Kamis, 11 Juli 2019

Rifan Financindo - Tiga Hari 'Puasa', Hari Ini Rupiah Terbaik Kedua di Asia!

Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Rifan Financindo Palembang - Rupiah menunjukkan performa yang menggembirakan pada hari ini. Pasca sudah 'berpuasa' alias tak pernah mencetak apresiasi dalam tiga hari perdagangan terakhir, hari ini rupiah berhasil memukul mundur dolar AS.

Pada pembukaan perdagangan di pasar spot, rupiah menguat 0,21% ke level Rp 14.095/dolar AS. Pada pukul 08:20 WIB, penguatan rupiah telah melebar menjadi 0,25% ke level Rp 14.090/dolar AS.

Yang lebih menggembirakan lagi, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia. Rupiah hanya kalah dari yen yang mampu menguat sebesar 0,3% melawan greenback.

Dolar AS memang sedang loyo pada hari ini, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang jatuh sebesar 0,08%. Sentimen negatif bagi dolar AS datang dari rilis risalah (minutes of meeting) pertemuan The Fed edisi Juni 2019.

Melalui risalah ini, semakin terkonfirmasi bahwa The Fed memiliki intensi untuk memangkas tingkat suku bunga acuan dalam waktu dekat, kemungkinan pada bulan ini juga. Para pejabat bank sentral Negeri Paman Sam memandang bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan perlu dieksekusi guna menjaga laju perekonomian.

"Beberapa anggota melihat bahwa pemangkasan federal funds rate dalam waktu dekat dapat membantu meminimalisir dampak dari guncangan terhadap ekonomi di masa depan," tulis risalah rapat The Fed, dilansir dari CNBC International.

Perang dagang antara AS dengan China menjadi faktor yang dianggap berpotensi membawa guncangan bagi perekonomian AS. Sejauh ini, AS telah mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

"Para anggota secara umum setuju bahwa risiko terhadap prospek perekonomian telah meningkat semenjak pertemuan pada bulan Mei, utamanya risiko yang berkaitan dengan negosiasi dagang yang tengah berlangsung dan perlambatan ekonomi di negara-negara lain."

Selain itu, sinyal kuat bahwa tingkat suku bunga acuan akan segera dipangkas datang dari kekhawatiran yang dirasakan The Fed terkait dengan inflasi yang terus-menerus berada di bawah target.

"Beberapa anggota juga melihat bahwa inflasi yang terus-menerus berada di bawah target berisiko untuk melemahkan ekspektasi inflasi di masa depan yang pada akhirnya akan memperlambat kenaikan bertahap dari inflasi itu sendiri ke target yang sebesar 2%," tulis risalah itu lebih lanjut.

Sebagai informasi, angka inflasi merupakan satu dari dua indikator utama yang dicermati oleh The Fed dalam merumuskan kebijakan suku bunga acuannya, selain juga data tenaga kerja.

Berbicara mengenai inflasi, The Fed menggunakan Core Personal Consumption Expenditures (PCE) price index sebagai ukurannya. Target jangka panjang untuk inflasi ada di level 2%. Untuk data teranyar yakni periode Mei 2019, Core PCE price index tercatat hanya tumbuh sebesar 1,6% YoY, jauh di bawah target The Fed. (ank/hps)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar