Rabu, 12 Desember 2018

Berbalik Arah, Rupiah Menguat ke Rp14.580 per Dolar AS | Rifan Financindo

Berbalik Arah, Rupiah Menguat ke Rp14.580 per Dolar AS
Rifan Financindo -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.580 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot Rabu (12/12) pagi ini. Posisi ini menguat 28 poin atau 0,19 persen dari Selasa (11/12) kemarin yang di Rp14.607 per dolar AS.

Di kawasan Asia, sejumlah mata uang berbalik arah ke zona hijau. Won Korea Selatan menguat 0,24 persen, peso Filipina 0,23 persen, baht Thailand 0,16 persen, dolar Singapura 0,09 persen, dan ringgit Malaysia 0,08 persen.

Sementara dolar Hong Kong stagnan. Sedangkan yen Jepang menjadi satu-satunya mata uang Asia yang bersandar di zona merah dengan melemah 0,06 persen dari dolar AS.

Seluruh mata uang utama negara maju justru kompak bertahan di zona hijau. Dolar Australia menguat 0,25 persen, dolar Kanada 0,14 persen, euro Eropa 0,11 persen, poundsterling Inggris 0,09 persen, franc Swiss 0,05 persen, dan rubel Rusia 0,03 persen.

Kendati rupiah menguat pagi ini, namun Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan rupiah masih berpotensi melemah pada hari ini. Rupiah kemungkinan akan mendapatkan tekanan dari ketidakpastian di pasar global.

Reza mengatakan sebenarnya rupiah mendapatkan topangan dari pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang memastikan pemerintah kian fokus membangun kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Tapi sentimen tersebut tak cukup kuat menopang rupiah.

"Imbas perdagangan valas global membuat potensi penguatan rupiah tertahan dan cenderung dapat kembali melanjutkan pelemahan," ujarnya, Rabu (12/12).

Namun demikian Reza berharap penguatan rupiah Selasa pagi bisa bertahan. "Diharapkan kembali muncul sentimen positif lain dari dalam negeri yang dapat menahan potensi pelemahan," pungkasnya.
(uli/agt)

Sumber : CNN Indonesia Rifan Financindo
 

Selasa, 11 Desember 2018

Harga Minyak Terjungkal Mengikuti Pelemahan Pasar Modal | PT Rifan Financindo

Harga Minyak Terjungkal Mengikuti Pelemahan Pasar Modal
PT Rifan Financindo -- Harga minyak mentah dunia merosot hampir dua persen pada perdagangan Senin (10/12), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan mengikuti pelemahan pasar modal global akibat kekhawatiran permintaan.

Dilansir dari Reuters, Selasa (11/12), harga minyak mentah berjangka Brent merosot US$0,75 menjadi US$60,96 per barel. Sementara, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) turun US$0,95 menjadi US$51,66 per barel.

Pelemahan pasar modal global terjadi selama lima hari berturut-turut. Pelemahan pasar modal di Eropa dan Asia meluas hingga ke Wall Street dipicu oleh sinyal sengketa baru antara AS-China yang akan berimbas pada pertumbuhan perekonomian global.


Pasar juga terbebani oleh kebingungan akibat penundaan pemungutan suara terkait kesepakatan Brexit yang dilakukan Perdana Menteri Theresa May. Selain itu, pelemahan juga terjadi akibat merosotnya data perekonomian terbesar dunia termasuk AS, China, Jepang, dan Jerman baru-baru ini.

"Korelasi pasar saham dan pasar minyak kembali pagi ini," ujar Partner Again Capital Management John Kilduff di New York.

Menurut Kilduff kekhawatiran terkait proyeksi perekonomian dan permintaan minyak global sangat berdampak negatif terhadap pasar. Harga minyak ditutup menanjak tiga persen lebih tinggi pada perdagangan Jumat (7/12) saat Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, yang sepakat memangkas produksi minyaknya sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) dari Januari 2019.

Awal pekan ini, Menteri Energi Uni Emirat Arab menyatakan kesepakatan itu akan diteken dalam tiga bulan di Arab Saudi, saat OPEC dan sekutunya akan memutuskan memperpanjang kesepakatan tersebut setelah enam bulan.

"Kesepakatan Jumat lalu sepertinya cukup bagus, atau mungkin kita seharusnya menyebutnya sebagai yang terbaik untuk kondisi saat ini," ujar Ahli Straegi Pasar PVM Oil Associates Tamas Varga.

Namun demikian, menurut Varga, kesepakatan itu tidak akan memberikan dukungan pasar untuk jangka panjang karena itu tidak dapat menguras persediaan minyak global.

Tahun ini, pasar modal global telah merosot hampir delapan persen sejauh ini. Pelemahan tersebut dipicu oleh sentimen terhadap melambatnya pendapatan korporasi dan ancaman meluasnya dampak sengketa dagang antara AS dan China.

Selain itu, terjadi kenaikan tajam laju pertumbuhan pasokan minyak mentah tahun ini di tiga produsen minyak terbesar di dunia Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Rusia. Hal ini membuat para analis tentang prospek permintaan yang tidak dapat menyerap tambahan pasokan minyak tersebut.

"Seperti biasa, harga bukan menjadi target kebijakan OPEC+, namun menurut kami tingkat harga saat ini memenuhi kepentingan dari sebagian besar negara yang berpartisipasi," ujar konsultan JBC Energy.

Analis NBD Edward Bell menilai skala pemangkasan produksi tidak cukup untuk mendorong pasar menjadi defisit.

"Diperkirakan, surplus pasar sekitar 1,2 juta bph akan terjadi pada Kuartal I 2019 dengan level produksi yang baru," ujarnya.

Sebagai informasi, harga minyak telah merosot tajam hampir 30 persen sejak Oktober 2018. Pelemahan tersebut dipicu oleh sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. (sfr/agt)

Sumber : CNN Indonesia
PT Rifan Financindo

Senin, 10 Desember 2018

Pemangkasan Produksi Minyak OPEC Dongkrak Harga Minyak | Rifanfinancindo

Pemangkasan Produksi Minyak OPEC Dongkrak Harga Minyak
Rifanfinancindo -- Harga minyak dunia diperdagangkan menguat pada perdagangan awal pekan ini. Dikutip dari Reuters, pada awal pekan ini harga minyak dunia jenis Brent diperdagangkan di level harga US$61,85 per barel, menguat 0,29 persen dibandingkan perdagangan akhir pekan lalu.

Wakil Presiden Eksekutif di Stratas Advisors John Paisie mengatakan penguatan harga minyak ditopang oleh keputusan Arab Saudi dan anggota Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) serta negara non anggota OPEC memangkas produksi mereka. Arab Saudi dan negara anggota OPEC diketahui setujui untuk memangkas produksi minyak mereka secara gabungan sebanyak 800 ribu barel per hari.

Sementara itu negara anggota non OPEC menyatakan akan memangkas produksi sebanyak 400 ribu barel per hari. Pemangkasan produksi tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan ekspektasi pasar yang hanya mengharapkan produksi minyak dipangkas 1 juta barel per hari. Pemangkasan tersebut mulai dilakukan Januari mendatang.
 

"Saya pikir orang-orang Saudi mencoba untuk berjalan di atas tali. Mereka ingin memastikan bisa tetap mempertahankan hubungan dengan AS, tetapi mereka juga perlu melakukan pemotongan karena butuh harga minyak yang lebih tinggi untuk menyeimbangkan anggaran," katanya.

Sementara itu ahli strategi minyak global di BNP Paribas London Harry Tchilinguirian mengatakan jika pemangkasan produksi minyak sebanyak 1,2 juta barel per hari diterapkan sepenuhnya bisa cukup untuk mengatasi pelemahan harga minyak. "Tapi pemangkasan tersebut tidak menghilangkan tekanan," katanya.

Harga minyak belakangan ini mengalami tekanan. Sejak Oktober lalu, harga minyak sudah anjlok sekitar 30 persen. Pelemahan tersebut dipicu oleh kenaikan pasokan minyak dunia.

Selain itu, pelemahan juga dipicu oleh penurunan permintaan minyak dunia.
(Reuters/agt)

Sumber : CNN Indonesia
Rifanfinancindo
 

Jumat, 07 Desember 2018

Strategi Sri Mulyani Bawa RI Keluar dari Middle Income Trap | Rifan Financindo

Foto: Ari Saputra
Rifan Financindo - Pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan memiliki strategi khusus agar Indonesia keluar dari jebakan middle income.

Middle income trap merupakan sebuah istilah untuk negara yang masyarakatnya terjebak di pendapatan menengah. Indonesia saat ini disebut sebagai negara yang masuk dalam kategori tersebut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, Indonesia masih berada di kategori middle income karena pendapatan per kapitanya masih di kisaran 5.000-15.000 dolar Amerika Serikat (AS). Negara yang masuk kategori ini akan sulit keluar dari perangkap middle income.
 
Menurut Sri Mulyani, ada 4 langkah utama yang bisa membawa RI keluar dari jebakan middle income.

"Hanya sedikit di dunia yang terhindar (dari middle income trap). Rangenya US$ 5.000 dolar per kapita hingga lebih dari US$ 15.000 dolar per kapita. Kuncinya ada empat (untuk keluar)," ujarnya di Novotel Nusa Dua, Bali, Kamis (6/12/2018).

Pertama fokus kepada peningkatan kualitas SDM. Mulai dari meningkatkan kualitas pendidikan, keahlian hingga kesehatan penduduk.

"Gimana caranya kembangkan program pendidikan dan pelatihan sesuai kebutuhan dan bisa cetak masyarakat yang sehat dan produktif," jelas dia.

Kedua, pembangunan infrastruktur, dengan tujuan untuk bisa meningkatkan daya saing dan produktivitas. Sri Muyani menjelaskan, pembangunan harus dilakukan untuk pembangunan ekonomi jangka panjang.

"Indonesia ini adalah negara kepulauan, maka ini pembangunan infrastruktur menjadi penting," kata dia.
 
Ketiga membenahi birokrasi menjadi lebih fleksibel namun tetap ketat mengawasi segala penyelewengan yang mungkin dilakukan.

Ia juga menjelaskan, Indonesia perlu belajar dari beberapa negara yang berhasil keluar dari middle income seperti Hong Kong, Singapura, Taiwan, Israel, Jepang, dan Korea Selatan.
Negara-negara ini memiliki instansi yang birokrasinya yang teratur dan bersih.

"Mereka itu selalu negara yang kualitas institusi public dan swastanya bagus, reformasi birokrasi itu penting," kata dia.

Terakhir, transparansi kebijakan dan membuka diri pada kolaborasi dengan negara lain.

"Negara terbuka itu disiplin. Tidak ada negara tertutup yang bisa lewat atau keluar dari middle income," tutur dia. (dna/dna)
 

Kamis, 06 Desember 2018

Mengekor Bursa Asia, IHSG Dibuka Melemah ke 6.093 | PT Rifan Financindo

Foto: Ari Saputra
PT Rifan Financindo - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak negatif pada pembukaan perdagangan pagi ini. Membuka perdagangan pagi ini, IHSG berada di 6.093. Akankah IHSG meninggalkan level 6.000?

Bersamaan dengan pelemahan IHSG pagi ini, rupiah juga tampak lesu di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) yang pagi ini berada di Rp 14.479.

Pada perdagangan pre opening, IHSG melemah 38,131 poin (0,62%) ke 6.092,007. Indeks LQ45 turun 9,510 (0,97%) ke 969,942.

Membuka perdagangan, Kamis (6/12/2018), IHSG melanjutkan pelemahan 39,307 (0,64%) ke 6.093,813. Indeks LQ45 juga melemah 8,762 poin (0,89%) ke 970,690.

Pada perdagangan pukul 09.05 waktu JATS, IHSG masih melemah 25,946 poin (0,42%) ke 6.107,147. Indeks LQ45 juga masih turun 4,525 poin (0,46%) ke 974,927.

Bursa saham Asia juga mayoritas bergerak negatif pagi ini. Berikut pergerakannya:
  • Indeks Hang Seng turun 2,22% ke 26.224,850
  • Indeks Komposit Shanghai turun 0,77% ke 2.629,310
  • Indeks Strait Times melemah 1,20% ke 3.118,92
  • Indeks Nikkei 225 berkurang 1,60% ke 21.568,061
(dna/dna)