Rabu, 17 Juli 2019

Rifan Financindo - Terseret Wall Street yang Memerah, Bursa Tokyo Dibuka Melemah

Terseret Wall Street yang Memerah, Bursa Tokyo Dibuka Melemah
Foto: Nikkei Stock Index. (Reuters/Kim Kyung-Hoon)
Rifan Financindo - Bursa Tokyo dibuka melemah pada perdagangan Rabu (17/7/2019). Pelemahan itu mengikuti pergerakan Wall Street yang ditutup di zona merah kemarin.

Kedua bursa menuju teritori negatif setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghidupkan kembali ketegangan dalam hubungan dagang antara AS dengan China yang sedang membaik.

Indeks acuan Nikkei 225 turun 0,24% atau 52,58 poin menjadi 21.482,67 pada awal perdagangan, sementara indeks Topix terkoreksi 0,27% atau 4,17 poin menjadi 1.564,57.
Trump pada hari Selasa mengatakan bahwa AS dan China masih memiliki jalan yang panjang sebelum dapat mencapai kesepakatan dalam perdagangan. Trump juga mengatakan bahwa AS dapat mengenakan tarif impor tambahan pada barang-barang China senilai US$ 325 miliar.

Komentar Trump itu muncul setelah China dan AS sepakat untuk tidak meningkatkan ketegangan perdagangan dalam upaya untuk memulai kembali perundingan. Sebelumnya, Trump juga telah setuju untuk menunda penerapan tarif impor tambahan pada China setelah bertemu dengan presiden China Xi Jinping di KTT G20 di Osaka, Jepang akhir bulan lalu.

Selama setahun terakhir, AS-China telah saling menerapkan bea masuk hingga miliaran dolar pada masing-masing negara. Perang dagang kedua ekonomi terbesar dunia ini juga dikhawatirkan akan semakin memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan mengikis kepercayaan bisnis. (miq/miq)

Sumber : CNBC
 
 

Rifan Financindo
PT Rifan Financindo 
Rifanfinancindo 

Selasa, 16 Juli 2019

PT Rifan Financindo - Usai Libur Tiga Hari, Bursa Tokyo Dibuka Melemah

Usai Libur Tiga Hari, Bursa Tokyo Dibuka Melemah
Foto: Nikkei Stock Index. (Reuters/Kim Kyung-Hoon)
PT Rifan Financindo Palembang - Bursa Tokyo dibuka di teritori negatif pada perdagangan Selasa (16/7/2019). Namun demikian, investor terus mencermati faktor-faktor penggerak pasar usai bursa libur selama tiga hari.

Dilansir AFP, indeks Nikkei 225 turun 0,18% atau 38,12 poin ke ke level 21.647,78. Sedangkan indeks Topix juga melemah 0,18% atau 2,76 poin ke level 1.573,55 poin.

Foto: REUTERS/Jason Reed


CNBC International melaporkan, bursa-bursa di Asia, termasuk Bursa Tokyo, sedang menantikan risalah pertemuan Bank Sentral Australia (RBA) yang akan dirilis pukul 09.30 waktu Hongkong/Singapura. Investor menunggu langkah RBA setelah memangkas suku bunga ke level terendah beberapa waktu lalu.

"Kami menilai saat ini RBA ingin menunggu dan menilai dampak dari pemangkasan suku bunga acuan serta pemotongan pajak penghasilan pribadi beberapa waktu lalu," ujar analis di Commonwealth Bank of Australia Kim Mundy. Ia menilai pemangkasan suku bunga acuan akan terjadi pada November nanti.(miq/miq)

Sumber : CNBC
Rifanfinancindo

Senin, 15 Juli 2019

Rifanfinancindo - Menunggu Rilis Pertumbuhan Ekonomi China, Harga Minyak Rehat

Menunggu Rilis Pertumbuhan Ekonomi China, Harga Minyak Rehat
Rifanfinancindo Palembang - Pergerakan harga minyak mentah dunia cenderung terbatas akibat pelaku pasar masih menunggu rilis data pertumbuhan ekonomi China yang akan dibacakan pukul 09:00 WIB nanti.

Pada perdagangan hari Senin (15/7/2019) pukul 08:15 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman September melemah 0,06% ke level US$ 66,68/barel. Adapuj harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) turun 0,07% menjadi US$ 60,17/barel.

Akhir pekan lalu (2/7/2019), harga Brent dan WTI ditutup menguat masing-masing sebesar 0,3% dan 0,02%.

Konsensus analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi China kuartal II-2019 akan berada di level 6,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), seperti yang dikutip dari Trading Economics. Bila benar demikian, itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi paling lambat setidaknya sejak 1990.

Perlambatan ekonomi China yang semakin parah tentu akan membawa sentimen negatif ke pasar minyak mentah global. Apalagi jika ternyata angka yang dibacakan lebih kecil ketimbang perkiraan konsensus.

Pasalnya, China merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. Kala perekonomian Negeri Panda melambat, maka negara-negara mitranya (yang hampir seluruh dunia) juga akan ikut terseret.

Lagi-lagi, proyeksi pertumbuhan permintaan minyak bisa terancam.

Sementara itu, harga minyak masih mendapat fondasi dari terhentinya aktivitas produksi di Teluk Meksiko, yang merupakan salah satu wilayah penghasil minyak terbesar di benua Amerika.

Berdasarkan Biro Keselamatan lingkungan Amerika Serikat (AS), badai tropis 'Barry' yang menghantam kawasan Teluk Meksiko pada akhir pekan lalu telah memangkas produksi minyak hingga 73% atau 1,38 juta barel/hari, seperti dilansir dari Reuters, Minggu (14/7/2019).

Meskipun badai telah berlalu, namun 42% dari total 283 fasilitas produksi di Teluk Meksiko masih belum beroperasi hingga Minggu malam. Dengan demikian, setidaknya pasokan global bisa lebih ketat untuk sementara waktu.(taa/hps)

Jumat, 12 Juli 2019

Bagai Bumi & Langit, Semen China Rp34 Ribu, Lokal Rp48 Ribu!


Jakarta, CNBC Indonesia - Produk-produk semen China beberapa tahun terakhir meramaikan pasar semen di dalam negeri. Di toko-toko online produk semen dijual dengan harga yang miring dibandingkan dengan produk lokal. 

Beberapa nama produk semen yang prinsipalnya dari investor China bermunculan antara lain Conch Cement dengan merek dagang Conch, juga ada Jui Shin dengan merek dagang semen Garuda, juga ada Semen Hippo, dan lainnya. 

Di pasaran, produk semen merek China ini harganya sangat bersaing, bahkan pemasaran mereka cukup agresif sampai di lapak online. CNBC Indonesia, mencoba berselancar di beberapa toko online, hasilnya cukup mengejutkan. 

Semen Hippo misalnya, untuk ukuran 50 Kg hanya dijual Rp47 ribu, dan ukuran 40 kh hanya Rp37 ribuan. Semen Garuda dibanderol dengan harga Rp44.800 untuk ukuran 50 kg, sedangkan 40 kg hanya Rp35.900.

Bahkan semen Conch ukuran 40 Kg di toko Bukalapak ada yang dijual hanya Rp34.300 per sak, dan ukuran 50 Kg dipatok Rp42.900 per sak oleh pelapak di Jakarta, harga ini memang belum termasuk ongkos turun barang tapi relatif sangat murah. 

Di pelapak yang sama, harga semen lokal macam Tiga Roda ukuran 40 Kg dijual sampai Rp39.800 per sak, bahkan di penjual lainnya yang sama-sama area Jakarta, menjual sampai Rp48 ribu per sak padahal pabriknya dekat dengan Jakarta. Ukuran 50 kg, harganya dijual ada yang sampai Rp54.400 per sak. 

Semen Gresik salah satu pemain lokal, juga menjual cukup mahal, ukuran 40 kg dijual Rp 40.400 per sak, dan ukuran 50 kg dibanderol Rp50.500 per sak. 

Artinya ada kurang lebih selisih Rp5000-6000 semen China dari produk lokal untuk ukuran semen 40 kg, dan rata-rata selisih Rp8000-12.000 untuk ukuran 50 kg. Kondisi serupa juga terjadi pada lapak-lapak online lainnya macam Tokopedia, Shopee dan lainnya. 

Potret harga semen di pasar di atas hanya gambaran bagaimana kompetitifnya pemain semen asing di Indonesia.

Sumber : CNBC
 
 

Kamis, 11 Juli 2019

Rifan Financindo - Tiga Hari 'Puasa', Hari Ini Rupiah Terbaik Kedua di Asia!

Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Rifan Financindo Palembang - Rupiah menunjukkan performa yang menggembirakan pada hari ini. Pasca sudah 'berpuasa' alias tak pernah mencetak apresiasi dalam tiga hari perdagangan terakhir, hari ini rupiah berhasil memukul mundur dolar AS.

Pada pembukaan perdagangan di pasar spot, rupiah menguat 0,21% ke level Rp 14.095/dolar AS. Pada pukul 08:20 WIB, penguatan rupiah telah melebar menjadi 0,25% ke level Rp 14.090/dolar AS.

Yang lebih menggembirakan lagi, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia. Rupiah hanya kalah dari yen yang mampu menguat sebesar 0,3% melawan greenback.

Dolar AS memang sedang loyo pada hari ini, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang jatuh sebesar 0,08%. Sentimen negatif bagi dolar AS datang dari rilis risalah (minutes of meeting) pertemuan The Fed edisi Juni 2019.

Melalui risalah ini, semakin terkonfirmasi bahwa The Fed memiliki intensi untuk memangkas tingkat suku bunga acuan dalam waktu dekat, kemungkinan pada bulan ini juga. Para pejabat bank sentral Negeri Paman Sam memandang bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan perlu dieksekusi guna menjaga laju perekonomian.

"Beberapa anggota melihat bahwa pemangkasan federal funds rate dalam waktu dekat dapat membantu meminimalisir dampak dari guncangan terhadap ekonomi di masa depan," tulis risalah rapat The Fed, dilansir dari CNBC International.

Perang dagang antara AS dengan China menjadi faktor yang dianggap berpotensi membawa guncangan bagi perekonomian AS. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

"Para anggota secara umum setuju bahwa risiko terhadap prospek perekonomian telah meningkat semenjak pertemuan pada bulan Mei, utamanya risiko yang berkaitan dengan negosiasi dagang yang tengah berlangsung dan perlambatan ekonomi di negara-negara lain."

Selain itu, sinyal kuat bahwa tingkat suku bunga acuan akan segera dipangkas datang dari kekhawatiran yang dirasakan The Fed terkait dengan inflasi yang terus-menerus berada di bawah target.

"Beberapa anggota juga melihat bahwa inflasi yang terus-menerus berada di bawah target berisiko untuk melemahkan ekspektasi inflasi di masa depan yang pada akhirnya akan memperlambat kenaikan bertahap dari inflasi itu sendiri ke target yang sebesar 2%," tulis risalah itu lebih lanjut.

Sebagai informasi, angka inflasi merupakan satu dari dua indikator utama yang dicermati oleh The Fed dalam merumuskan kebijakan suku bunga acuannya, selain juga data tenaga kerja.

Berbicara mengenai inflasi, The Fed menggunakan Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index sebagai ukurannya. Target jangka panjang untuk inflasi ada di level 2%. Untuk data teranyar yakni periode Mei 2019, Core PCE price index tercatat hanya tumbuh sebesar 1,6% YoY, jauh di bawah target The Fed. (ank/hps)