan nominal simpanan pada bank umum per Mei 2018. Total rekening simpanan per Mei mencapai 257.422.590 rekening, naik 3.300.526 rekening atau 1,30% (month on month/mom) dibandingkan posisi jumlah rekening April 2018 yang sebanyak 254.122.064 rekening.

Total nominal simpanan di bank umum per Mei 2018 juga mengalami kenaikan sebesar 0,18% (mom), dari Rp 5.404.986 miliar atau Rp 5.404 triliun di April 2018 menjadi Rp 5.414.857 miliar atau Rp 5.414 triliun di Mei 2018. Jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, total nominal simpanan ini tumbuh 6,07% (year on year/yoy) di mana posisi simpanan Mei 2017 sebesar Rp 5.104.851 miliar.

Demikian dikutip detikFinance dari keterangan tertulis LPS, Jakarta, Senin (2/7/2018).
 
Sampai akhir Mei 2018, untuk simpanan dengan nilai saldo sampai dengan Rp 2 miliar, jumlah rekeningnya meningkat sebesar 1,30% (mom), dari 253.873.209 rekening di April 2018 menjadi 257.174.744 rekening di Mei 2018. Sementara itu, jumlah nominal simpanannya juga meningkat 1,78% (mom), dari posisi akhir April 2018 sebesar Rp 2.322.374 miliar, menjadi Rp 2.363.818 miliar di akhir Mei 2018.

Sedangkan untuk simpanan dengan nilai saldo di atas Rp 2 miliar, jumlah rekeningnya turun 0,4% (mom), dari 248.855 rekening di April 2018 menjadi 247.846 di Mei 2018. Sementara itu, untuk jumlah nominal simpanannya juga turun sebesar 1,02% (mom), dari Rp 3.082.612 miliar di April 2018 menjadi Rp 3.051.039 miliar di Mei 2018.

Dilihat dari jenis simpanan, jenis simpanan yang jumlah rekeningnya mengalami kenaikan paling tinggi adalah tabungan. Kenaikannya mencapai 1,33% dari 246.609.902 rekening di April 2018, menjadi 249.882.406 rekening di Mei 2018. Sementara itu, giro mengalami kenaikkan nominal tertinggi dibandingkan jenis simpanan lain, yaitu 2,42%, dari Rp 1.302.618 miliar di April 2018 menjadi Rp 1.334.148 miliar di Mei 2018.

Di Mei 2018, untuk jumlah rekening dan nominal simpanan dalam rupiah meningkat. Begitu pula dengan valuta asing (valas), jumlah rekening dan nominalnya meningkat.

Jumlah rekening simpanan dalam rupiah meningkat 1,30% (mom), di mana per April 2018 berjumlah 253.107.863, menjadi 256.387.086 rekening per Mei 2018. Untuk jumlah rekening simpanan dalam valas meningkat 2,10%, di mana per April 2018 jumlahnya 1.014.201 rekening menjadi 1.035.504 rekening di Mei 2018.

Dilihat dari nominalnya, simpanan dalam rupiah naik 0,04% (mom), dari sebesar Rp 4.672.104 miliar di April 2018 menjadi Rp 4.674.176 miliar di Mei 2018. Untuk simpanan dalam valas, jumlahnya meningkat 1,06% (mom) dari sebesar Rp 732.882 miliar di April 2018 menjadi Rp 740.681 miliar (Mei 2018).

Bank umum peserta penjaminan per Mei 2018 berjumlah 115 bank. Terdiri dari 102 bank umum konvensional dan 13 bank umum syariah. Bank umum konvensional, terdiri dari 4 Bank Pemerintah, 25 Bank Pemerintah Daerah, 64 Bank Umum Swasta Nasional dan 9 Kantor Cabang Bank Asing.

 
Baca Juga :
Sumber: Detik
Akb – rifanfinancindo

Senin, 02 Juli 2018

Inflasi Juni 2018 Diperkirakan Lebih Rendah Dibandingkan Tahun Lalu | Rifan Financindo

Pedagang Pasar Induk Kramat Jati 



AKARTA, KOMPAS.com - Tingkat inflasi Juni 2018 diperkirakan lebih rendah daripada Juni tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,69 persen. Berdasarkan survei yang dilakukan bank sentral pada minggu pertama Juni, laju inflasi selama bulan lalu diperkirakan sebesar 0,22 persen secara bulanan (month to month) dan 2,75 persen secara tahunan (year on year). Menteri Koordinator Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan, inflasi pada Juni 2018 sekitar 0,2 persen hingga 0,25 persen secara bulanan (mtm). Inflasi yang cenderung rendah ini disebabkan oleh harga pangan yang terkendali.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Inflasi Juni 2018 Diperkirakan Lebih Rendah Dibandingkan Tahun Lalu", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/02/072900926/inflasi-juni-2018-diperkirakan-lebih-rendah-dibandingkan-tahun-lalu.

Editor : Kurniasih Budi
Rifan Financindo - Tingkat inflasi Juni 2018 diperkirakan lebih rendah daripada Juni tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,69 persen.

Berdasarkan survei yang dilakukan bank sentral pada minggu pertama Juni, laju inflasi selama bulan lalu diperkirakan sebesar 0,22 persen secara bulanan (month to month) dan 2,75 persen secara tahunan (year on year).
Menteri Koordinator Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan, inflasi pada Juni 2018 sekitar 0,2 persen hingga 0,25 persen secara bulanan (mtm).
Inflasi yang cenderung rendah ini disebabkan oleh harga pangan yang terkendali.

Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede yang dilansir Kontan.co.id pada Minggu (1/7/2018) memperkirakan inflasi Juni 2018 mencapai 0,41 persen (mtm) atau 2,94 perse (yoy).

Inflasi bulanan Juni diperkirakan lebih rendah dari rata-rata inflasi Juni dalam empat tahun terakhir yang mencapai 0,77 persen.

Meski demikian, Josua mengatakan, komponen volatile food dan administered prices masih bakal menjadi faktor penggerak.

Alasannya, harga beberapa komoditas pangan cenderung meningkat sepanjang Juni. (Baca: Kementan: Harga Pangan Selama Ramadhan dan Lebaran Stabil)
“Permintaan terhadap daging ayam, daging sapi dan telur cenderung meningkat selama periode puasa dan masih meningkat menjelang Idul Fitri. Sementara, harga beras cenderung turun karena pemerintah mengelola dukungan pasokan dengan kebijakan impor di Indonesia sejak awal tahun ini,” kata Josua.

Di sisi lain, administered prices juga bakal berkontribusi terhadap inflasi di belakang uptrend dalam harga transportasi pada Idul Fitri.
Beberapa kenaikan tarif angkutan sepanjang periode Ramadan seperti tarif angkutan udara, tarif angkutan antar-kota, dan tarif kereta api adalah yang mendorong kenaikan inflasi administered prices.

Project Consultant Asian Development Bank (ADB) Institute Eric Sugandi menyatakan, inflasi yang relatif lebih rendah secara bulanan maupun tahunan pada Juni 2018 dibandingkan Juni tahun lalu lalu adalah kombinasi dari sisi supply maupun demand.

Ia memprediksi, inflasi Juni secara bulanan sebesar 0,4 persen dan 2,9 persen secara tahunan.

“Dari sisi suplai, memang ada perbaikan dari sisi logistik dan karena pemerintah lakukan impor untuk antisipasi Ramadhan,” ujar Eric.
Sementara, dari sisi demand, tekanan inflasi relatif moderat karena rumah tangga, terutama kelas pendapatan rendah dan menengah cenderung memilih menabung ketimbang membelanjakan uang mereka untuk konsumsi yang berlebihan.

Dengan demikian, walaupun beberapa rumah tangga dalam kelompok ini menerima tambahan income dari bonus dan THR, mereka masih berjaga-jaga mengantisipasi kemungkinan melemahnya kembali daya beli mereka di masa depan.

Baca Juga :
Sumber: Kompas

AKARTA, KOMPAS.com - Tingkat inflasi Juni 2018 diperkirakan lebih rendah daripada Juni tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,69 persen. Berdasarkan survei yang dilakukan bank sentral pada minggu pertama Juni, laju inflasi selama bulan lalu diperkirakan sebesar 0,22 persen secara bulanan (month to month) dan 2,75 persen secara tahunan (year on year). Menteri Koordinator Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memperkirakan, inflasi pada Juni 2018 sekitar 0,2 persen hingga 0,25 persen secara bulanan (mtm). Inflasi yang cenderung rendah ini disebabkan oleh harga pangan yang terkendali.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Inflasi Juni 2018 Diperkirakan Lebih Rendah Dibandingkan Tahun Lalu", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/02/072900926/inflasi-juni-2018-diperkirakan-lebih-rendah-dibandingkan-tahun-lalu.

Editor : Kurniasih Budi

Jumat, 29 Juni 2018

Rupiah Rontok, Sri Mulyani Ingatkan Jaga Neraca Pembayaran | PT RIfan Financindo

Rupiah Rontok, Sri Mulyani Ingatkan Jaga Neraca Pembayaran


PT Rifan Financindo - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang melorot harus dimitigasi dengan perbaikan neraca pembayaran.

Ia menilai kebijakan penguatan neraca pembayaran sangat penting, meskipun upayanya memakan waktu dalam jangka menengah hingga jangka panjang.

Di samping itu, butuh koordinasi kebijakan fiskal dan moneter agar neraca pembayaran bisa positif, disertai dengan cadangan devisa yang tak terkuras cepat. 

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), cadangan devisa Indonesia sudah terkuras 6,89 persen dari US$132 miliar pada Januari menjadi US$122,9 miliar pada Mei. Hal itu dilakukan demi stabilisasi setelah rupiah rontok terhadap dolar AS sejak awal tahun ini.

"Sehingga kami akan terus bekerja sama dengan BI dan dari sisi external balance akan terus diperbaiki, meskipun (dalam waktu) jangka menengah panjang," jelas Sri Mulyani, Kamis (28/6).

Lebih lanjut ia mengatakan pelemahan rupiah perlu dicermati dengan seksama. Sejauh ini, gejolak ekonomi disebabkan oleh faktor eksternal, utamanya kebijakan Amerika Serikat yang memberi sinyal kenaikan suku bunga acuannya, Fed Rate lebih dari tiga kali pada tahun ini.  

Menurut dia, dampak tersebut memang tidak bisa dihilangkan seluruhnya, sehingga harus dimitigasi.

Sentimen eksternal juga bisa dilihat sebagai penyesuaian jika fundamental makroekonomi tidak bergerak negatif.

Sejauh ini, inflasi tahun kalender hingga Mei kemarin tercatat 1,3 persen dan masih dalam rentang 3,5 plus minus satu persen dan pertumbuhan ekonomi ku
artal I di kisaran 5,06 persen. Sementara dari sisi fiskal, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

"Jadi kami lihat dulu, selama ini (pergerakan nilai tukar) mencerminkan suatu fundamental dan kekuatan ekonomi yang tidak berubah atau bergerak jauh dari faktor positifnya, ya kami akan lihat ini sebagai adjusment yang normal," terang dia.

Nilai tukar rupiah menembus angka Rp14.387 per dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, Kamis (28/6). Pelemahan rupiah memang terus meningkat sejak pagi tadi. Padahal, pada akhir perdagangan kemarin saat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2018 diselenggarakan, posisi rupiah masih bertengger di kisaran Rp14.200 per dolar AS.

Ibrahim, Analis sekaligus Direktur Utama PT Garuda Berjangka menyebut pelemahan rupiah yang cukup dalam pada hari ini terjadi karena besarnya tekanan konflik global. Mulai dari perang dagang AS-China hingga konflik Iran dengan Arab Saudi.  

"Iran mengancam akan meluncurkan 1.000 rudal ke Riyadh, Ibu Kota Arab Saudi. Konflik geopolitik ini berpengaruh sekali kepada rupiah, yang dari sisi internal sudah kehabisan sentimen positif," imbuhnya kepada CNNIndonesia.com.

Sedangkan sentimen dari penyelenggaraan Pilkada yang relatif damai dan tertib rupanya tak lagi mempengaruhi pelaku pasar. Begitu pula dengan rencana kenaikan bunga acuan BI yang akan diumumkan pada esok hari, Jumat (29/6).

"Mungkin, besok pagi masih akan melemah pada pembukaan, tapi setelah BI mengumumkan hasil rapatnya, baru bisa terangkat sedikit rupiah," tandasnya.
 

 
 
Baca Juga :
Sumber: CNN Indonesia

Kamis, 28 Juni 2018

Perputaran Uang Selama Pilkada Ditaksir Rp25 Triliun | Rifanfinancindo

image_title





Rifanfinancindo – Kamar Dagang dan Industri Indonesia mencatat, perputaran uang selama pemilihan kepala daerah atau Pilkada Serentak 2018 mencapai Rp25 triliun. Angka tersebut bersumber dari dana yang digelontorkan pemerintah untuk menyelenggarakan pilkada serta dari kampanye pasangan calon yang menjadi peserta pilkada.

Wakil Ketua Kadin DKI Jakarta, Sarman Simanjorang menjelaskan, dari sisi dana yang digelontorkan pemerintah untuk pilkada serentak di 171 daerah, tercatat mencapai Rp20 triliun.
Dana itu, kata dia, digunakan untuk mencetak kertas suara, logistik, biaya untuk membayar honor para petugas, serta biaya untuk masyarakat yang terlibat dalam peliputan suara.

"Dan itu mungkin di luar dari anggaran keamanan. Jadi itu resmi dari pemerintah yang Rp20 triliun itu," ucapnya saat ditemui di Hotel Ibis Harmoni, Jakarta, Rabu 27 Juni 2018.
Kemudian, lanjut dia, untuk dana kedua yang berasal dari pengeluaran pasangan calon, tercatat sebesar Rp5 triliun. Angka tersebut dihitung berdasarkan pengeluaran dari 17 provinsi yang menyelenggarakan pilkada, di mana rata-rata pengeluaran untuk kampanye mencapai Rp75 miliar hingga Rp150 miliar.


Baca Juga :
Sumber: Viva

Rabu, 27 Juni 2018

Pilkada Serentak Digelar, IHSG Bergerak Positif | Rifan Financindo

Foto: Rachman Haryanto 



Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini dibuka positif. Sentimen pilkada serentak memberikan angin positif bagi pergerakan IHSG pagi ini.

Sementara nilai tukar dolar terhadap rupiah pada hari ini masih berada di level Rp 14.000. Dolar AS dihargai Rp 14.173, akhir pekan lalu dolar AS berada di level Rp 14.162

Pada pra pembukaan, IHSG menguat 6,936 poin (0,12%) ke 5.832,585. Indeks LQ45 juga naik 1,751 poin (0,19%) ke 912,398.

Membuka perdagangan Rabu (27/6/2018), IHSG menguat 8,922 poin (0,15%) ke level 5.834,571. Indeks LQ45 naik 1,500 poin (0,16%) ke 912,147.

Pada pukul 09.05 waktu JATS, IHSG masih bergerak di zona positif dengan kenaikan 18,326 poin (0,34%) ke 5.845,492. Indeks LQ45 naik 2,471 poin (0,30%) ke 913,747.

Bursa Eropa dan Amerika bergerak mixed seiring kekuatiran pasar atas perang dagang global. Dow Jones naik 0.1% pada level 24,283.1 seiring rebound saham General Electric.

Bursa regional justru bergerak variatif. Berikut pergerakan bursa Asia pagi ini:

  • Indeks saham Nikkei belum membuka perdagangan.
  • Indeks komposit Shanghai turun 3,230 poin (0,13%) ke 2.840,810
  • Indeks Strait Times naik 0,620 poin (0,02%) ke 3.281,650
  • Indeks Hang Seng melemah 89,371 poin (0,33%) ke 28.786,869.

Baca Juga :
Sumber: Detik
Akb – rifanfinancindo
PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | PUSAT Headunit.